Sudah baca Bagian 1?
Meningkatkan daya saing angkutan umum konvensional adalah istilah kunci yang saya gunakan dalam rangka mencari solusi dan jalan tengah atas persaingan antara angkot dan moda transportasi berbasis online.
Dengan berbagai masalah sebagaimana telah disebutkan dalam tulisan sebelumnya, tentu sangat beralasan jika angkot mulai kehilangan konsumen. Selain sebagian beralih dengan menggunakan kendaraan pribadi terutama motor, hadirnya moda transportasi berbasis online ikut menggerus pasar angkot yang memang sudah berkurang.
Meskipun kehadiran moda transportasi berbasis online sebenarnya dibuat sebagai alternatif dan pelengkap (komplemen) dan bukan pengganti atau untuk menghapus angkutan umum konvensional, kenyataannya konsumen lebih memilih moda transportasi online ini dibanding angkutan umum konvensional.
Harus diakui bahwa angkutan umum konvensional sulit bersaing dengan moda transportasi berbasis online. Dengan kondisi seperti ini, angkutan umum konvensional bisa saja benar-benar akan punah jika tidak berbenah.
Mekanisme pasar tentu akan berlaku, di mana penyedia jasa yang lebih bisa memenuhi kebutuhan konsumenlah yang mampu bertahan dan menghadapi persaingan.
Dengan kondisi seperti ini, sebuah solusi dan jalan tengah diperlukan untuk mempertahankan keberadaan angkot atau angkutan umum konvensional. Dan, salah satunya adalah dengan meningkatkan daya saing angkutan umum konvensional.
Mempertahankan keberadaan angkot juga berarti tetap memberikan berbagai alternatif moda transportasi yang bisa dipilih oleh konsumen. Karenanya upaya mempertahankan angkot juga menjadi perhatian dan tanggung jawab pemerintah daerah.
Beberapa alternatif solusi dan jalan tengah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan daya saing angkutan umum konvensional adalah sebagai berikut (jyah bahasanya baku beut wkkk).
(1) Menata ulang trayek angkot (angkutan umum). Salah satu penyebab angkot mulai ditinggalkan adalah dengan dibangun atau dibukanya jalan-jalan baru yang dapat mempersingkat jarak dan membuka akses daerah baru yang sebelumnya belum terjangkau. Dengan membuat/mengalihkan trayek angkot melalui jalan-jalan baru ini, bisa menyediakan alternatif bagi konsumen yang sebelumnya belum terlayani oleh angkot. Konsumen yang sebelumnya memilih ojek online misalnya karena bisa melalui jalur baru yang lebih cepat ke tujuan bisa jadi akan kembali memilih naik angkot yang melalui jalur tersebut.
(2) Kalo alternatif solusi yang kedua ini membutuhkan inisiatif dan kreativitas supir atau pemilik angkot, yaitu menjadikan angkotnya sebagai mobil sewaan. Berdasarkan info yang ogut dapat, ada supir angkot yang menyiasati menurunnya pendapatan dengan mencari konsumen atau pelanggan yang mau menyewa angkotnya dengan cara memberikan no hapenya yang bisa dihubungi saat angkotnya perlu disewa.
Ya demikian saja alternatif solusi yang bisa ogut berikan #eh (jyah jadi begini doang, padahal prolognya udah meyakinkan en panjang bingitz wkkk).
Tentu tidak dong hehe...
Lanjut gan
(3) mengintegrasikan angkot dengan moda transportasi lain dengan menetapkan tiket terusan. Cara inilah yang sudah mulai dilakukan di Jakarta di mana angkot kwk menjalin kerjasama dengan transjakarta untuk menjadi angkutan feeder busway. Meski metode ini diklaim mencontek program dari cagub lain, tapi menarik untuk mencermati bagaimana program ini berjalan.
Alternatif lainnya misalnya adalah menjadikan angkot sebagai feeder kereta commuter line (terutama untuk wilayah jadetabek). Atau mengalihkan sebagian trayek ke stasiun kereta api karena di stasiun inilah tempat berkumpulnya calon penumpang. Mempermudah akses penumpang dan menyediakan semacam terminal angkot di stasiun kereta api juga bisa jadi alternatif solusi. Intinya mendekatkan konsumen dengan angkot sebagai penyedia jasa transportasi.
(4) Usulan keempat bisa dibilang agak radikal karena memerlukan perubahan sistem yang sudah lama berlaku di angkutan umum. Salah satu keruwetan dan ketidaktertiban yang terjadi dalam angkutan umum, dalam pandangan ogut, datang dari sistem kejar setoran. Supir angkutan umum dibebani dengan keharusan untuk memenuhi setoran. Faktor ini yang membuat angkutan umum sering ngetem dan ugal-ugalan dalam mencari bahkan memperebutkan penumpang.
Jadi, sedikit beralasan jika penertiban angkutan umum harusnya dimulai dari perubahan sistem kejar setoran ini. Jika angkutan umum sudah lebih tertib, saya berani menjamin konsumen atau calon penumpang bakal kembali mengandalkan angkutan umum sebagai moda transportasi mereka.
Salah satu bentuk pembenahan sistem angkutan umum adalah (kalo boleh ogut meminjam konsep orang lain) sebagaimana usulan dari calon gubernur yang sedang bertarung dalam pilkada DKI Jakarta 2017 ini. Usulan program dari cagub no. 3 ini diberi nama OK Otrip. Ini bukan kampanye lho tapi kebetulan aja program dari cagub ini sesuai dengan ide dan pemikiran ogut hehe 😉😎
Berdasarkan artikel di CNN Indonesia, lewat OK Otrip ini pengguna bisa menumpang transportasi publik Jakarta hanya dengan sekali bayar Rp5.000,- alias goceng. Konsep pembayaran nantinya diterapkan melalui sistem karcis terusan dan berlanjut ke sistem elektronik mengandalkan kartu tap.
Penyedia transportasi angkutan umum akan menerima uang dari Pemprov DKI sesuai dengan jarak yang ditempuh kendaraan saat beroperasi. Dengan begitu sistem setoran hilang dan penyedia (angkutan umum) mendapatkan uang berdasarkan hitungan jarak.
Secara sekilas, kita bisa pahami bahwa sistem OK Otrip ini bakal mengeliminasi sistem setoran. Sebagai ganti setoran, supir dan pemilik angkot mendapat bayaran berdasarkan jarak yang ditempuh dan dibayarkan oleh pemerintah daerah. Buat ogut, ini hal yang menarik dan berharap bisa diterapkan oleh siapa pun yang menjadi kepala daerah di mana pun juga.
Sebagai sebuah institusi bisnis jasa, operator angkot perorangan perlu menyadari bahwa lingkungan bisnis senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Operator juga mesti siap menghadapi perubahan zaman ini dan siap beradaptasi agar bisa bertahan dan bersaing.
Dukungan dari pemerintah daerah juga diperlukan karena masalah transportasi menyangkut kepentingan masyarakat banyak yang menjadi bagian dari tanggung jawab mereka.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H