Mohon tunggu...
Brigita Maharani
Brigita Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai, salam kenal semuanya, Aku Brigita!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Solusi Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Mengatasi Konflik Peran Pada Sandwich Generation di Era Gen-Z

26 April 2024   23:02 Diperbarui: 26 April 2024   23:03 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Apakah peningkatan jumlah penduduk di Indonesia selalu berdampak positif terhadap kelangsungan hidup seluruh masyarakat? Di satu sisi, tentunya ada dampak positif dari hal tersebut, contohnya semakin banyak masyarakat yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi negara ini. 

Akan tetapi, selain memiliki dampak positif, semua hal pasti juga membawa dampak negatif. Pada kenyataannya, pertumbuhan jumlah penduduk tidak selalu memberikan kenyamanan dan hidup yang lebih “tentram” bagi kebanyakan manusia karena hal itu telah menciptakan fenomena Sandwich Generation. Berdasarkan data hasil survei yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), hampir setengah atau 46,3% dari generasi-Z (golongan orang yang lahir tahun 1997-2012) di Indonesia mengalami fenomena generasi sandwich.  

Apa itu Sandwich Generation?

Menurut Miller (1981) dalam Khalil & Santoso (2022), generasi sandwich dapat diartikan sebagai sebuah penggabungan keluarga inti dalam ketergantungan yang parsial, yang memiliki hubungan antara orang tua, anak, dan cucu untuk bertanggung jawab dalam menyediakan sumber daya dan pelayanan yang tidak sesuai dengan timbal balik yang telah diberikan. 

Dalam pandangan Miller, generasi ini menghadapi tantangan stres yang lebih besar, sedangkan individu sebagai generasi sandwich pun membutuhkan sumber penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga mereka. Adapun  permasalahan  yang dirasakan  oleh  generasi sandwich  yaitu mereka  harus membiayai  kebutuhan  utama  keluarga  mereka,  seperti  membayar  utang,  membiayai  kesehatan dan pendidikan  anggota  keluarga,  disamping  harus  memenuhi  kebutuhan  untuk  diri  mereka  sendiri.  

Apa yang menyebabkan munculnya Generasi Sandwich?

Nuryasman dan Elizabeth (2023) menyebutkan bahwa lahirnya generasi sandwich dapat  disebabkan  oleh beberapa  faktor,  salah satunya adalah literasi  keuangan. Minimnya  literasi  keuangan cenderung menyebabkan individu sebagai generasi pertama tidak   menyiapkan   dana pensiun, sehingga ketika   sudah memasuki  usia  tidak  produktif diperlukan generasi kedua untuk  memenuhi kebutuhan hidup.  

Hasil wawancara dengan 6 narasumber memberikan jawaban-jawaban yang berbeda-beda. Dominasi pola pikir bahwa anak dianggap sebagai aset dan tanggung jawab terhadap generasi sebelumnya mencapai 33,3% menggambarkan bahwa persepsi ini memiliki peran dalam menciptakan dan mempertahankan fenomena generasi sandwich

Kemampuan finansial dan kebiasaan gaya hidup yang tidak terorganisir muncul sebagai alasan utama kedua dalam wawancara. Meskipun masing-masing hanya menyumbang 16,7%, keduanya menunjukkan dampak terhadap keputusan menjadi generasi sandwich. Kemampuan finansial memiliki peran penting dalam menjalankan peran ganda, dengan tanggung jawab terhadap kedua generasi yang memerlukan sumber daya finansial yang cukup. 

Sementara itu, kebiasaan gaya hidup yang tidak terorganisir menciptakan tuntutan tambahan pada waktu dan energi, menciptakan ketidakseimbangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Meskipun pola pikir anak sebagai aset mendominasi, keberagaman alasan menunjukkan kompleksitas dinamika di balik fenomena generasi sandwich. Menurut Burke (2017:5), terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kenaikan populasi dari generasi sandwich, yaitu sebagai berikut:

  1. Penambahan anak tinggal di rumah selagi mereka mengejar pendidikan yang tinggi, mencari pekerjaan, atau bekerja dengan upah minimum;

  2. Hadirnya populasi usia lanjut;

  3. Memunculkan kebutuhan layanan kesehatan;

  4. Pergeseran yang meningkat pada pengasuhan informal;

  5. Ketersediaan pengasuhan informal yang minim ketika jumlah anggota keluarga menurun dan anggota keluarga pindah ke kota atau negara yang berbeda;

  6. Peningkatan tanggungan beban kepada pemberi asuhan;

  7. Pria dan wanita membawa pekerjaan kantor mereka ke rumah seiring dengan mereka tidak memiliki kesempatan menghabiskan waktu di tempat kerja;

  8. Meningkatkan beban dan stres di antara pria dan wanita paruh baya dalam konteks sandwich generation.

Apa dampak yang dirasakan Generasi Sandwich?

Peran ganda yang dijalankan oleh generasi sandwich dapat berimplikasi pada penurunan kesehatan peningkatan stres, dan ketidakmampuan untuk menemukan keseimbangan dalam hidupnya (Yuliana, 2021). Selain itu, dampak yang bisa dirasakan sandwich generation adalah konflik peran

Fanani et al (2008) dalam Rosally dan Jogi (2015) menyebutkan bahwa konflik peran adalah konflik yang timbul karena adanya dua perintah yang berbeda yang diterima secara bersamaan dan pelaksanaan salah satu perintah saja akan mengakibatkan terabaikannya perintah yang lain. Hal tersebut bisa menyebabkan kualitas pekerjaan menurun, bekerja menjadi tidak nyaman, ketegangan kerja dan akhirnya hasil pekerjaan tidak maksimal.

Selain dari studi pustaka yang telah ada, kami juga melakukan penelitian dalam bentuk wawancara kepada beberapa orang yang termasuk dalam sandwich generation yang masuk ke dalam kategori usia Gen-Z dan ternyata mayoritas kasus ini terjadi di keluarga dengan pendapatan rendah. Hal ini mengakibatkan tekanan keuangan, rasa takut, mudah merasa bersalah, dan kekhawatiran masa depan. Tantangan generasi sandwich mencakup konflik peran, manajemen waktu, stres, dan ketidakpastian finansial yang bisa berdampak pada kesehatan mental. 

Narasumber juga merasakan dampak burnout atau kelelahan fisik dan hal tersebut menunjukkan bahwa peran generasi sandwich tidak hanya memberikan tekanan psikologis tetapi juga dapat mempengaruhi kesehatan fisik. Hal ini menggambarkan dampak menyeluruh dari peran ganda ini terhadap kesejahteraan responden. Perasaan bersalah mungkin muncul karena individu merasa tidak dapat memenuhi semua kebutuhan keluarga mereka secara optimal, sementara ketidakpuasan mencerminkan dampak negatif terhadap kebahagiaan dan kepuasan hidup mereka. 

Bagaimana sikap dan solusi yang efektif dalam menghadapi fenomena Generasi Sandwich

Dua narasumber yang kami wawancara memilih untuk merencanakan tabungan sebagai strategi utama untuk memenuhi kebutuhan finansial mendesak sebagai langkah yang harus dilakukan. Kesadaran akan pentingnya stabilitas finansial dalam menghadapi keuangan untuk memastikan kesejahteraan keluarga. 

Kemudian 2 orang narasumber lainnya memilih untuk menambah sumber pendapatan sebagai langkah responsif terhadap tekanan keuangan yang timbul akibat peran ganda. Selanjutnya, 3 orang narasumber memilih mempersiapkan dana pensiun dan kesehatan sebagai langkah antisipatif. 

Selain dari sisi keluarga, dibutuhkan juga solusi dari sisi pemerintah. Solusi pertama yang dianggap paling penting adalah jaminan kehilangan pekerjaan, yang dipilih oleh 4 dari 6 responden. Upaya pemerintah untuk memberikan jaminan terhadap kehilangan pekerjaan dapat mencakup program pengembangan keterampilan, pelatihan, dan perlindungan pekerja untuk membantu generasi sandwich menghadapi tantangan ekonomi. 

Solusi kedua adalah jaminan hari tua untuk memperhatikan perlunya perlindungan keuangan untuk masa pensiun. Ini menekankan perlunya keuangan yang kuat untuk generasi sandwich terutama saat memasuki masa pensiun. Solusi ketiga adalah jaminan kematian. Ini menunjukkan kebutuhan akan perlindungan finansial bagi keluarga setelah kematian anggota keluarga. 

Kesimpulan

Dalam penelitian ini, telah dilakukan survey terhadap generasi sandwich yang termasuk dalam kategori Gen-Z (berusia 12-27 tahun) untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya generasi sandwich, hal-hal yang dirasakan generasi sandwich, dampak kesejahteraan terhadap emosional dan mental yang dirasakan dan segala hal terkait generasi sandwich

Sehingga kami dapat menemukan solusi efektif untuk mengatasi konflik peran yang terjadi pada generasi sandwich di era Gen-Z melalui berbagai solusi efektif dimulai dari memperhatikan manajemen sumber daya manusia hingga solusi yang diberikan oleh pemerintah harapannya bisa mengurangi angka sandwich generation yang semakin meningkat di Indonesia. Tujuannya adalah menemukan solusi efektif mengatasi konflik peran yang muncul di era Gen-Z, melibatkan pertimbangan manajemen sumber daya manusia dan intervensi pemerintah.

Oleh : Muhammad Syahid Fillah (K1401221145), Arneta Fischa Salma Arifani (K1401221168), Brigita Maharani Patarianno Putri (K1401221169), Anisa (K1401221182)

Dosen Pengampu : 

Dr. Ir. Diah Krisnatuti, M ; Dr. Yulina Eva Riany, S.P., M.Ed

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun