Perihal "kasih-sayang, mencintai" dalam memaknai V-day, bolehlah kita menengok, mengangkat, sekaligus belajar mencintai (ber-kasih-sayang) itu, lewat ulasan Reza A.A Wattimena dalam Rumah Filsafat.com, bertajuk "Mencintai yang 'Tak Dapat Dicintai' ". Â Reza membahas tindak mencintai dalam perspektif filsuf Slavoj iek, yang ditulis Kathleen O'Dwyer (2012) dalam "iek on Love". Reza menulis bahwa cinta bagi iek, merupakan suatu untuk mencintai yang seolah "tak dapat dicintai". Cinta lahir dari kebebasan dan tidak pernah dapat diperintahakan begitu saja, apalagi dipaksakan.
Titik tolak iek dalam memakani cinta, mencintai, erat kaitannya dengan salah satu ajaran Kristiani: cintailah tetanggamu, atau dalam bahasa Reza orang lain, yang lain dari saya. Mengutip pendapat Lacan, bagi iek "orang lain, yang lain (tetanggamu)" adalah the real, yang tak terduga itu. Yang adalah orang lain, yang lain (tetanggamu) itu dengan segala kelemahan, kerapuhan, keanehan, dan kesalahan yang sifatnya traumatik. "Orang lain (tetanggamu)" dilihat pula lebih jauh sebagai sebuah realitas yang unik, nyata, yang tak dapat kita kurangi dalam harapan / pikiran kita; juga yang tak dapat kita hindari dengan ilusi-ilusi, harapan luhur yang kita pahami dan punyai tentangnya.
Mencintai bagi iek merupakan tindak mencintai yang traumatis, "yang tak terduga", dan yang mengancam kita dengan banyak perbedaan yang ia tawarkan. Sebab apabila tindak mencinta kita itu diarahkan untuk "yang terduga", berarti itu tidak mencintai sama sekali (ilusi), karena kita sudah menebak dan mengkalkulasi dirinya. Mencintai baru bisa dianggap sungguh mencintai, ketika kita mencintai yang tak terduga itu, yang tak dapat kita terka, yang tak dapat dicintai, yang tak dapat kita bungkus dalam kesempitan konsep pikiran maupun keinginan luhur manusiawi kita.
Orang lain, yang lain (tetanggamu) yang menjadi titik tuju cinta kita merupakan suatu realitas yang unik dan nyata (the real) yang tak dapat kita kurung dan tak dapat kita hindari dengan ilusi, harapan, pandangan, pemikiran kita tentangnya. Seringkali tindak mencintai kita merupakan tindak mencintai dengan sebuah perspektif, pandangan umum manusiawi, bahwa sesama kita, pasangan kita memiliki keserupaan pandangan akan wujud kasih-sayang, cinta dengan yang kita tampilkan kepadanya. Dalam kenyataan, hal ini tak dapat diduga. The real yang sesungguhnya merupakan the real yang lain dan nyata, yang sifatnya traumatik dan mengancam. Dan inilah wujud mencintai, cinta (kasih-sayang) yang diharapkan iek. Dirinya bahkan menegaskan, sangat mudah bagi kita untuk mencintai orang lain, selama orang lain itu tidak mengganggu hidup kita, cukup jauh dari kita, dan ada jarak yang terus memisahkan: saya dengan mereka. Namun, itu bukanlah cinta. Itu hanyalah tindak tawar menawar semata. Cinta yang sejati merupakan cinta: ketika orang masuk ke dalam hidup kita tanpa jarak, tanpa rencana, dan kita bisa tetap mencintainya.
Gebyar valentine's day kali ini, bagi setiap kita mungkin berkelana dengan perwujudan tindak mencintai dengan titik tujunya masing-masing. Namun, keserupaan dalam memaknai dan mengarahkan kasih-sayang, mencintai  itu, haruslah mengklaim payung niat untuk senantiasa bergerak dalam cinta, "mencintai yang tak dapat dicintai, yang tak terduga," the real-nya kita masing-masing. Selamat Mencintai!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H