Mohon tunggu...
Bayu Wira Pratama
Bayu Wira Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Saya adalah seseorang yang terus mencari identitas dan belajar untuk terus belajar. Sangat menghargai pengetahuan, apalagi ketidaktahuan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Al-Walid bin Uqbah, Kufah, dan Fitnah

5 Oktober 2022   11:13 Diperbarui: 5 Oktober 2022   11:35 3065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suasana Kufah lama (Sumber: Pinterest Labiba Laith)

"Mereka tidak senang pada seorang pemimpin pun, dan tidak seorang pemimpin pun senang dengan mereka." -Umar bin Khattab

Tidak ada Khulafaur Rasyidin yang difitnah lebih keji melebihi apa yang dialami Usman bin Affan. Meskipun pada masa pemerintahannya juga dipenuhi oleh berbagai prestasi, entah perluasan wilayah atau standarisasi mushaf, tapi masih banyak orang yang melihat pemerintahan Usman terkait dengan nepotismenya, karena Usman banyak mengangkat gubernur-gubernur di berbagai wilayah Islam merupakan kerabatnya, alih-alih memilih sahabat-sahabat senior. 

Tuduhan ini pula yang menjadi salah satu sebab terbunuhnya Usman. Tapi, apakah benar Usman mengangkat kerabat-kerabatnya karena nepotisme, atau karena sebab lain? Jawaban itu akan ditemukan, salah satunya melalui hubungan Al-Walid bin Uqbah dengan Kufah.

Kufah, 644-645 M...

Ketika Khalifah Umar bin Khattab telah berpulang, gubernur Kufah adalah Al-Mughirah bin Syu'bah. Khalifah penggantinya, Usman bin Affan, memberhentikan Al-Mughirah pada tahun pertama kekhalifahannya. Usman menggantinya dengan Sa'ad bin Abi Waqqash, berdasarkan wasiat Umar bahwa agar khalifah sesudahnya mengangkat Sa'ad sebagai seorang gubernur.

Tapi, Sa'ad pun hanya satu setengah tahun memimpin Kufah. Hal ini karena Sa'ad diberhentikan Usman setelah terjadi adu argumentasi antara dirinya dengan Abdullah bin Mas'ud terkait dengan pinjamannya dari Baitul Mal yang ditagih pelunasannya oleh Abdullah. Usman pun mengganti Sa'ad dengan Al-Walid bin Uqbah, yang tak lain adalah saudara seibunya dari Bani Umayyah. Sebelum menjadi gubernur Kufah, Al-Walid adalah gubernur Taghlib dan Mesopotamia.

Al-Walid bin Uqbah adalah salah satu gubernur terbaik di masa Usman bin Affan. Selama lima tahun menjabat sebagai gubernur Kufah, tak sekalipun rumahnya dijaga oleh pengawal. Ia sendiri yang mendistribusikan subsidi bagi hamba sahaya. Ia juga diakui dengan penuh kebaikan oleh Imam Ath-Thabari dan orang-orang yang hidup sezamannya.

Hanya saja, Al-Walid memerintah di Kufah...

Kufah memang sebuah wilayah penting dalam kekuasaan Islam. Penduduknya juga padat. Tapi, di kota ini juga banyak terjadi tragedi dan penderitaan, bahkan sejak masa Umar bin Khattab. 

Banyak sekali pengaduan dan keluhan dari mereka terkait gubernurnya, padahal yang memimpin sebelum mereka adalah orang-orang pilihan Umar, dimana Umar sendiri tak mungkin mengangkat seorang gubernur secara sembarangan. 

Umar sendiri memberikan kesaksiannya terhadap Kufah, "Mereka tidak senang pada seorang pemimpin pun, dan tidak seorang pemimpin pun senang dengan mereka." Imam Ath-Thabari juga meriwayatkan dari Asy-Sya'bi bahwa Kufah adalah kota pertama dalam Islam yang penduduknya dibisiki setan.

Hal ini semakin terlihat jelas melalui apa yang dituduhkan Kufah kepada gubernur mereka, Al-Walid bin Uqbah...

Semua tuduhan-tuduhan terhadap Al-Walid, termasuk pula tuduhan nepotisme terhadap Usman bin Affan, salah satunya bermula dar sini.

Suatu ketika, beberapa pemuda Kufah melakukan pencurian dan membunuh seorang penduduk bernama Ibnu Haisaman Al-Khuza'i. Abu Syuraih Al-Khuza'i dan putranya memberikan kesaksian yang memberatkan mereka. Alhasil, kejadian ini diteruskan Al-Walid kepada Usman. Usman mengirimkan surat balasan berupa perintah hukuman mati, maka Al-Walid mengeksekusi mereka.

Tapi, para orangtua pemuda-pemuda tersebut malah menaruh dendam terhadap Al-Walid, maka mereka mencoba berkonspirasi untuk menjatuhkannya dari kursi gubernur. Mula-mula mereka menuduh Al-Walid meminum-minuman keras. Mereka melaporkan kepada tokoh-tokoh masyarakat Kufah bahwa mereka menyaksikan Al-Walid dan sahabat karibnya, Abu Zaid, sedang minum.

Maka mereka bersama tokoh Kufah berangkat ke kediaman Al-Walid di Ar-Rahbah yang tidak dikawal penjaga satu pun. Mereka menggerebeknya lewat masjid karena pintu rumahnya tembus ke masjid. Al-Walid sangat terkejut lantas menyembunyikan sesuatu ke bawah kolong tempat tidurnya. 

Tanpa sopan santun, salah satu dari mereka langsung merogohkan tangannya ke dalam kolong tempat tidur Al-Walid dan mengeluarkan sesuatu. Ternyata itu hanyalah sebuah piring yang berisikan beberapa butir anggur. Al-Walid menyembunyikannya karena malu dilihat piringnya hanya berisi beberapa butir anggur tanpa tangkai. Mereka pun merasa kecewa dan keluar dari sana sembari menyalahkan satu sama lain.

Tapi, anehnya, Al-Walid bersabar dan tidak menghukum mereka, seolah-olah peristiwa itu tak pernah terjadi! Ia beralasan karena ia tak mau hubungan antara dirinya dengan masyarakat menjadi rusak.

Tapi, mereka (kali ini saya akan menyebut mereka: Abu Zainab, Abu Muwarri', dan Jundab. Mereka ayah dari Zuhair bin Jundab Al-Azdi, Muwarri' bin Abu Muwarri', dan Syubail bin Abul Azdi) tetap terus melakukan konspirasi terhadap Al-Walid.

Kali ini, mereka mengumpulkan mantan pejabat-pejabat yang telah dipecat oleh Al-Walid, agar berangkat ke Madinah menemui Usman dan memberikan kesaksian palsu bahwa Al-Walid telah minum-minuman keras. Ketika ditanya oleh Usman siapa saksinya, mereka menjawab Abu Zainab dan Abu Muwarri'. Usman pun memanggil keduanya dan mereka berpura-pura sebagai pelayan Al-Walid dan menyaksikan bahwa majikannya sedang muntah minuman keras.

Al-Walid pun dipanggil Usman ke Madinah. Ia bersumpah tak pernah sekalipun minum-minuman keras dan membeberkan kepada Usman bahwa orang-orang itu adalah provokator dan pembohong. Tapi, yang dapat direspon Usman hanyalah, "Kami hanya menegakkan hukum. Biarlah para saksi palsu bersiap-siap masuk neraka. Maka bersabarlah, saudaraku." Usman pun memerintahkan Al-Walid dijatuhi hukuman dera dan diturunkan dari jabatan sebagai gubernur Kufah.

Lantas, apa hubungannya antara Al-Walid dengan tuduhan nepotisme terhadap Usman? Benarkah hal ini?

Usman dituduh melakukan nepotisme, karena mengangkat saudara seibunya, Al-Walid bin Uqbah sebagai gubernur Kufah, alih-alih mengangkat sahabat-sahabat senior. Tapi, apakah demikian?

Pada kenyataannya, Usman mengangkat Al-Walid lebih nampak sebagai sebuah 'kebetulan', karena Al-Walid sendiri memang memiliki kompetensi yang mumpuni dan memiliki pengalaman yang luas baik sebagai pemimpin wilayah atau pemimpin perang. Hal ini terlihat dimana sebelum menjadi gubernur Kufah, Al-Walid menjabat sebagai gubernur Taghlib dan Mesopotamia di masa Umar bin Khattab. 

Bahkan ia juga telah dipercaya sejak masa Abu Bakar As-Siddiq. Apakah mungkin Abu Bakar dan Umar mengangkat seorang gubernur secara serampangan, padahal Umar sendiri dikenal tegas dan ketat dalam menentukan gubernur? Begitu pula dengan Usman, memberikan kepercayaan dan amanah kepada Al-Walid sebagaimana dahulu Abu Bakar dan Umar memberikannya kepada Al-Walid.

Hal ini pula menjadi sebuah ibrah penting, bahwa tidak selalu sebuah wilayah atau kekuasaan mengalami kemunduran disebabkan oleh pemerintahan yang buruk, lalai, dan hanya mengejar duniawi, tapi karena rakyat yang mudah terprovokasi dan percaya dengan fitnah dan berita hoax. 

Senantiasa teliti setiap berita dan informasi yang beredar, agar tidak mudah terbawa arus yang negatif. Kurang adil apakah Al-Walid, begitu tegas dalam memecat pejabat-pejabat yang lalai dan tak serius mengayomi rakyat, memberikan kesejahteraan kepada para hamba sahaya. Penduduk Kufah yang tak termakan fitnah dan provokasi menganggap hari pemakzulan Al-Walid dari jabatan gubernur Kufah sebagai musibah besar yang menimpa kota itu.

Namanya memang jarang disebut, tapi hikmah dan pelajaran darinya tak pernah surut. Ia mungkin hidup penuh dengan fitnah, tapi hatinya tak pernah sekalipun memerah.

Inilah Al-Walid bin Uqbah, seorang pemimpin saleh yang dijadikan sebagai bukti nepotisme seorang pemimpin saleh, Usman bin Affan.

Referensi:
1. Lathif, Abdussyafi Muhammad Abdul. Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani Umayyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014.



HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun