Akar masalah dari angkutan umum konvensional vs online ini sebagaimana yang sering didengung-dengungkan saat demo adalah berkurangnya pendapatan dari pengelola atau operator angkutan umum konvensional. Jadi, solusi perlu diarahkan untuk mengatasi berkurangnya pendapatan angkot ini.
Dalam pandangan dan pengamatan saya (yang sotoy ini), masalah berkurangnya pendapatan angkot sudah terjadi sejak lama bukan hanya saat ini ketika muncul moda transportasi berbasis online.
Setidaknya saya mengamati ada dua momen yang bisa dijadikan penyebab angkot tergerus pendapatannya khususnya di Depok daerah tempat saya tinggal.
Pertama, semakin mudahnya konsumen untuk memiliki kendaraan sendiri khususnya sepeda motor. Beberapa tahun belakangan ini pembelian sepeda motor begitu mudah dan terjangkau dengan adanya tawaran kredit dengan uang muka sangat rendah. Banyaknya konsumen yang memiliki sepeda motor tentu mengurangi penumpang angkutan umum. Konsumen pun sebagian beralih dari pelanggan angkot menjadi pengguna sepeda motor yang tentu saja mempermudah mobilitasnya saat bepergian.
Kedua, khususnya di Depok, dibukanya beberapa akses jalan baru yang memperpendek jarak. Misalnya, dibukanya jalan baru juanda yang mempermudah akses ke arah jalan tol jagorawi. Selain ke arah jagorawi, jalan baru juanda juga menyediakan alternatif akses ke jalan margonda sebagai jalan utama di Depok juga sebagai pusat keramaian kota Depok dengan beberapa tempat yang ramai dikunjungi seperti mal dan kampus.
Akses jalan baru ini membuat trayek angkot menjadi tidak efektif dan efisien untuk dijalani karena waktu tempuh yang lebih lama dan jarak yang lebih jauh. Kondisi ini sebenarnya sudah sedikit mengurangi penumpang angkot yang lebih memilih lewat jalan baru yang lebih dekat.
Dua alasan di atas saya sebutkan untuk membuka wawasan bahwa sebenarnya permasalahan angkot sudah ada sejak lama, dan keberadaan moda transportasi berbasis online hanya satu masalah saja bukan penyebab utama.
Saya juga dengan berat hati harus mengatakan bahwa operator angkutan umum konvensional perlu menerima keadaan (yang mungkin pahit buat mereka) ini dan mengajak operator angkot ini (tentunya) bersama aparat terkait yang berwenang perlu berbenah dan bersiap untuk bersaing secara sehat dengan moda transportasi berbasis online.
Hanya dengan meningkatkan daya saing sajalah angkutan umum konvensional bisa bertahan dan mungkin bahkan menarik kembali konsumen atau pelanggan yang mulai meninggalkan mereka.
(Bersambung ke bagian kedua)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H