Lambat laun aku terbiasa dengan situasi di rumah, sikap ayah yang acuh tak acuh dan sikap ibu yang aneh tapi nyata. Aku sudah tak pernah bertanya lagi pada simbok karena aku sudah punya teman bermain setiaku. Ya siapa lagi kalau bukan bayangan. Aku sudah tak peduli dengan situasi rumah berikut ayah dan ibu. Yang penting masih ada simbok dan bayangan begitu alam pikiranku mencoba menghibur diriku.
Sampai peristiwa itu datang, aku saat itu sudah duduk dikelas satu SMP. Suatu pagi perutku melilit hebat dan ada darah dispreiku. Aku kaget bukan kepalang spontan aku berteriak memanggil simbok. Dengan tergopoh-gopoh simbok datang memenuhi panggilanku. Ehh tak berapa lama simbok senyum-senyum sendiri. "Selamat ya non Gadis sudah jadi Gadis"Â
"Hah..ini simbok bercanda apa ya...maksudnya apa sih...?"
"Nama aku kan memang Gadis kok dibilang selamat jadi Gadis?" Simbok duduk disampingku dan mulai bercerita,"..jadi gini non Gadis....bla..bla.bla..
Setelah kejadian pagi itu aku baru ngeh  jika aku baru saja mendapat haid pertama kali dan simbok saksi mata pertamaku. Bagaimana dengan ibuku ahh..belum banyak perubahan masih seperti dulu. Bagaimana dengan ayahku? Sepertinya sebelas dua belas idem tidak ada perubahan sama sekali mereka berdua sibuk dengan dunianya sendiri.Â
Tapi ada yang anehhh....kok aku tidak melihat bayangan. Biasanya dia akan muncul menari-nari didepanku. bernyanyi riang atau apapun dia lakukan untuk membuatku tersenyum.Â
"Tapi kemana ya dia hari ini?" Â Sejak pagi itu dan pagi-pagi selanjutnya bayangan tak pernah menampakkan wujudnya lagi.Â
Kini sebulan sudah aku tidak bertemu bayangan. Aku yang dulu ceria kini menjadi pendiam dan pemurung. Aku selalu berharap bertemu bayangan walaupun hanya dari mimpi saja. Aku kangen sekali dengan bayangan. Aku ingin tahu alasan bayangan pergi tanpa pamit.Â
"Aku salah apa sih ?"
" Apa ada perkataan atau perbuatan yang melukai perasaan bayangan? "
"Duh aku bingung dengan situasi ini."