PKS melalui presidennya sudah melempar wacana untuk mengusung pasangan Deddy Mizwar-Ahmad Syaikhu yang keduanya berasal dari internal PKS.
Padahal PKS (12 kursi) sebelumnya sudah sepakat dengan Gerindra (11 kursi) untuk berkoalisi dalam Pilgub Jabar 2018.
Sebagai mitra koalisi, wajar jika Gerindra berharap mendapat jatah posisi cawagub. Namun, presiden PKS justru berwacana mengusung cagub-cawagub sendiri.
Dengan wacana PKS yang akan mengusung calonnya sendiri, Gerindra merasa tidak nyaman dan mencoba beralih ke Demokrat (12 kursi) untuk menjajaki koalisi. Momen pertemuan SBY-Prabowo bisa memperkuat penjajakan koalisi ini.
PAN yang hanya punya 4 kursi di DPRD Jabar justru jauh-jauh hari sudah melempar wacana untuk mengusung calonnya. Tak kurang Desy Ratnasari (yak betul mantan artis dan anggota DPR itu), Bima Arya sang walikota Bogor (yang tempo hari abis ngamuk2 itu ups), dan Aa Gym sang kyai kharismatik, coba digadang-gadang ke publik untuk dilamar dan dipasangkan dengan calon dari parpol lain. Tapi, dengan modal 4 kursi apa daya tarik mereka ini?
PKB, PPP, dan Hanura sejauh ini belum menunjukkan gelagat mereka.
PPP sendiri sepertinya cenderung mengarahkan dukungan ke Kang Emil sebagaimana diakui Kang Emil yang terus berinteraksi secara intensif dengan PPP. Andai jadi bergabung pun, NasDem (5) dan PPP (9) masih belum memenuhi syarat untuk mengajukan pasangan cagub-cawagub.
Oiya hampir lupa, Golkar. Kabarnya Golkar sudah memiliki calon dari kalangan internal sendiri yang cukup populer yaitu Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Dengan modal 17 kursi, Golkar memang tidak bisa mengusung calon sendiri tapi punya bargaining sangat kuat untuk mengajak parpol lain (seperti PKB atau Hanura) sebagai cawagub.
Dengan konstelasi politik dan perolehan kursi yang ada, Saya mau coba membuka wacana dengan mengajukan pasangan cagub-cawagub alternatif yaitu Kang Emil dan Aa Gym.
Ya, Ridwan Kamil-Aa Gym untuk Jabar 2018!
Apakah Aa Gym layak dicalonkan jadi calon wakil gubernur? Sebelum kita mempertanyakan kelayakan Aa Gym, kita perlu juga balik bertanya: apakah Deddy Mizwar layak menjadi wakil gubernur atau apakah Desy Ratnasari dan Anang layak jadi anggota DPR?