Mohon tunggu...
Bayu Fitri
Bayu Fitri Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seorang pengamat hiruk pikuk media sosial dalam hal gaya hidup, finance, traveling, kuliner dan fashion. Tulisan saya bisa dibaca di blog https://bayufitri.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Belajar Menghadapi Penolakan Tanpa Menjadi Patah Semangat

9 Januari 2024   07:01 Diperbarui: 9 Januari 2024   07:13 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menghadapi penolakan, sumber: freepik.com

Jika Kita bisa mengendalikan kesedihan maka kondisi sedih yang ada bisa hadir secukupnya. Cara supaya bisa merasakan sedih secukupnya dengan meyakinkan diri, "setelah ini apa yang harus dilakukan?" 

2. Alihkan Penolakan

Supaya penolakan bisa diterima dengan lapang dada maka tidak ada salahnya mengalihkan pikiran sejenak ke sesuatu yang bisa membuat diri terhibur.

Lebih baik jika pengalihan penolakan bisa Kita alihkan pada kegiatan produktif. Adanya kegiatan paling tidak akan membawa pikiran Kita pada kondisi lain yang secara perlahan bisa menerima penolakan yang ada. 

Kegiatan produktif bisa dipilih sesuai minat dan hobi Kita. Bisa seharian ada di toko buku, mengambil foto di taman kota, berolahraga di pusat kebugaran, berkumpul dengan teman atau bercengkrama dengan keluarga. 

3. Intropeksi Diri

Terkadang penolakan yang datang karena standar Kita tidak sesuai dengan standar yang orang lain tetapkan. Jadi tidak ada salahnya menilai kembali standar diri apakah sudah sesuai dengan standar orang lain.

Lebih baik lagi jika standar Kita bisa ada di atas standar orang lain sehingga ada nilai lebih diri dimata orang lain. 

Buat sebagian orang menilai diri sendiri atau instropeksi diri terkadang membutuhkan bantuan orang lain. Untuk itu Kita perlu rendah hati, kosongkan gelas menjadi setengah untuk bisa menerima saran atau kritikan dari orang lain. 

4. Kenali Mental Kita

Ambang batas penerimaan penolakan setiap orang berbeda-beda. Yang bisa mengetahui amabang batas tersebut adalah diri Kita sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun