Pernah dengar pesawat menabrak sepeda motor? Atau pesawat menabrak sapi? Terdengar aneh dan tidak masuk akal ya? Tetapi itu memang nyata terjadi lho.
Ternyata, keselamatan penerbangan tidak hanya ditentukan oleh faktor pesawat dan personel penerbangan. Masyarakat dan lingkungan sekitar pun turut berperan. Sudahkah kamu berperan positif?
Negara melalui Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan telah menyebutkan adanya kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP). Â Di area tersebut, setiap orang dilarang membuat rintangan atau kegiatan lain yang dapat membahayakan keselamatan dan keamanan penerbangan. Jangkauan KKOP sendiri bermacam-macam disesuaikan dengan karakteristik tiap bandara dan perkembangan sebuah kota.
Jadi, jangan heran kalau mendarat di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, pesawatmu telihat nyaris menyentuh bangunan di sekitarnya. Tenang, semua sudah diperhitungkan dan dinyatakan memenuhi kaidah keselamatan.
Namun, keselamatan penerbangan itu hadir dengan perencanaan dan selalu dipelihara secara berkelanjutan. Jangan sampai perilaku kita, masyarakat sekitar bandara yang menjadi sumber bahaya. Soalnya saya pun pernah tinggal di daerah yang---bisa diistilahkan---naik atap saja bisa pegang roda pendaratan pesawat. Tipis sekali memang jaraknya antara rumah dan pesawat.
Jadi curcolnih. Yuk lanjut....
Di KKOP ini ada daerah yang dalam radius tertentu dilarang mendirikan bangunan apapun. Ada pula yang dibatasi ketinggian bangunannya. Gunanya, untuk menghilangkan rintangan pada jalur pendaratan atau lepas landas pesawat dan pola operasi lainnya. Prinsipnya sih, semakin sedikit bangunan dan aktivitas manusia akan semakin baik.
Selain masalah bangunan, perilaku masyarakat juga rawan menyebabkan kecelakaan. Bahkan hampir semuanya adalah hal remeh. Tetapi kalau urusannya sama nyawa, jangan main-main lahya....
Bermain balon atau layang-layang misalnya. Kedua benda tersebut acapkali diterbangkan anak-anak, tetapi jangan sekali-kali menerbangkannya di area sekitar bandara. Bila tersedot ke dalam mesin, komponennya bisa rusak dan mengakibatkan gagal mesin.
Bahayanya, apabila pesawat tidak memiliki kecepatan dan ketinggian yang cukup, pesawat tidak bisa melakukan manuver penyelamatan. Jatuh akhirnya.
Jika, menyumbat sensor maka dipastikan indikatornya terganggu. Padahal, sensor dan indikator memainkan peran penting di pesawat-pesawat zaman now. Kita punya riwayat kecelakaan tragis Adam Air akibat kesalahan indikator. Nasibnya kini: tenggelam tak pernah ditemukan.
Tidak seperti balon, drone dapat diatur pergerakannnya. Bobotnya pun lebih berat. Dan sudah takdirnya memang drone tidak selembut balon. He...he....Campuran dari ketiga faktor tersebut menjadikan drone dapat dipakai secara sistematis untuk menganggu penerbangan dan menyebabkan kecelakaan.
Tak perlu pakai senjata segala macam kan untuk menjatuhkan pesawat. Ih, sereeem.Jadi, langsung interogasi saja kalau ada orang yang ingin menerbangkan drone dekat bandara.
Kenapa laser bahaya? Sinar laser yang memiliki intensitas yang tinggi dapat menyebabkan kebutaan sesaat jika mengenai mata pilot. Masalahnya, selalu saja sinar laser menyasar pesawat dengan ketingian rendah yang akan lepas landas atau mendarat.
Padahal, pada kedua fase itulah pilot harus berkonsentrasi penuh. Gangguan tidak boleh ada sama sekali. Keputusan harus dibuat dalam hitungan detik. Pernah baca Critical Elevenkan? Dalam situasi yang penting itu jelas bahwa gangguan apalagi kehilangan penglihatan adalah hal buruk dan dapat menyebabkan hal buruk lainnya. Kecelakaan.
Pasalnya, manusia di sekitar bandara dapat menjadi penyebab, korban, ataupun keduanya bila bencana penerbangan terjadi. Kecelakaan Mandala Airlines di Bandara Polonia, Medan contohnya. Pesawat jatuh setelah lepas landas pada 5 September 2005. Korban tewas tak hanya penumpang, tetapi juga penduduk sekitar bandara. Gamau kan ikut jadi korban?
Selain itu, ada pula sanksi pidana yang siap menjerat: maksimal tiga tahun penjara dan/atau denda (gatanggung-tanggung) 1 miliar rupiah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H