Mohon tunggu...
bayu bagus permadi
bayu bagus permadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

"Sebagai penulis, saya percaya bahwa kata-kata adalah kekuatan untuk menyampaikan emosi, menggugah pikiran, dan membangun koneksi antarmanusia."

Selanjutnya

Tutup

Politik

Efek Politisasi Olahraga: Dari Sepak Bola hingga Olimpiade, Apakah Olahraga Masih Netral?

25 Oktober 2024   22:44 Diperbarui: 25 Oktober 2024   22:46 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi/Ilustrasi Sepak bola berlutut

Selama bertahun-tahun, olahraga dianggap sebagai salah satu cara untuk menyatukan berbagai kelompok masyarakat tanpa mempertimbangkan agama, budaya, atau politik mereka. Namun, berbagai pihak telah menggunakan olahraga sebagai alat politik dalam beberapa dekade terakhir. Dari sepak bola hingga Olimpiade, berbagai acara olahraga menampilkan masalah ekonomi, sosial, dan politik. Ini akan membahas bagaimana politisasi olahraga terjadi dan bagaimana hal itu berdampak pada netralitas dan integritas dunia olahraga.

Politisasi Olahraga dalam Sejarah

Olahraga telah digunakan sebagai alat politik sejak lama. Salah satu yang paling terkenal adalah Olimpiade Berlin 1936, di mana Nazi Jerman menunjukkan supremasi dan kekuatan mereka di bawah Adolf Hitler. Olimpiade juga pernah diboikot karena ketegangan Perang Dingin, seperti Olimpiade 1980 di Moskow dan Olimpiade 1984 di Los Angeles. 

Olahraga masih digunakan sebagai alat politik di era modern. Ini terlihat dalam kontroversi tentang pemain sepak bola yang berlutut untuk menyuarakan ketidakadilan rasial sebagai bentuk protes terhadap kebijakan, atau negara yang menggunakan penyelenggaraan acara olahraga besar untuk meningkatkan citra mereka di dunia internasional.

 Kasus Sepak Bola dan Isu Politik

Sebagai olahraga paling populer di dunia, sepak bola sering kali menjadi subjek konflik politik. Misalnya, karena alasan politik, Piala Dunia telah beberapa kali menjadi subjek kontroversi. Karena catatan hak asasi manusia dan kebijakan luar negeri Rusia, beberapa negara mempertanyakan penyelenggaraan Piala Dunia 2018 di Rusia. Selain itu, klub sepak bola terkenal juga terpengaruh oleh politik. 

Banyak pemilik klub terlibat dalam politik atau memiliki agenda politik tertentu, seperti pengusaha atau politisi dari negara-negara dengan masalah hak asasi manusia. Penggunaan klub sebagai cara untuk meningkatkan citra pribadi atau negara, yang disebut sebagai "olahraga mencuci", semakin menjadi perhatian.

Olimpiade dan Diplomasi Internasional

Dianggap sebagai simbol perdamaian dan persatuan internasional, Olimpiade adalah acara olahraga terbesar di dunia. Tetapi Olimpiade tidak bebas dari politik. Selain boikot yang disebutkan sebelumnya, masalah politik sering muncul selama pemilihan kota tuan rumah. Meskipun biaya penyelenggaraan yang tinggi dan seringkali kontroversial, negara-negara yang ingin menunjukkan kekuatan ekonomi dan politik mereka berlomba-lomba untuk menjadi tuan rumah. 

Selain itu, atlet mulai menggunakan Olimpiade sebagai alat untuk menyuarakan masalah politik dan sosial. Atlet telah menggunakan olahraga sebagai cara untuk menyuarakan pendapat mereka di hadapan jutaan penonton, mulai dari protes terhadap ketidakadilan rasial hingga menuntut kebijakan lingkungan yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun