Di sekolah ini, perayaan hari raya agama Hindu mendapat perhatian khusus, sementara siswa Muslim menyesuaikan diri atau tidak merayakannya. Namun, semua siswa diajarkan untuk saling menghormati dan mendukung tradisi masing-masing.
4. Pengenalan Budaya Lokal
Melalui kegiatan seni, tari daerah, dan cerita rakyat, siswa diajak untuk mengenali kekayaan budaya lokal. Mereka belajar tentang tarian tradisional Bali atau mendengar cerita rakyat yang merupakan bagian dari warisan budaya setempat.
5. Kegiatan Lintas Budaya
Kegiatan seperti pertukaran cerita tentang tradisi keluarga, lomba memasak makanan khas, dan diskusi tentang tradisi keagamaan membantu siswa memahami keberagaman dengan cara yang menyenangkan. Ini tak hanya meningkatkan pengetahuan mereka tentang budaya lain, tetapi juga mempererat hubungan di antara mereka.
Kesimpulan:Â
Pendidikan multikulturalisme di SDN 5 Patas merupakan langkah strategis dalam membentuk generasi yang toleran, inklusif, dan berkarakter. Dengan memanfaatkan kekayaan keberagaman, sekolah ini sukses menciptakan lingkungan belajar yang bukan hanya menghargai perbedaan, tetapi juga menguatkan rasa kebersamaan.
Mengajarkan nilai-nilai multikulturalisme sejak usia dini membantu anak-anak memahami bahwa perbedaan merupakan kekuatan, bukan ancaman. Mereka belajar untuk menghormati, memahami, dan merayakan keberagaman sebagai bagian integral dari identitas bangsa yang unik. Dengan pendidikan yang tepat, mereka akan tumbuh menjadi individu yang empatik, dan solidaritas serta rasa hormat terhadap keberagaman akan menjadi fondasi dalam membangun masyarakat yang lebih baik. SDN 5 Patas membuktikan bahwa pendidikan multikulturalisme adalah investasi jangka panjang untuk menciptakan harmoni dalam kehidupan bermasyarakat di masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI