Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Retret Bersama Yesus!

18 Juli 2021   11:00 Diperbarui: 18 Juli 2021   11:05 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan Minggu 18 Juli 2021

Mrk 6:30 Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. 31 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat. 32 Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. 33 Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. 34 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.

Renungan

Punya 'jimat', 'aji-aji', kesaktian, kekuatan luar biasa menjadi idaman anak di kampung saya sekitar tahun 60-an. Jalan untuk itu adalah meninggalkan hasrat jasmaniah, memusatkan perhatian, pikiran dan perasaan demi tercapainya yang diidamkan. Teman saya membuat liang lahat di bagian 'pawon', ruang dapur di rumahnya. Dia tidur di liang lahat itu. Bagian fundasi rumah dibuat lubang sebesar kepalan tangan. Lewat lubang itu dia mengikat jari jempolnya dengan  seutas benang yang sebagian benangnya menjulur ke luar rumah, sehingga bisa ditarik dari luar. Ia berpesan, supaya kami, teman-temannya mengecek nasibnya pada hari ketiga, dengan menarik benang itu. 

Jika benang itu ditarik dari luar, dia bereaksi menarik kembali, berarti masih hidup. Namun jika ditarik tanpa reaksi tarik balik, berarti dia pingsan atau mati. Mungkin karena belum mengenal budaya 'klik', dunia medsos 'tik-tok' dll, dunia bocah remaja saat itu akrab dengan laku semadi, bertapa, 'nenepi', pergi mengasingkan diri ke tempat sunyi - kuburan misalnya -- dan melakukan permenungan dengan penuh perhatian, semacam kontemplasi dan laku spiritual.

Bacaan Injil hari ini menarasikan kisah Yesus yang mengajak murid-murid-Nya pergi mengasingkan diri ke tempat sunyi. Saat rasul-rasul kembali berkumpul, rekoleksi dengan Yesus, mereka memberitahukan kepada-Nya semua yang dikerjakan dan ajarkan.  

Yesus mengajak para rasul-Nya pergi retret, mengasingkan diri dengan perahu ke tempat sunyi, "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!"  Namun banyak orang melihat dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu, mendahului-Nya. Ketika mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak.

Tempat retret-Nya bukanlah kuburan atau liang lahat. Tujuan retret-Nya bukan pula untuk mencari 'jimat', 'ora mbejaji dirumat', sesuatu yang tak berharga namun amat dirawat. Ternyata tempat retret-Nya tidak dapat dilepaskan dari  perjumpaan dengan orang banyak. Daratan retret-Nya adalah perjumpaan dengan orang banyak. Tujuan retret-Nya, perjumpaan dengan orang banyak. Materi retret-Nya, perjumpaan dengan orang banyak. Apa hasil rekoleksi bersama-Nya

Hasil retret khalwat-Nya adalah semakin menggemanya pesan Yeremia dan Mazmur Daud. Firman Allah seperti  disampaikan nabi Yeremia  " Aku sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa kambing domba-Ku dari segala negeri ke mana Aku menceraiberaikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang mereka: mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak. Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekorpun." (Yer 23:1-6) . Terhadap orang banyak yang tak bergembala, Allah sendiri akan menjadi gembala mereka.

Itu laras dengan doa Daud. "Tuhanlah gembalaku, tak akan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa".(Mzm 23 :1-6)

Hasil retret-khalwat-Nya adalah tergerak hati-Nya oleh belas kasihan kepada orang banyak, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Para rasul mesti melihat orang banyak  sebagaimana Yesus melihat mereka sebagai domba tak bergembala. Mesti tergerak hatinya sebagaimana Yesus berbelas kasih kepada mereka. Dan bagi orang banyak, para rasul bukanlah orang upahan apalagi serigala berbulu domba, melainkan mesti menjadi gembala, sebagaimana Yesus menjadi gembala mereka. Betapa bahayanya mereka jika mendapatkan serigala berbulu domba atau orang upahan, yang bukan gembala dan pemilik domba.

Orang banyak bagaikan domba tak bergembala. Berada dalam situasi terombang-ambing, serba bingung digempur tsunami informasi sampah bertebaran di medsos, hati yang kian tawar dan hidup yang hambar nian  disambar aneka warta salah benar tumpang tindih samar-samar. Si Anu bilang Covid 19 ada, nyata, berbahaya, perhatikan prokesnya. Si Banu bilang sebaliknya. Covid 19 tidak ada, konspirasi belaka, tak usah bermasker, jaga jarak, cuci tangan dsb. Si Canu bilang mark up itu korupsi. Si Danu bilang mark up itu kelebihan bayar, bukan korupsi. Si Eanu bilang terang, baik, halal, berkat dan syukur. Sebaliknya untuk hal yang sama si Fanu bilang gelap, jahat. haram, laknat dan kufur.  Berada dalam zaman serba remang-remang membingungkan memang. Posisi mereka rawan, siap dimangsa dan dijadikan korban mereka yang berebut kuasa demi kepentingan diri dan kelompoknya, di altar persembahan kerakusan.

Apa yang dapat dipetik dari permenungan ini? Bagaimana kehidupan diri? Melihatkah banyak orang tanpa gembala? Tergerakkah hati ini oleh belas kasih? Peran apakah yang dilakoni, sebagai serigala berbulu domba, orang upahan, atau gembala pemilik domba?

Yang retret bersama-Nya, hidup benar sebagai manusia benar dengan Allah benar yang esa, kuasa dan kasih-Nya tanpa batas. Hidup penuh syukur,  sukacita,  semangat, jadi berkat, pada saat untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit.  Ini  misteri. Retret.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun