Namun tidak sedikit pula yang setia, bertahan memikul dan mengikuti-Nya. Ketika seseorang berperilaku, bersikap, bertutur kata dan bertindak  benar, baik dan bagus, malah "dikuya-kuya", disingkirkan. Kepada golongan ini Yesus menjanjikan "barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa". Merekalah martir-martir masa kini.
Apa yang dapat dipetik dari permenungan ini? Bagaimana kehidupan diri? Ikutkah "nguya-uya" mereka yang "emoh tumindak ala?" Â
Termasukkah kaum "ala kang sinubya-subya?" Â Maukah tetap bertindak benar, sekalipun sendirian dan ditinggalkan banyak orang yang memilih "slinthat-slinthut sluman-slumun slamet"? Maukah jadi martir masa kini, bagai benih nangka kehidupan?
Yang tidak mencintai nyawanya, hidup benar sebagai manusia benar dengan Allah benar yang esa, kuasa dan kasih-Nya tanpa batas. Hidup penuh syukur,  sukacita,  semangat,  jadi berkat, pada saat untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit.  Ini  misteri. Kemartiran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H