MIGAS yang berhasil ditambang  akan diolah menjadi produk siap pakai seperti gas elpiji,  bensin, diesel, minyak pelumas, avtur dan produk turunan yang disebut petrokimia.
Polemik Minyak Bumi sebagai BBM
Kendaraan bermotor sebagai alat transportasi umum di masyarakat, sebagian besar masih menggunakan bahan bakar produk olahan minyak bumi atau yang lebih dikenal sebagai bensin atau diesel.
Masalahnya seiring dengan pertambahan penduduk, konsumsi BBM juga semakin meningkat. Dampak negatifnya terjadi pencemaran lingkungan akibat dari gas buang kendaraan bermotor.
Pencemaran lingkungan ini tentu mempunyai dampak tidak baik bagi kesehatan manusia. Efek pemanasan global yang berasal dari gas buang kendaraan bermotor menyebabkan suhu udara di permukaan bumi semakin meningkat.
Hal ini menyebabkan keseimbangan alam terganggu. Sehingga terjadi kasus seperti gagal panen, perubahan iklim tak menentu, mencairnya es di antartika dan sebagainya.
Menuju Energi Baru Terbarukan
Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah mulai menyiapkan alternatif sumber daya energi terbarukan. Salah satunya dalam bidang transportasi yaitu penggunaan kendaraan listrik dengan tenaga dari baterai sebagai sumber penggerak.
Baterai pada kendaraan listrik sendiri terbuat dari nikel, kobalt dan mangan. Keunggulan menggunakan kendaraan listrik adalah ramah lingkungan. Hal ini disebabkan tidak ada gas buang yang menyebabkan polusi udara.
Perlahan namun pasti solusi dari sumber daya energi baru terbarukan mulai disosialisasikan ke masyarakat. Kondisi peralihan dari energi fosil ke energi baru terbarukan saat ini disebut proses transisi energi.
MIGAS (Masih) dibutuhkan??
Pertanyaannya apakah jika manusia sudah menggunakan energi baru terbarukan maka akan meniadakan penggunaan energi MIGAS? Jawabannya ternyata MIGAS masih dibutuhkan.
Menurut Ibu Marjolijn Wajong (Direktur Eksekutif IPA) posisi Indonesia sebagai produsen migas besar terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Jika dulu di medio tahun 70-90an produksi MIGAS bisa mencapai lebih dari 1 juta barel per hari (BPH) bahkan bisa 1,6 juta barel tapi setelah melewati tahun 90an itu produksinya terus menurun hingga posisi sekarang ini di kisaran 600 ribuan BPH.
Kebutuhan MIGAS dari sumber energi fosil untuk masyarakat Indonesia diperkirakan meningkat sampai tahun 2050. Untuk kebutuhan minyak bumi akan terdapat kenaikan sebesar 139%.