Namun, aku tidak dapat tidur. Kepalaku dipenuhi dengan ide-ide aneh. Saya terus mempertimbangkan komentar nenek, Hasan, dan Bu Siti. Apakah Anda tahu apa yang sebenarnya terjadi malam ini?Â
Aku kembali ke balkon untuk menikmati udara dingin yang menenangkan. Namun, saya menemukan sesuatu yang semakin aneh. Langit di desa kami mulai berwarna ungu gelap, bukan terang seperti fajar. Kilauan aneh yang mirip dengan aurora menggantikan cahaya bintang secara bertahap.
Aku kemudian mendengar suara itu. Suara pelan itu mirip dengan angin, tetapi ada nada di dalamnya. Seperti lagu yang saya tidak kenal. Saya mencoba mencari sumber suara tersebut, tetapi tidak menemukannya.Â
"Masuk, Nak. Jangan terlalu lama di luar," kata nenekku tiba-tiba.
 "Apakah nenek juga mendengar suara itu?" tanyaku.
Nenek tidak memberikan tanggapan. Ia hanya menarikku masuk dan dengan cepat menutup balkon. Wajahnya terlihat cerah. "Tidur saja. Apa pun yang terjadi, jangan keluar lagi malam ini," tegas nenek.
Namun, rasa penasaranku membuatku tidak bisa menurutinya. Aku keluar lagi dengan tenang ketika nenek akhirnya tertidur. Saat ini, langit menjadi semakin aneh, dengan cahaya yang bergerak seperti ombak. Suara bisikan itu semakin jelas, dan aku merasa seperti suara itu memanggilku, entah kenapa. Saya kembali ke sungai, tempat saya bertemu dengan Hasan sebelumnya. Namun, kali ini ia tidak hadir. Hanya pantulan cahaya ungu yang terlihat di permukaan air.
Aku pergi lebih dekat, mencoba melihat lebih jelas, dan pada saat itulah aku menyadari sesuatu. Saya tidak tahu siapa itu di tengah sungai. tinggi, terang, dan tidak benar-benar nyata. Sepertinya dia memandang ke arahku, tetapi aku tidak bisa melihat matanya.
Meskipun tidak ada yang berbicara, suara yang bertanya, "Apa yang kau cari?" tiba-tiba terdengar jelas di kepalaku.Â
Saya tidak dapat menjawab. Sepertinya tubuhku kaku.
"Kau telah memasuki malam yang seharusnya kau hindari," lanjut suara itu. "Kembalilah sebelum semuanya terlambat."