Mohon tunggu...
Budi Brahmantyo
Budi Brahmantyo Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Aktivis geotrek; koordinator KRCB (Kelompok Riset Cekungan Bandung)'penulis buku "Geologi Cekungan Bandung" (Penerbit ITB, 2005), "Wisata Bumi Cekungan Bandung" (Trudee, 2009) dan "Geowisata Bali Nusa Tenggara" (Badan Geologi, 2014), dan "Sketsa Geologi" (Penerbit ITB, 2016)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Geotrek Krakatau: Ubah Saja Status CA ke TWA

6 Juli 2015   23:05 Diperbarui: 6 Juli 2015   23:05 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Si Anak yang Sedang Tumbuh Berkembang

Gunung Anakkrakatau yang lahir -- dalam faham manusia daratan: muncul ke permukaan Selat Sunda -- pada tahun 1928 dengan letusan jet. Pada tahun 1929, seorang bangsawan Jepang Marquis Tokugawa mengikuti ekskursi pra-konferensi Pertemuan Ilmiah Asia-Pasifik, menyaksikan telah munculnya daratan di titik tersebut. Pada tahun 1930, dipastikan daratan puncak gunung muncul ke permukaan laut dan aktif erupsi. Kemunculan gunung api baru di kaldera Krakatau itu kemudian diberi nama Anakkrakatau.

[caption caption="Gambar dari Royal Geographical Society memperlihatkan Krakatau sebelum dan sesudah letusan 1883"]

[/caption]

Setelah letusan paling bersejarah umat manusia di atas muka Bumi ini, 27 Agustus 1883, Krakatau diperkirakan membentuk kaldera yang tenggelam di bawah perairan Selat Sunda. Hanya Pulau Rakata saja yang muncul, dan itupun menyimpan rekaman lereng-lereng lebih purba lagi bersama dua pulau lain, Panjang dan Sertung.

Pulau Rakata, Panjang dan Sertung kemungkinan merupakan bagian juga dari proto-Krakatau yang dalam buku karya Simon Winchester “Krakatoa, The Day the World Exploded, August 27th 1883” disebut Gunung Kapi, mengutip tulisan Pujangga Keraton Surakarta, Ronggowarsito. Gunung leluhur Krakatau ini diduga meletus pada tahun 416 M (Abad ke-5 Masehi).

[caption caption="Krakatau sekarang (sumber: www.krakatau-tour.com)"]

[/caption]

Jalur Geotrek dari pantai langsung masuk ke kawasan Cagar Alam dalam jalur yang sudah ditentukan oleh BKSDA, pada lereng timur Anakkrakatau. Memasuki lereng ini fenomena bom gunung api menjadi perhatian. Bom-bom dalam berbagai ukuran itu adalah hasil dari letusan besar terakhir pada 2 September 2012. Satu bom sebesar mobil tampak teronggok dan di arah hulunya memberikan suatu lekukan seperti kawah, jejak jatuhnya bom tersebut, disebut bomb sag.

[caption caption="lava kemerahan produk erupsi 2 Sep 2012 (foto: BB)"]

[/caption]

Mendaki semakin tinggi ke arah timur, pemandangan sekitarnya Nampak semakin menarik. Dinding Pulau Rakata yang vertical terlihat seluruhnya membentuk silhuet segitiga. Di sisi lain, Pulau Panjang tampak jelas terpapar Matahari pagi. Di ujung punggungan yang merupakan bibir kawah tahun 1960, jalur terpotong aliran lava berwarna kemerah-merahan yang telah membeku. Warna kemerah-merahan menunjukkan suhu yang tinggi, selain kandungan besi yang kemudian berubah menjadi hematit. Lava ini sama seperti bom, adalah produk erupsi 2 September 2012.

[caption caption="Peta Geologi Anakkrakatau (Igan S. Sutawijaya, 2002)"]

[/caption]

Cagar Alam yang Ketat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun