Mohon tunggu...
Bayu Imantoro
Bayu Imantoro Mohon Tunggu... Dosen - Pelajar

masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Umar yang Membuat Kenyang Rakyatnya

19 Mei 2010   07:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:07 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kisah ini terjadi di saat Umar Ibn Khattab (atau biasa disebut Umar al-Faruq) saat beliau menjadi khalifah (Amirul Mukminin=Pemimpin Kaum Muslimin)

--------------------------
-----------------------------------

Zaid ibn Aslam dari bapaknya, Aslam, bekas pembantu Umar Ibn Al-Khattab, menceritakan:

"Kami keluar bersama Umar ibn Khattab -Allah ta'ala telah meridhai beliau- menuju Hiratu Waqim -suatu tempat dekat kota Madinah- sehingga ketika kami sampai di sebuah gunung, tiba-tiba kami melihat api yang menyala.

Maka al-Faruq berkata, "Wahai Aslam, sesungguhnya aku melihat di sana ada kafilah yang diterpa malam yang dingin. Mari kita pergi kesana."

Lalu kami keluar dengan berjalan cepat sampai mendekati mereka. Ketika kami sampai, kami melihat seorang perempuan dengan anak-anaknya sedang menunggu panci yang dipanaskan di atas api sementara anak-anaknya menangis karena menahan lapar yang sangat.

Kemudian Umar -radhiyallahu ta'ala anhu- berkata, "Assalamu'alaikum, wahai pemilik cahaya." Dia tidak suka mengucapkan, "Wahai pemilik api."

Lalu perempuan tadi menjawab, "Wa'alaikumus salam."

Umar bertanya padanya, "Bolehkah aku mendekat?''

Wanita tersebut menjawab pertanyaan Umar, "Kalau engkau berniat baik, maka mendekatlah. Namun jika tidak, maka sebaiknya engkau pergi."

Setelah mendapat izin, kami mendekatinya, Umar melanjutkan pertanyaannya, "Bagaimana keadaan kalian?"

Wanita tadi menceritakan keadaannya, "Kami diterpa oleh malam yang dingin."

Umar bertanya lagi, "Mengapa anak-anakmu menangis?"

Dijawab oleh wanita lagi, "Mereka menangis keras karena menahan lapar yang sangat."

"Lalu apa yang ada di dalam panci ini?" tanya Umar.

"Aku mendiamkan mereka dengan memanaskan periuk (periuk ini kosong) ini sampai mereka tertidur. Demi Allah, kami tidak diperhatikan oleh Umar." Wanita itu belum mengetahui bahwa orang yang ada di hadapannya itu adalah Umar.
Umar melanjutkan percakapannya, "Semoga Allah merahmatimu, apakah Umar mengetahui tentang kalian?"

"Dia diserahi urusan kami, namun dia melalaikan kami!" jawab si wanita.

Umar berbalik menghadapku seraya berkata, "Wahai Aslam, mari kita pergi." Kami pun berjalan cepat hingga sampai ke gudang penyimpanan tepung, lantas mengeluarkan setakar tepung dan lemak." Angkat semua ini agar aku bisa membawanya", kata Umar.

Aslam berujar, "Biarkan aku yang membawanya wahai Amirul Mukminin!"

Umar menjawab, "Apakah engkau akan menanggung dosaku pada hari kiamat?"

Maka aku mengangkat tepung ke atas pundaknya kemudian kami menuju tempat wanita tadi dengan cepat. Kemudian Umar meletakkan karung berisi tepung di sisi wanita tersebut, lalu beliau mengeluarkan sedikit tepung tadi seraya berkata pada si wanita, "Tuangkanlah tepung itu, aku akan mengaduknya." Mulailah Umar meniup kayu bakar di bawah periuk tersebut, sementara Umar adalah seorang yang berjenggot lebat. Aku melihat asap yang keluar dari sela-sela jenggotnya sampai beliau selesai memasak."

Kemudian Umar menurunkan periuk itu dengan tangannya sambil berkata, "Berikanlah kepadaku sesuatu." Maka wanita itu menyerahkan sebuah piring besar. Umar menuangkan makanan tersebut ke dalamnya dan berkata kepada wanita tadi, "Berikanlah anak-anakmu makan, aku yang akan menuangkannya." Demikianlah seterusnya hingga mereka merasa kenyang. Umar meninggalkan sebagian sisa tepung tadi untuk wanita itu. Setelah itu Umar berdiri dan mereka pun ikut berdiri mengiringi Umar. Umar pun tertawa dan memuji Allah Azza wa Jalla.

Wanita itu berkata mengungkapkan rasa terima kasihnya, "Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan. Apa yang kau lakukan ini lebih utama daripada Amirul Mukminin."

Maka Umar menjawab, "Katakanlah ucapan yang baik. Kalau engkau mengunjungi Amirul Mukminin, insya Allah engkau akan mendapati diriku di sana."

Kemudian Umar menggandeng tanganku dan kami pun pergi menuju Madinah. Umar berkata kepadaku, "Wahai Aslam, sesungguhnya rasa lapar itu adalah musuh. Tadi aku melihat mereka dalam keadaan menangis, maka aku ingin meninggalkan mereka dalam keadaan tertawa."

---------------------------------------------------------------------------------------

Demikianlah sifat al-Faruq. Beliau sangat bersemangat memberi kebaikan pada rakyatnya. mencintai mereka dan mecari kesenangan rakyatnya siang dan malam.

disalin dari Buku : 10 Sahabat Pemetik Janji Surga (Al' Asyah Al Mubasysyaruna bin Jannah lil 'Athfal) karya Abu Maryam Majdi bin Fathi Az Zayyid, diterjemahkan oleh Pelajar Putri Pondok Pesantren al-Furqon Kroya Bagian Tarbiyatun Nisaa'. cet. keempat. Jakarta, Penerbit Pustaka Al-Haura', 1430 Hijriah. Halm. 85-88.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun