Mohon tunggu...
Bayu Wira Pratama
Bayu Wira Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Saya adalah seseorang yang terus mencari identitas dan belajar untuk terus belajar. Sangat menghargai pengetahuan, apalagi ketidaktahuan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Epicurus: Kenikmatan adalah Koentji

28 September 2022   08:10 Diperbarui: 28 September 2022   08:24 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Epicurus dari NYPL Digital Collections

Alih-alih kenikmatan diartikan sebagai apa pun yang akan menimbulkan rasa senang, yang dapat mengarah pada hedonisme, kenikmatan diartikan sebagai ketiadaan rasa cemas.

Kenikmatan bukanlah lawan dari kesakitan, tapi ketiadaan kesakitan. Baginya, kenikmatan rohani atau jiwa adalah kenikmatan yang tertinggi. Kenikmatan dan ketenangan jiwa menjadi kemungkinan ultimnya manusia sekaligus memberikan makna pada keberadaannya.

Epicurus membagi kenikmatan ke dalam tiga kategori:

1. Kenikmatan Alamiah dan Mutlak (Untuk Hidup)
(Pemenuhan rasa lapar, haus, dan seks)
2. Kenikmatan Alamiah tapi Tidak Mutlak
(Makanan, minuman, dan seks yang dicari secara berlebihan)
3. Kenikmatan Tidak Alamiah dan Tidak Mutlak
(Hasrat untuk kaya raya, dihormati, dan dimuliakan).

Kenikmatan yang terakhir, sebuah hasrat yang hampa, paling banyak membuat kita menderita.

Kenikmatan alamiah yang dipenuhi secara berlebihan dapat menciptakan ketergantungan. Satu keinginan dipenuhi, muncul keinginan baru, begitu seterusnya. Kebebasan kita pun menjadi hilang dan tak bisa melakukan hal lain.

Epicurus juga membagi kenikmatan itu menjadi kenikmatan statis dan kinetik. Kenikmatan kinetik adalah minum air dingin di siang bolong, kenikmatan statis adalah perasaan setelah minum air dingin tersebut. Menurut Epicurus, kenikmatan statis-lah yang lebih unggul, karena kita mencarinya bukan karena alasan apa pun.

Jangan sampai keliru menganggap hasrat yang tidak perlu sebagai perlu, karena akan menimbulkan rasa sakit karena tidak memiliki, dan membuat kita menggantungkan kebahagiaan kepada hal yang tidak dimiliki tersebut.

Epicurus menegaskan, bahwa dengan pola pikir yang benar, sewadah kecil keju mampu mengubah makanan sederhana menjadi mewah.

Penderitaan yang tak perlu muncul karena anggapan bahwa kenikmatan dan kesenangan bisa ditingkatkan, padahal keduanya hanya bisa bervariasi.

Filosofi Epicurus ini adalah filosofi penerimaan dan rasa syukur. Menerima dengan tulus apa pun kebaikan yang datang atau diberikan. Nikmati kebaikan yang datang dan jangan mencarinya. "Hal-hal baik datang kepada mereka yang tidak mengharapkan hal baik datang kepada mereka."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun