Mohon tunggu...
Bayu Fitri
Bayu Fitri Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seorang pengamat hiruk pikuk media sosial dalam hal gaya hidup, finance, traveling, kuliner dan fashion. Tulisan saya bisa dibaca di blog https://bayufitri.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pentingnya Penggunaan MIGAS di Era Energi Baru Terbarukan

17 Juli 2023   17:15 Diperbarui: 17 Juli 2023   18:04 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Migas untuk Mobilitas, sumber; doc. pribadi

Penggunaan energi baru terbarukan saat ini menjadi acuan sumber daya energi hijau di berbagai negara. Penyebabnya karena terbatasnya sumber daya energi berbahan fosil yang ada. Namun energi berbahan fosil seperti MIGAS juga masih diperlukan terutama untuk produk petrokimia. 

Narasumber pada temu blogger, sumber : doc. pribadi
Narasumber pada temu blogger, sumber : doc. pribadi

IPA Convention & Exhibition 2023

Pada tanggal 11 Juli 2023, bertempat di Restaurant Sentosa Seafood, GBK Senayan Jakarta, diadakan kegiatan "Meet The Blogger" menyambut 47th IPA Convex 2023. Akronim IPA Convex adalah Indonesia Petroleum Association Convention & Exhibition. Kegiatan ini berlangsung dari jam 11.30 wib - 15.00 wib.

Acara dipandu oleh seorang moderator yaitu Bp. Azis Husaini selaku Redaktur Energi Kontan. Adapun narasumber yang dihadirkan dalam kegiatan diskusi ini yaitu; Ibu Marjolijn Wajong (Direktur Eksekutif IPA), Bp. Nanang Untung (Tenaga Ahli Menteri ESDM) dan Bp. Khrisna Ismaputra (Chairperson IPA Convex 2023),

Kegiatan "Meet The Blogger" bertujuan untuk menyebarluaskan informasi mengenai penyelenggaraan IPA Convex 2023 ke 47 yang akan diselenggarakan pada tanggal 25 - 27 Juli 2023 di ICE BSD City Kab. Tangerang, Banten.

Berbagai panel diskusi akan berjalan sesuai agenda kegiatan yaitu; Opening Ceremony, Plenary Sessions, Technical Program, Youth @IPA Convex, Energy Cultural Night dan Business Meeting, demikian dikatakan Bp. Khrisna Ismaputra (Chairperson IPA Convex 2023).

Tema dari IPA Convex 2023 ke 47 mendatang adalah "Enabling Oil & Gas Investment and Energy Transition for Energy Security" Pada convention mendatang akan berkumpul para ahli dan pakar serta pengamat dalam pertambangan MIGAS. Kegiatan convention akbar kali ini diharapkan dapat menjadi ajang tukar pendapat untuk mencari solusi terbaik mengenai permasalahan MIGAS di era transisi energi.

MIGAS sebagai Sumber Daya Energi Tak Terbarukan

MIGAS akronim dari minyak dan gas bumi. Minyak bumi dari bahan fosil sudah ditemukan tahun 1872 di Rusia. Selanjutnya berturut-turut ditemukan juga cadangan dan sumber minyak bumi di negara Persia (Iran), Meksiko, Venezuela, Saudi Arabia sampai ke Indonesia.

Pencarian MIGAS dalam negeri Indonesia sendiri saat ini berada di wilayah yang sulit untuk dijangkau mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas. Potensi keberadaan sumber MIGAS dalam negeri berdasarkan pemetaan seismik berada pada kedalaman dasar laut atau kedalaman dasar bumi.

Hal ini menyebabkan eksplorasi MIGAS membutuhkan teknologi tinggi dan berbiaya mahal. Sehingga untuk mendapatkan MIGAS perlu dilakukan eksplorasi dengan membangun sumur darat, instalasi produksi lepas pantai, kilang minyak dan jaringan pipa untuk menyalurkan MIGAS.

MIGAS yang berhasil ditambang  akan diolah menjadi produk siap pakai seperti gas elpiji,  bensin, diesel, minyak pelumas, avtur dan produk turunan yang disebut petrokimia.

Polemik Minyak Bumi sebagai BBM

Kendaraan bermotor sebagai alat transportasi umum di masyarakat, sebagian besar masih menggunakan bahan bakar produk olahan minyak bumi atau yang lebih dikenal sebagai bensin atau diesel.

Masalahnya seiring dengan pertambahan penduduk, konsumsi BBM juga semakin meningkat. Dampak negatifnya terjadi pencemaran lingkungan akibat dari gas buang kendaraan bermotor.

Pencemaran lingkungan ini tentu mempunyai dampak tidak baik bagi kesehatan manusia. Efek pemanasan global yang berasal dari gas buang kendaraan bermotor menyebabkan suhu udara di permukaan bumi semakin meningkat.

Hal ini menyebabkan keseimbangan alam terganggu. Sehingga terjadi kasus seperti gagal panen, perubahan iklim tak menentu, mencairnya es di antartika dan sebagainya.

Menuju Energi Baru Terbarukan

Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah mulai menyiapkan alternatif sumber daya energi terbarukan. Salah satunya dalam bidang transportasi yaitu penggunaan kendaraan listrik dengan tenaga dari baterai sebagai sumber penggerak.

Baterai pada kendaraan listrik sendiri terbuat dari nikel, kobalt dan mangan. Keunggulan menggunakan kendaraan listrik adalah ramah lingkungan. Hal ini disebabkan tidak ada gas buang yang menyebabkan polusi udara.

Perlahan namun pasti solusi dari sumber daya energi baru terbarukan mulai disosialisasikan ke masyarakat. Kondisi peralihan dari energi fosil ke energi baru terbarukan saat ini disebut proses transisi energi.

MIGAS (Masih) dibutuhkan??

Pertanyaannya apakah jika manusia sudah menggunakan energi baru terbarukan maka akan meniadakan penggunaan energi MIGAS? Jawabannya ternyata MIGAS masih dibutuhkan.

Menurut Ibu Marjolijn Wajong (Direktur Eksekutif IPA) posisi Indonesia sebagai produsen migas besar terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Jika dulu di medio tahun 70-90an produksi MIGAS bisa mencapai lebih dari 1 juta barel per hari (BPH) bahkan bisa 1,6 juta barel tapi setelah melewati tahun 90an itu produksinya terus menurun hingga posisi sekarang ini di kisaran 600 ribuan BPH.

Kebutuhan MIGAS dari sumber energi fosil untuk masyarakat Indonesia diperkirakan meningkat sampai tahun 2050. Untuk kebutuhan minyak bumi akan terdapat kenaikan sebesar 139%.

Sedangkan kebutuhan gas naik sebesar 298%. Pada tahun tersebut nantinya kebutuhan energi secara nasional diperkirakan mencapai sekitar 1.000 MTOE (Million tonnes of oil equivalent) dengan prosentase 44% berasal dari minyak dan gas sehingga ada sekitar 440 MTOE yang harus dipenuhi.

Selain berbentuk produk bahan bakar, olahan MIGAS juga mempunyai produk turunan yang disebut Petrokimia. Produk petrokimia dari MIGAS digunakan sebagai bahan pembuat plastik, serat sintesis, karet, pupuk tanaman, obat-obatan dan detergen.

Menyikapi hal ini bisa disimpulkan bahwa MIGAS masih tetap dibutuhkan untuk menjadi bahan baku produk petrokimia. Sehingga usaha eksplorasi MIGAS harus tetap dilakukan sesuai dengan kebutuhan yang ada

Eksplorasi MIGAS dan Investor

Secara umum eksplorasi MIGAS rentan mengalami risiko kerugian jika tidak berhasil menemukan titik sumber MIGAS yang sesungguhnya. Tingginya biaya eksplorasi MIGAS membuat pemerintah Indonesia membuka peluang sebesar-besarnya dengan mengundang investor untuk berkontribusi dalam pencarian sumber MIGAS.

Menurut Bp. Nanang Untung, Tenaga Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Integrasi, Koordinasi dan Interface Migas, pemerintah Indonesia mengajak kerjasama untuk investasi hulu MIGAS kepada perusahaan swasta lokal maupun perusahaan negara asing.  Hal ini akan menjadi tema dalam diskusi kegiatan 47th IPA Convex 2023 pada tanggal 25 - 27 Juli 2023 di ICE BSD City Kab. Tangerang, Banten

Cara kerjasama eksplorasi MIGAS di bagian hulu ini dianggap tidak memberatkan kondisi keuangan negara. Konsep yang ditawarkan pemerintah Indonesia dengan mengundang investor adalah penerapan  cost recovery dengan skema bagi hasil.

Keuntungan konsep cost recovery, pemerintah tidak mengeluarkan modal usaha, pemerintah tidak menanggung risiko keuangan atau kerugian serta pemerintah mendapat penerimaan pajak dari investor yang mengeksplorasi MIGAS. 

MIGAS yang Ramah Lingkungan

Melihat kebutuhan MIGAS di Indonesia yang belum sepenuhnya bisa dihilangkan maka perlu dibuat teknologi MIGAS yang ramah lingkungan. Teknologi ini disebut Sistem Penangkapan CO2 atau Carbon Capture and Storage (CCS).

Menurut penjelasan Bp. Nanang Untung (Tenaga Ahli Menteri ESDM), CCS adalah teknologi yang dapat mengurangi emisi CO2 dari hasil pengolahan minyak bumi ke atmosfer.

Cara kerja CCS yaitu, CO2 dari sumber emisi gas buang ditangkap (capture) dengan teknologi absorpsi. Penangkapan CO2 digunakan dalam proses produksi hidrogen baik pada skala laboratorium maupun komersial.

Selanjutnya CO2 diangkut (transportation) menggunakan pipa atau tanker seperti pengangkutan gas pada umumnya (LPG, LNG)

Untuk penyimpanannya dilakukan dalam tempat penyimpanan (storage)ke dalam lapisan batuan di bawah permukaan bumi. Cara seperti ini mengakibatkan gas CO2 terperangkap sehingga tidak lepas ke atmosfer. Cara lain yang bisa dilakukan yaitu ketika gas CO2 tertangkap maka langsung diinjeksikan ke dalam laut pada kedalaman tertentu.

Penutup

Terselenggaranya  kegiatan 47th IPA Convex 2023 pada tanggal 25 - 27 Juli 2023 di ICE BSD City Kab. Tangerang Banten diharapkan dapat menjadi ajang diskusi untuk mencari solusi atas permasalahan MIGAS.

Terlebih kebutuhan MIGAS masih diperlukan walaupun Indonesia sudah bersiap melakukan transisi menuju energi bersih. Bagi peserta yang ingin menghadiri gelaran kegiatan 47th IPA Convex 2023 dapat mengunjungi website IPA Convex yaitu www. ipa.or.id untuk melakukan registrasi terlebih dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun