Mohon tunggu...
Bayu Fitri
Bayu Fitri Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seorang pengamat hiruk pikuk media sosial dalam hal gaya hidup, finance, traveling, kuliner dan fashion. Tulisan saya bisa dibaca di blog https://bayufitri.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bayangan yang Kurindukan

11 Oktober 2020   23:45 Diperbarui: 12 Oktober 2020   00:02 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku yang masih kaget terdiam dan bingung, "Ini apa sih, kenapa ada bayangan seperti wujud diriku bisa berbicara?"

Lalu seperti bisa menebak pikiranku sang bayangan berkata lagi, "Mungkin kau masih kaget dan belum terbiasa, percayalah aku tidak berniat jahat, sekarang tidurlah besok kita bermain lagi." 

Sesudah itu kantukku tak tertahan sehingga aku tertidur dengan lelap. 

Pagi hari ketika simbok membangunkanku untuk mandi dan bersiap sekolah aku tekejut melihat sang bayangan juga mengenakan seragam yang sama dengan yang kugunakan. Menggunakan bando, kaus kaki sampai tas sekolah. Mataku yang tak gatal kukucek-kucek sampai simbok bertanya ada apa. Sekilas kulihat bayangan memberi bahasa isyarat untuk tidak memberitahukan simbok tentang keberadaan dirinya.

Setelah sarapan aku pergi dan salim dengan ibuku yang termenung duduk menghadap taman dengan tatapan kosong.  Oya sekolahku hanya 15 menit dari rumah. Jadi aku berani jalan kaki sendiri menuju sekolah. Mulai pagi itu aku punya teman main yang bernama bayangan. Ia berjalan disebelahku sambil sekali-kali menari, menyanyikan lagu atau bicara apa saja yang membuat senyum manis tersungging dibibirku. 

Aku diberitahu bayangan bahwa hanya aku yang bisa melihat keberadaan dirinya. Supaya orang lain tidak mengira aku gila karena terlihat seperti berbicara sendiri, aku dilarang keras berbicara dengan bayangan selama ada orang lain. Nah kalau tidak ada orang lain kami bisa bercakap-cakap layaknya dua dua manusia biasa. Bahkan sampai ketawa seru jika ada cerita lucu. Wah aku seperti menemukan saudari kembarku rasanya. 

Percakapan antara aku dan bayangan secara verbal biasanya terjadi dikamar tidurku. Kadang kami bisik-bisik, berbicara perlahan sampai ketawa cekikikan. Seru sekali ..aku sayang dengan teman  bayanganku ini.

Bayangan ini lebih pintar dari diriku karena ia bisa mengajarkan pekerjaan sekolah atau pr  yang sangat sulit. Bayangan ini juga lebih pintar dari diriku karena ia bisa tahu jawaban dari soal ujian yang sedang aku kerjakan. Terkadang bayangan mengajari aku saat ujian berlangsung. Ah duniaku terasa indah. Kini aku tak kesepian lagi karena bayangan selalu menemani hari-hari aku.

Bagaimana dengan ibuku? Seperti biasa beliau belum banyak perubahan. Lebih banyak duduk dengan tatapan mata kosong ke arah taman dibelakang rumah. Kata simbok ibu sakit. Tapi kok tidak sembuh-sembuh ya? Ahh ..aku tidak paham sebenarnya ibu sakit apa? Bagaimana dengan ayahku? Kata simbok ayah ada di rumah Oma. 

Setiap bulan ayah masih datang berkunjung ia datang hanya 5 - 10 menit saja. Memberi instruksi pada simbok sambil menyerahkan satu bundel amplop tebal yang belakangan aku tahu itu adalah uang untuk makan kami bertiga plus biaya operasional, rumah, uang sekolahku dan gaji simbok setiap bulannya. Jadi selama ini simboklah yang mengatur rumah tangga sekaligus mengatur kebutuhan aku dan ibuku.

Apakah ayah pernah berbincang denganku? Tidak sama sekali. Sejak malam itu entah kenapa ayah selalu memandang ku acuh tak acuh. Dan ini membuatku takut sekaligus tak nyaman. Ketika hal ini kutanyakan ke simbok katanya ayah sibuk banyak pekerjaan kantor. Tapi...kok sampai hitungan bulan sikap ayah padaku tidak berubah? Sebegitu sibukkah dia sampai tak sempat menyapaku bahkan sekedar memanggil namaku jika sedang berkunjung ke rumah? Sebenarnya ada apa? Apakah ada kesalahan dari diriku yang menyebabkan ayah dan ibu bersikap seperti itu? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun