Indonesia adalah negara agraris, yang 40% mata pencaharian mayoritas penduduknya bertani. Tidak kalah dengan itu, budaya gotong royong masyarakat Indonesia juga mampu menghadirkan keamanan dan ketentraman tersendiri bagi negeri yang terkenal dengan keindahan alamnya ini.Â
Di Negara agraris seperti Indonesia, pertanian mempunyai kontribusi penting baik terhadap perekonomian maupun terhadap pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat.Â
Maka tidak heran, jika dahulu dalam bahasa Jawa, Indonesia dikenal sebagai negeri gemah ripah loh jinawi. Dalam Bahasa Jawa makna gemah ripah loh jinawi berarti tentram dan makmur serta sangat subur tanahnya.
Dalam masyarakat jawa khusunya daerah Grobogan masih menggunakan sistem pertanian tradisonal, namun sistem pertanian tradisional mulai memudar digantikan sistem pertanian modern.
Sistem pertanian tradisonal
Sistem pertanian tradisonal biasanya cara merawat, menanam, memanen masih menggunkan cara-cara tradisonal seperti pada saat membajak sawah masih menggunakan hewan kerbau dan pada saat menanam padi masyarakat Grobogan biasanya menghindari hari taun. Taun merupakan hari yang jatuh pada tanggal 1 suro, pada tahun 1956 saka taun bertepat pada hari Minggu Pon.
Pada hari Minggu Pon aktifitas menanam bahkan memanen padi biasanya tidak dilakukan para petani. Para petani menyakini Ketika menghindari hari taun akan mendapatkan hasil panen yang malimpah ruah.Â
Pada sistem pertanian tradisonal dikenal juga dengan istilah Gropyokan Tikus, Gropyokan Tikus merupakan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam membasmi hama khususnya tikus.Â
Gropyokan dilakukan setelah para petani menam padi kebiasaan ini terdapat nilai gotong royong, saling membantu dan tolong menolong. Pada saat memanen padi biasanya para petani menyimpan gabah di Grobog. Grobog merupakan tempat untuk menyimpan padi dan terbuat dari kayu jati. Tradisi taun, gropyokan merupakan warisan budaya yang harus di lestarikan.
Sistem pertanian modern
Pertanian modern merupakan teknologi atau inovasi di bidang pertanian yang lebih maju, dari segi mesin, pengendalian hama penyakit sampai panen dan pasca panen. Teknologi pertanian terbaru di Indonesia bisa dikatakan berkembang cukup pesat. Meskipun beragam alat teknologi pertanian terbaru sudah dengan mudah ditemukan, anda juga masih bisa menemukan alat-alat tradisional seperti ani-ani, cangkul, sabit, garu, dan beberapa alat lainnya.
Alat-alat yang membantu para petani tersebut sudah dari zaman dulu menjadi barang yang sangat bermanfaat untuk kehidupan petani. Namun, jika dibandingkan dengan alat-alat yang canggih sekarang ini, alat tradisional tersebut tentu akan kalah dalam segi kecepatan, kualitas, dan lain-lain. Alat pertanian memiliki pengaruh besar dalam produktivitas produk yang dihasil dari bertani.Â
Penggunaan alat yang canggih pun akan berpengaruh pada kegiatan bercocok tanam, sehingga pekerjaan menjadi lebih cepat yang tentunya hasil panen pun akan lebih banyak. Selain lebih cepat, tenaga yang digunakan pun tidak akan sebesar penggunaan alat yang tradisional jika dilakukan dengan teknologi pertanian terbaru.Â
Seperti halnya di daerah Grobogan mayoritas petani di daerah tersebut sudah menggunakan alat yang bernama Kombi (combine harvester) alat ini merupakan salah satu tipe mesin panen yang dapat memotong, memegang, merontokan dan membersihkan dalam satu waktu. Mesin ini dioperasikan oleh dua orang operator yang bertugas untuk mengendalikan mesin serta memegang karung pada saat memasukkan gabah ke dalam karung.
Tradisi yang bernama Gropyokan sekarang mulai pudar seiring maraknya senapan angin, senapan angin ini di gunakan para petani untuk menembak tikus pada malam hari. Adanya alat cangih untuk memanen juga berpengaruh pada buruh tani yang tidak terpakai karena petani lebih menggunakan alat kombi tersebut untuk memanen padi. Sedangkan tradisi Taun sampai sekarang masih di lestarikan oleh masyarakat Grobogan.
Referensi
Cahyono, E. (2022). "Gemah Ripah Loh Jinawi, Untuk Siapa?": Makin Jauhnya Cita-cita Kedaulatan Agraria. Brawijaya Journal of Social Science, 1(1), 65-79.
https://pustaka.setjen.pertanian.go.id/index-berita/mengenal-combine-harvester
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/72265/PENGENDALIAN-MASAL-HAMA-TIKUS-GROPYOKAN-TIKUS/
Niman, E. M. (2019). Kearifan lokal dan upaya pelestarian lingkungan alam. Jurnal pendidikan dan kebudayaan Missio, 11(1), 91-106.
Mardikanto, T. (2011). Membangun Pertanian Modern.
Sitaningtyas, H. A. P. F. (2018). Nilai Luhur Pranata Mangsa Dalam Sistem Pertanian Modern. Jurnal Ilmiah Hijau Cendekia, 1(2), 28-32.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H