Kalau dicoba di satukan kutipan-kutipan Jokowi dapat ditangkap bahwa untuk mengatasi kemacetan tidak bisa diselesai kan dengan MRT/angkutan masal saja. Namun harus dibarengi dengan konsistensi dan penataan kota. Selain itu pentingnya sebuah konsep bahwa yang digerakkan adalah masyarakat bukan mobil atau kendaraan. Adanya konsep ini penting karena dapat menjaga perencanaan kota, seperti yang disebutkan oleh Jokowi kalau dia tidak setuju dengan pembangunan tol dalam kota.
Dilain pihak pasangan Joko Widodo yaitu Ahok, menekankan perlunya kerja sama antara daerah penyangga dan keterbukaan APBD mengenai anggaran transportasi. Terobosannya adalah.
Kita akan bayar per KM untuk konsorium bus non-AC yang mau bekerjasama dengan Pemda, supaya mereka nggak ngetem, dan 10 persen dari tarif itu untuk sopir. Akan merancang sistem harga abodemen sebesar 200.000 - 300.000 per bulan bagi penumpang untuk feeder menuju jalur busway plus pengunaan busway. Tujuannya adalah untuk membudayakan masyarakat untuk beralih ke kendaraan umum. Dana nggak masalah akan kita bangun lagi, APBD cukup kalau pemerintahnya mau jujur dan terbuka untuk masalah anggaran. Kami siap buka-bukaan untuk masalah anggaran.
Penaikan kesejahteraan sopir dengan memberikan insentif per KM agar tidak ngetem dan perancangan sistem abodemen bagi penumpang untuk feeder menuju jalur busway.
Sekian dulu, pencarian solusi Calon Gubernur, besok atau lusa akan diteruskan babak kedua untuk : Hidayat Nur Wahid-Didik, Faisal Basri-Biem dan Alex Noerdin-Nono.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H