"Hilang? Apa maksudmu?"
"Aku tidak tahu. Tapi malam ini rasanya... berbeda. Seperti dunia menunggu sesuatu." "Apakah Anda juga merasa aneh malam ini?" aku bertanya.
"Seperti malam ini nggak mau selesai. Seperti ada yang menahannya," kata Hasan. Suara aliran sungai membuat kami terdiam. Angin yang pelan dan dingin menggigit kulit.
Langit tidak berubah meskipun waktu berlalu. Tidak ada indikasi bahwa fajar akan datang. Orang-orang yang berkumpul di awal mulai kembali ke rumah masing-masing secara bertahap, tetapi lampu tetap menyala. Saya pulang ke rumah dengan keadaan yang tidak pasti. Nenekku sudah berdiri di ruang tamu saat aku membuka pintu. Sepertinya dia cemas.
"Ke mana kamu?" tanyanya.Â
"Cuma jalan-jalan," kataku sambil melepas jaket saya.
"Kamu juga merasakannya, kan? " tanya nenek, menatapku lama."
 "Merasa apa?" Saya terheran-heran.Â
"Malam ini... seperti ada sesuatu yang tidak beres."
" Saya hanya mampu mengangguk.
"Dulu, ibumu pernah bercerita tentang malam seperti ini," kata nenek. Malam yang tidak bisa tidur Ini adalah pertanda, katanya. "Pertanda apa, Nek?" saya bertanya dengan penasaran. Nenek hanya menggeleng pelan, lalu menyuruhku tidur.