Pertama, pemerintah harus menjaga stabilitas harga pangan. Sepanjang 2022 saja, inflasi terkait harga pangan sudah lebih dari 15 persen sebelum kebijakan kenaikan harga BBM diputuskan.
Selain memperbesar pemberian bantuan sosial, perlu diatur skema penambahan subsidi pangan, pengaturan stok, dan distribusi pangan. Dalam hal ini transformasi kelembagaan tata niaga pangan perlu diseriusi.
Kedua, ada masalah etis yang cukup besar yang perlu diungkapkan pemerintah kepada publik terkait kelembagaan tata niaga pengelolaan minyak.Â
Pemerintah perlu menjelaskan secara terbuka biaya produksi minyak per liter/barel, jumlah produksi per hari/tahun, biaya distribusi, level kebocoran distribusi minyak, dan aneka pertanyaan lain. Pemerintah perlu menjelaskan itu semua sehingga alasan menaikkan harga BBM memang rasional dan bukan sekadar pengalihan isu.
Ketiga, pemerintah perlu memaksimalkan diplomasi energi untuk mengamankan pasokan dan kebutuhan energi nasional. Pembukaan mitra dagang baru dalam hal energi perlu dilakukan. Selain itu, proporsi penggunaan energi minyak untuk memproduksi barang dan jasa yang menghasilkan devisa negara perlu terus-menerus diperkuat.Â
Jangan biarkan rakyat terus-menerus berkorban akibat kesalahan kebijakan ekonomi energi yang kita ambil. Bila hal itu tidak diperhatikan, rasanya kebijakan kenaikan harga BBM batal secara etis.
Â
Integrasi dan keterkaitan antar platform serta data-data yang diperlukan adalah salah satu tantangan yang harus diatasi. Adanya rencana untuk menerapkan sebuah kebijakan, tentu memerlukan waktu untuk mengkaji, membuat simulasi dan menganalisis terlebih dahulu terkait seberapa besar dampak negatif yang mungkin terjadi.
Beberapa hari setelah kenaikan harga bahan bakar minyak yang disubsidi oleh pemerintah, harga sejumlah komoditi pangan ikut naik. Komoditi pangan yang ikut mengalami kenaikan harga beberapa hari lalu adalah cabai rawit merah, cabai hijau, bawang putih, dan bawang merah.Â
Bukan hal yang tidak mungkin, harga komoditi pangan yang lain juga turut naik. Situasi semacam ini memang hal yang klasik dan sudah pernah terjadi sebelumnya. Kenaikan harga umumnya berasal dari biaya penanganan sebelum barang siap untuk dikonsumsi, salah satunya adalah biaya distribusi.
Cara untuk meningkatkan efisiensi distribusi pada sektor ini tentu tidak mudah. Kenaikan harga komoditi tersebut cepat atau lambat akan mempengaruhi aktivitas usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang aktivitas utamanya adalah berjualan makanan.
Beralih pada sisi bisnis transportasi online, adanya penyesuaian atau kenaikan tarif transportasi online.Â
Persentase kenaikan tarifnya masih lebih rendah jika dibandingkan dengan persentase kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Hal ini dapat dipandang sebagai sisi positif sebab kenaikan yang tidak terlalu besar, akan menjaga agar konsumen yang selama ini loyal sebagai pengguna, tidak akan beralih meninggalkan transportasi online.Â