Student-Centered Learning (SCL)
Ide dasar dari student-centeredness adalah "student might not only choose what to study, but how and why that topic might be an interesting one to study". SCL merupakan strategi pembelajaran yang menempatkan mahasiswa sebagai subyek/peserta didik yang aktif dan mandiri, dengan kondisi psikologik sebagai adult learner, bertanggung jawab sepenuhnya atas pembelajarannya, serta mampu belajar beyond the classroom.Â
Dengan prinsip-prinsip ini maka para mahasiswa diharapkan memiliki dan menghayati jiwa life-long learner serta menguasai hard skills dan soft skills yang saling mendukung. Di sisi lain, para dosen beralih fungsi menjadi fasilitator, termasuk sebagai mitra pembelajaran, tidak lagi sebagai sumber pengetahuan utama.
Pembelajaran aktif berlangsung ketika para mahasiswa diberi kesempatan untuk lebih berinteraksi dengan teman sesama mahasiswa maupun dengan dosen perihal pokok bahasan yang sedang dihadapinya, mengembangkan pengetahuan dan bukan sekedar menerima informasi dari dosen. Di dalam suasana pembelajaran aktif maka dosen bertindak sebagai faslitator, bukan mendikte para mahasiswa.Â
Pada hakekatnya pembelajaran aktif (mentally not physically) memerlukan upaya intelektual, analisis, sintesis dan evaluasi, serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal asimilasi dan aplikasi pengetahuan. Sasaran pembelajaran aktif adalah pengembangan keterampilan berpikir, bukan pemindahan informasi.
Secara oprasional "Patrap Tri Loka" secara utuh (sebagaimana telah diketahui oleh para pendidik di Indonesia, yaitu ("ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri andayani")).
Pembelajaran mandiri (self-directed learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (student-centred approach)Â di mana proses dan pengalaman belajar diatur dan dikontrol oleh mahasiswa sendiri. Para mahasiswa memutuskan sendiri tentang "bagaimana, di mana, dan kapan belajar tentang suatu hal yang mereka anggap merupakan hal yang penting" dilihat operasional pembelajaran mandiri diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam hal metode dan disiplin, logika dan analitika, kolaboratif dan interdependen, sifat ingin tahu dan terbuka, kreatif, termotivasi, persisten dan bertanggung jawab, percaya diri dan mampu untuk belajar, serta reflektif dan sadar diri.
Pendekatan "berpusat dosen" dan "berpusat mahasiswa" adalah dua pendekatan yang berbeda dalam proses pembelajaran. Berikut adalah perbedaan antara keduanya:
- Tujuan Pembelajaran: Dalam pendekatan berpusat dosen, tujuan pembelajaran ditetapkan oleh dosen. Dalam pendekatan berpusat mahasiswa, tujuan pembelajaran ditetapkan oleh mahasiswa.
- Kurikulum: Dalam pendekatan berpusat dosen, kurikulum didesain oleh dosen dengan fokus pada materi yang harus diajarkan. Dalam pendekatan berpusat mahasiswa, kurikulum didesain dengan mempertimbangkan kebutuhan dan minat mahasiswa.
- Peran Dosen: Dalam pendekatan berpusat dosen, dosen bertindak sebagai pemimpin dan penyampai informasi. Dalam pendekatan berpusat mahasiswa, dosen bertindak sebagai fasilitator dan membantu mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan.
- Peran Mahasiswa: Dalam pendekatan berpusat dosen, mahasiswa lebih pasif dalam pembelajaran dan menerima informasi dari dosen. Dalam pendekatan berpusat mahasiswa, mahasiswa lebih aktif dalam pembelajaran dan terlibat dalam proses belajar.
- Metode Pembelajaran: Pendekatan berpusat dosen cenderung menggunakan metode pengajaran seperti ceramah dan transfer pengetahuan. Pendekatan berpusat mahasiswa cenderung menggunakan metode yang melibatkan partisipasi aktif mahasiswa seperti diskusi kelompok dan proyek.
Revolusi Industri 4.0 dan Dampaknya pada Pendidikan
Revolusi industri 4.0 telah mengubah berbagai aspek kehidupan kita, termasuk pendidikan. Digitalisasi, kekuatan komputasi, dan analitik data telah melahirkan teknologi "cyber physical" seperti "autonomous vehicle", "three printing", "advanced robotic", "internet of things", "big data", "artificial intelligence", "virtual reality", "block chain", hingga "crypto currency". Tenaga pendidik di era revolusi industri harus meningkatkan pemahaman dalam mengekspresikan diri di bidang literasi media, memahami informasi yang akan dibagikan kepada para peserta didik serta menemukan analisis untuk menyelesaikan permasalahan akademisi literasi digital. Untuk menjawab tantangan ini, perguruan tinggi harus berubah, termasuk dalam menghasilkan dosen berkualitas bagi generasi masa depan. Salah satu cara untuk mencapai ini adalah dengan mengembangkan pengajaran berbasis riset di perguruan tinggi.
Tantangan Tenaga Pendidik dan Mahasiswa