Mohon tunggu...
Bayu Fitri
Bayu Fitri Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seorang pengamat hiruk pikuk media sosial dalam hal gaya hidup, finance, traveling, kuliner dan fashion. Tulisan saya bisa dibaca di blog https://bayufitri.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Sad Fishing", Fenomena Cari Perhatian Melalui Media Sosial

16 Oktober 2024   17:16 Diperbarui: 16 Oktober 2024   18:22 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mental illness, doc. freepik.com

Harapannya akan ada orang lain yang  iba lalu datang memberikan bantuan dan pertolongan. Sayangnya rasa iba dari orang-orang yang memberikan pertolongan malah sering diabaikan dan yang ditolong menjadi tidak tau diri.

Hal ini terjadi ketika pelaku "Sad Fishing" masih terus saja mengunggah status kesedihan duka lara tak berkesudahan tanpa pernah menulis atau membuat status akan pertolongan yang pernah diterima dari orang lain.

Kelakuan pengidap Sad Fishing seperti ini tentu lama kelamaan akan membuat orang nirempati. Apalagi orang yang pernah memberikan pertolongan pada pelaku "Sad Fishing".

Pedang Bermata Dua

Kelakukan 'Sad Fishing' bisa menjadi pedang bermata dua.  Sebagian orang yang benar-benar membutuhkan dukungan bisa kehilangan simpati karena orang di sekitar merasa jenuh atau skeptis. Sebaliknya, pelaku "Sad Fishing" yang terus-menerus mengumbar cerita kesedihan juga bisa memicu kecemasan bagi orang lain yang merasa tidak mampu membantu.

Penyebab Sad Fishing

Latar belakang penyebab seseorang melakukan "Sad Fishing" biasanya tidak punya tempat untuk sekedar bercerita atau curhat.

Sekalinya mereka curhat banyak lawan bicara yang mengabaikan tanpa bersedia menjadi pendengar yang baik. Lebih parahnya belum selesai curhat sudah dihakimi sepihak dari lawan bicara.

Pilihan media sosial, pada akhirnya menjadi ruang untuk sebagian orang dalam mengungkap ketidaknyaman, kesedihan dan duka nestapa tanpa merasa ada yang menghakimi.

Sad Fishing dan Manipulasi Sosial

Bagi pelaku "Sad Fishing" yang mempunyai sifat manipulatif, keuntungan dari berperilaku seperti ini digunakan untuk menarik simpati demi keuntungan pribadi. 

Pelaku "Sad Fishing" bahkan berlagak sebagai penulis naskah yang bebas mengarang cerita kesedihan dengan objek dirinya untuk mendapakan belas kasihan orang.

Orang yang menaruh iba akan memberi bantuan materi dan pelaku "Sad Fishing" dengan senang hati akan menikmati bantuan materi untuk kepentingan pribadi. Bahkan hal ini dijadikan sesuatu yang wajar dan dinormalisasi. 

Sad Fishing versus Pengemis Online

Jika "Sad Fishing" masih berupaya membuat rangkaian cerita sedih dengan objek dirinya, maka pengemis online sudah tidak malu-malu lagi berperilaku yang tidak wajar hanya demi mendapat perhatian dari penonton media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun