Pilkada DKI sudah semakin dekat, mari kita lihat, apa saja sih solusi calon gubernur untuk transportasi di Jakarta. Kata transportasi disini berarti hal-hal yang mencakup transport, seperti kemacetan, busway, jalan tol, mobil dan lain sebagainya. Sebagai informasi, data-data mengenai pendapat para kandidat ini dapat dilihat di http://iquotee.com/topik/274/transportasi/ dimana kalau kita mengacu pada website ini, transportasi merupakan salah satu hal yang paling banyak dibahas.
Karena ada 6 pasangan, maka artikel ini dibagi menjadi 2 bagian, Bagian pertama : menganalisa Fauzi-Nachrowi, Hendardj-Riza dan Jokowi-Ahok.
Pasangan no 1. Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli
Belum banyak hal yang diucapkan oleh incumben dan calon mengenai transportasi. Mungkin karena belum mau membocorkan solusinya atau karena lain hal. Walau begitu Fauzi Bowo sempat mengucapkan masalah transportasi untuk menyindir Alex Noerding yang berslogan "3 tahun bisa", begini menurut Fauzi Bowo.
Bisa bereskan benang kusut transportasi Jakarta dalam sehari, sebulan, setahun, tiga tahun? Tentu tidak bisa. Tidak usah terburu-buru, suatu saat pasti terselesaikan, yang penting kita selesaikan secara bersama-sama.
Disini menarik untuk dilihat karena maksudnya untuk menyindir Alex Noerdin, tapi hasilnya malah dapat berbalik untuk diri sendiri. Karena kata tidak usah terburu-buru dapat dianggap orang sebagai pengkerdilan masalah transportasi. Karena transportasi terutama kemacetan di Jakarta untuk banyak orang sudah menjadi akut dan parah, mungkin masih diingat prediksi kalau Jakarta bisa lumpuh total tahun 2014, hanya 2 tahun lagi. Bagaimana kita tidak perlu terburu-buru ? ini menuntut penjelasan lebih lanjut dari Fauzi Bowo.
Selain itu dikesempatan lain Fauzi Bowo berpendapat kalau solusinya adalah MRT (Mass Rapid Transit), mungkin ini mengacu pada MRT di Singapura yang merupakan jalur kereta api. Berikut kutipannya.
Dengan MRT dan sejumlah proyek yang telah direalisasikan, wajah transportasi Jakarta akan mengalami perubahan signifikan di masa mendatang. Begitu pula dengan pola dan gaya hidup masyarakat. Bus kota tidak mampu mengangkut sebanyak itu dalam per hari. Apalagi bajaj. Cuma kereta yang bisa. Ini sebabnya saya sekali lagi dapat bernapas lega, karena proyek transportasi berbasis rel ini mulai berjalan.
Pasangan no 2. Hendardji Soepandji-Ahmad Riza Patria
Dalam beberapa kesempatan Hendardji Soepandji mengungkapkan istilah angkutan masal, karena tidak mengacu pada bus Transjakarta dapat disimpulkan kalau ini mengacu pada kereta. Berikut definisi angkutan masal.
Angkutan massal itu mengangkut jutaan penumpang p hari. Kalau bus Transjakarta itu bukan angkutan massal. Harus ada pembicaraan mengenai transportasi antara daerah penyangga dengan pemerintah pusat. Untuk menyelesaikan ini, harus bersamaan dan tidak boleh setengah-setengah
Dikesempatan ini juga, ditekankan sinkronisasi antara daerah penyangga dan pemerintah pusat.
Sejalan dengan Hendardji, Ahmad Riza Patria juga mengajukan angkutan masal yang disebut sebagai solusi. Dia menyebutkan MRT, subway dan monorel. Berikut kutipan Ahmad Riza Patria.
Sudah mencapai stadium empat (red : Kemacetan di ibukota) Ada keterbatasan lahan untuk memperlebar jalan," imbuhnya. Solusi lainnya yakni transportasi massal dengan membangun MRT (Mass Rapid Transportation) dan subway serta monorel. Kami juga akan mengoptimalkan busway.
Disini dilihat ada sebuah pengakuan kalau kemacetan sudah mencapai tingkat yang parah, sedangkan pembangunan/pelebaran jalan sudah tidak memungkinkan lagi.
Pasangan no 3. Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama
Joko Widodo merupakan salah satu calon gubernur yang paling banyak mengeluarkan pendapatnya di bidang transportasi menurut iQuotee. Karena itu harus dikupas dengan lebih teliti.
Penyebab kemacetan menurut Jokowi
Kemacetan karena semua pakai kendaraan pribadi, dua juta kendaraan setiap hari masuk ke Jakarta.Transportasi massal merupakan hal penting di Jakarta. Walaupun ada transportasi massal seperti subway, monorel, feeder, ataupun trem, hal tersebut tidak akan bisa mengurangi secara total jumlah kemacetan di Jakarta. Karena harus dibarengi manajemen lalu-lintas. Bagaimana pengelolaan lalu-lintas dalam kota. Masalah tata ruang kota juga jadi masalah kemacetan. Kalau jarak dari rumah ke kantor jauh, mobilitas orang semakin banyak. Harus di re-design
Terlalu banyak mobil pribadi di Jakarta dan masalah tata ruang kota yang tidak baik.
Konsep untuk mengatasi kemacetan
Semuanya harus punya grand design yang jelas, kota itu design transportasinya seperti apa.  Di Solo punya konsep 'Move People Not Car'. Jadi, yang digerakkan masyarakatnya, bukan kendaraannya. Kemudian ada bus priority. Maksudnya, bus yang melewati perempatan diberi prioritas. Ini saya kira konsep manajemen yang terintegrasi.
Jokowi berbicara konsep 'Move People Not Car'.
Hal yang penting untuk mengatasi kemacetan
Itu saja dikerjakan satu periode, dua periode dan tiga periode ya butuh konsistensi. Dalam cetak biru itu sudah terdapat proyek busway, monorel serta subway. Selain itu ada pula electronik road pricing (ERP) dan pajak tinggi yang sudah terpogram. Tinggal dikontrol dengan ketat
Konsistensi untuk menjalankan cetak biru seperti busway, monorel dan subway.
Gagasan/Terobosan Jokowi
Untuk koridor-koridor yang padat penumpang, saya punya gagasan untuk mengubahnya menjadi railbus. Nanti kalau diganti railbus. Headwaynya akan semakin cepat. Jadi tak perlu menunggu lama. Dengan sistem rel ini, armadanya bisa banyak tersambung satu sama lain. Sehingga sekali angkut langsung banyak dan ruangnya lega tidak desak-desakan. Masang rel itu tidak terlalu susah. Siapa bilang nggak bisa? Ini sudah pernah saya lakukan di Solo dan bisa. Kami tidak akan mengubah Pola Transportasi Makro yang sudah direncanakan. Tapi memodifikasi sedikit untuk kenyamanan bersama, saya rasa tidak ada salahnya.
Membuat railway bus.
Kalau dicoba di satukan kutipan-kutipan Jokowi dapat ditangkap bahwa untuk mengatasi kemacetan tidak bisa diselesai kan dengan MRT/angkutan masal saja. Namun harus dibarengi dengan konsistensi dan penataan kota. Selain itu pentingnya sebuah konsep bahwa yang digerakkan adalah masyarakat bukan mobil atau kendaraan. Adanya konsep ini penting karena dapat menjaga perencanaan kota, seperti yang disebutkan oleh Jokowi kalau dia tidak setuju dengan pembangunan tol dalam kota.
Dilain pihak pasangan Joko Widodo yaitu Ahok, menekankan perlunya kerja sama antara daerah penyangga dan keterbukaan APBD mengenai anggaran transportasi. Terobosannya adalah.
Kita akan bayar per KM untuk konsorium bus non-AC yang mau bekerjasama dengan Pemda, supaya mereka nggak ngetem, dan 10 persen dari tarif itu untuk sopir. Akan merancang sistem harga abodemen sebesar 200.000 - 300.000 per bulan bagi penumpang untuk feeder menuju jalur busway plus pengunaan busway. Tujuannya adalah untuk membudayakan masyarakat untuk beralih ke kendaraan umum. Dana nggak masalah akan kita bangun lagi, APBD cukup kalau pemerintahnya mau jujur dan terbuka untuk masalah anggaran. Kami siap buka-bukaan untuk masalah anggaran.
Penaikan kesejahteraan sopir dengan memberikan insentif per KM agar tidak ngetem dan perancangan sistem abodemen bagi penumpang untuk feeder menuju jalur busway.
Sekian dulu, pencarian solusi Calon Gubernur, besok atau lusa akan diteruskan babak kedua untuk : Hidayat Nur Wahid-Didik, Faisal Basri-Biem dan Alex Noerdin-Nono.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H