Mohon tunggu...
Bayu Sapta Hari
Bayu Sapta Hari Mohon Tunggu... Editor -

Editor | suka gowes | penyuka kopi | www.catatanmasbay.wordpress.com | twitter: @bysph

Selanjutnya

Tutup

Politik

Duet Ridwan Kamil-Aa Gym untuk Pilgub Jabar 2018, Mungkinkah?

1 Agustus 2017   11:20 Diperbarui: 1 Agustus 2017   11:42 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya awali tulisan ini dengan informasi (maha tidak) penting: tulisan ini dibuat saat malam minggu yang seharusnya menjadi malam yang tenang dan saat untuk leyeh-leyeh sambil nonton bola.

Jika Saya mau bersusah payah nulis tentang politik seperti ini di malem minggu, ini berarti ada sesuatu yang (maha) penting. Jika tidak, mana mau Saya mengorbankan malem minggu Saya yang biasanya tenang.

Oke, abaikan saja dua pernyataan tersebut.

Kali ini Saya coba melakukan utak atik calon-calon atau kandidat pasangan yang berpeluang maju dalam Pilgub serentak Jabar 2018.

Sebagai acuan, Saya tampilkan perolehan kursi parpol di DPRD Jabar hasil pileg 2014 sebagai berikut:

dprd-598005ba93419209b952cac2.jpg
dprd-598005ba93419209b952cac2.jpg
Untuk bisa mengajukan pasangan cagub-cawagub, parpol minimal perlu memiliki 20 kursi di DPRD.

Sejauh ini baru Ridwan Kamil aka Kang Emil yang secara terang-terangan mendeklarasikan diri dan siap maju sebagai cagub yang diusung oleh NasDem. Namun dengan hanya 5 kursi yang dipunya NasDem, pencalonan Kang Emil secara resmi masih belum bisa dilakukan. Kang Emil dan NasDem perlu mencari dukungan parpol lain.

Kang Emil dan NasDem perlu mencari dukungan parpol lain.

PDIP yang punya 20 kursi masih terlihat adem ayem tanpa gereget. Wajarlah 20 kursi cukup untuk mengusung calon sendiri.

Meski mengakui tertarik mengusung Kang Emil, dukungan nyata dan resmi PDIP ke Kang Emil belum ada.

PDIP kalo menurut penerawangan Saya jauh-jauh hari pengen mengajukan cagub dari kalangan internal sendiri dan Kang Emil diproyeksi jadi cawagub. Tapi skenario ini mentah karena Kang Emil justru sudah telanjur mengumumkan maju sebagai cagub dengan dukungan NasDem.

PKS melalui presidennya sudah melempar wacana untuk mengusung pasangan Deddy Mizwar-Ahmad Syaikhu yang keduanya berasal dari internal PKS.

Padahal PKS (12 kursi) sebelumnya sudah sepakat dengan Gerindra (11 kursi) untuk berkoalisi dalam Pilgub Jabar 2018.

Sebagai mitra koalisi, wajar jika Gerindra berharap mendapat jatah posisi cawagub. Namun, presiden PKS justru berwacana mengusung cagub-cawagub sendiri.

Dengan wacana PKS yang akan mengusung calonnya sendiri, Gerindra merasa tidak nyaman dan mencoba beralih ke Demokrat (12 kursi) untuk menjajaki koalisi. Momen pertemuan SBY-Prabowo bisa memperkuat penjajakan koalisi ini.

PAN yang hanya punya 4 kursi di DPRD Jabar justru jauh-jauh hari sudah melempar wacana untuk mengusung calonnya. Tak kurang Desy Ratnasari (yak betul mantan artis dan anggota DPR itu), Bima Arya sang walikota Bogor (yang tempo hari abis ngamuk2 itu ups), dan Aa Gym sang kyai kharismatik, coba digadang-gadang ke publik untuk dilamar dan dipasangkan dengan calon dari parpol lain. Tapi, dengan modal 4 kursi apa daya tarik mereka ini?

PKB, PPP, dan Hanura sejauh ini belum menunjukkan gelagat mereka.

PPP sendiri sepertinya cenderung mengarahkan dukungan ke Kang Emil sebagaimana diakui Kang Emil yang terus berinteraksi secara intensif dengan PPP. Andai jadi bergabung pun, NasDem (5) dan PPP (9) masih belum memenuhi syarat untuk mengajukan pasangan cagub-cawagub.

Oiya hampir lupa, Golkar. Kabarnya Golkar sudah memiliki calon dari kalangan internal sendiri yang cukup populer yaitu Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Dengan modal 17 kursi, Golkar memang tidak bisa mengusung calon sendiri tapi punya bargaining sangat kuat untuk mengajak parpol lain (seperti PKB atau Hanura) sebagai cawagub.

Dengan konstelasi politik dan perolehan kursi yang ada, Saya mau coba membuka wacana dengan mengajukan pasangan cagub-cawagub alternatif yaitu Kang Emil dan Aa Gym.

Ya, Ridwan Kamil-Aa Gym untuk Jabar 2018!

Apakah Aa Gym layak dicalonkan jadi calon wakil gubernur? Sebelum kita mempertanyakan kelayakan Aa Gym, kita perlu juga balik bertanya: apakah Deddy Mizwar layak menjadi wakil gubernur atau apakah Desy Ratnasari dan Anang layak jadi anggota DPR?

Jika Deddy Mizwar bisa menjadi wakil gubernur atau Desy Ratnasari dan Anang bisa menjadi anggota DPR, tentu hal yang sama juga berlaku buat Aa Gym kan?

Parpol yang mungkin untuk mengusung pasangan ini adalah koalisi parpol NasDem, PAN, PPP, dan Hanura.

Mengapa PKB tidak masuk? Karena bisa saja PKB ditawari posisi cawagub oleh Golkar yang memang sedang mencari mitra koalisi. PKB tentu akan lebih tertarik gabung Golkar dengan iming-iming cawagub ketimbang gabung ke kubu Kang Emil tanpa posisi apapun.

Mengapa pula NasDem, PAN, PPP, dan Hanura harus berkoalisi mengusung Ridwan Kamil-Aa Gym? Ini pilihan strategis yang paling mungkin untuk mereka sekaligus untuk mengembalikan pamor dan citra parpol-parpol ini dan menarik simpati masyarakat.

Citra partai politik di mata publik dewasa ini, sedang berada di titik terendah. Sebagian besar publik kecewa terhadap kinerja partai politik.

Dengan pemilu 2019 di depan mata, parpol-parpol ini perlu mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada mereka. Salah satu caranya dengan mengusung calon yang populer dan disukai publik meski bukan internal parpol sendiri. Keempat parpol ini pun saat ini tergabung dalam koalisi pendukung pemerintah Jokowi.

Partai politik sudah semestinya lebih mementingkan kepentingan publik yang lebih luas ketimbang mengedepankan ego dan keinginan untuk memajukan calon dari kalangan mereka sendiri.

Partai politik sudah semestinya lebih mementingkan kepentingan publik yang lebih luas ketimbang mengedepankan ego dan keinginan untuk memajukan calon dari kalangan mereka sendiri.

Jika ada calon yang lebih kompeten dan disukai publik, tentu calon ini lebih layak diusung meski bukan berasal dari internal parpol.

PKS sulit bergabung dalam koalisi ini karena sudah telanjur anti dengan NasDem yang identik dengan metrotivu yang dianggap memusuhi Islam. Saat ini saja kampanye untuk menghadang laju Kang Emil sangat gencar diluncurkan oleh kader mereka di media sosial.

Tapi dengan ancaman Gerindra yang berpotensi beralih ke demokrat, PKS bisa jadi akan gigit jari dan justru terancam tidak akan mendapat mitra koalisi.

Ini seolah menjadi sebuah karma bagi PKS. Ketika saat ini kadernya sedang getol menyerang Kang Emil dengan isu sara dengan tujuan menyingkirkan Kang Emil dari persaingan pilgub, justru PKS sendiri terancam tidak punya mitra koalisi untuk maju dalam pilgub.

Ini seolah menjadi sebuah karma bagi PKS. Ketika saat ini kadernya sedang getol menyerang Kang Emil dengan isu sara dengan tujuan menyingkirkan Kang Emil dari persaingan pilgub, justru PKS sendiri terancam tidak punya mitra koalisi untuk maju dalam pilgub.

Skenario Ridwan Kamil-Aa Gym ini punya peluang terbentuk hanya jika PDIP mengajukan pasangan cagub-cawagub sendiri.

Namun, jika PDIP akhirnya justru mau menurunkan egonya dan mau mengusung Kang Emil sebagai cagub dengan memasangkan calon internalnya sebagai cawagub (sebagaimana yang terjadi di DKI Jakarta), tentu ceritanya bisa lain. Kang Emil bisa saja dipasangkan dengan Rieke Dyah Pitaloka misalnya (semoga Ibu Atalia ngga cembokur ya #eh)

Namanya juga politik yang oportunis dan dinamis, apa pun bisa terjadi yes?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun