Mohon tunggu...
Bayu Saputra
Bayu Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hidup yang penuh perjuangan akan mudah menggapai masa depan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menjaga Warisan Budaya Melalui Pertanian: Cara Petani Tetap Setia pada Tradisi Nenek Moyang di Pertanian Modern

28 Maret 2023   03:00 Diperbarui: 28 Maret 2023   03:05 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alat-alat yang membantu para petani tersebut sudah dari zaman dulu menjadi barang yang sangat bermanfaat untuk kehidupan petani. Namun, jika dibandingkan dengan alat-alat yang canggih sekarang ini, alat tradisional tersebut tentu akan kalah dalam segi kecepatan, kualitas, dan lain-lain. Alat pertanian memiliki pengaruh besar dalam produktivitas produk yang dihasil dari bertani. 

Penggunaan alat yang canggih pun akan berpengaruh pada kegiatan bercocok tanam, sehingga pekerjaan menjadi lebih cepat yang tentunya hasil panen pun akan lebih banyak. Selain lebih cepat, tenaga yang digunakan pun tidak akan sebesar penggunaan alat yang tradisional jika dilakukan dengan teknologi pertanian terbaru. 

Seperti halnya di daerah Grobogan mayoritas petani di daerah tersebut sudah menggunakan alat yang bernama Kombi (combine harvester) alat ini merupakan salah satu tipe mesin panen yang dapat memotong, memegang, merontokan dan membersihkan dalam satu waktu. Mesin ini dioperasikan oleh dua orang operator yang bertugas untuk mengendalikan mesin serta memegang karung pada saat memasukkan gabah ke dalam karung.

Tradisi yang bernama Gropyokan sekarang mulai pudar seiring maraknya senapan angin, senapan angin ini di gunakan para petani untuk menembak tikus pada malam hari. Adanya alat cangih untuk memanen juga berpengaruh pada buruh tani yang tidak terpakai karena petani lebih menggunakan alat kombi tersebut untuk memanen padi. Sedangkan tradisi Taun sampai sekarang masih di lestarikan oleh masyarakat Grobogan.

Referensi

Cahyono, E. (2022). "Gemah Ripah Loh Jinawi, Untuk Siapa?": Makin Jauhnya Cita-cita Kedaulatan Agraria. Brawijaya Journal of Social Science, 1(1), 65-79.

https://pustaka.setjen.pertanian.go.id/index-berita/mengenal-combine-harvester

http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/72265/PENGENDALIAN-MASAL-HAMA-TIKUS-GROPYOKAN-TIKUS/

Niman, E. M. (2019). Kearifan lokal dan upaya pelestarian lingkungan alam. Jurnal pendidikan dan kebudayaan Missio, 11(1), 91-106.

Mardikanto, T. (2011). Membangun Pertanian Modern.

Sitaningtyas, H. A. P. F. (2018). Nilai Luhur Pranata Mangsa Dalam Sistem Pertanian Modern. Jurnal Ilmiah Hijau Cendekia, 1(2), 28-32.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun