Mohon tunggu...
bayu bagus permadi
bayu bagus permadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

"Sebagai penulis, saya percaya bahwa kata-kata adalah kekuatan untuk menyampaikan emosi, menggugah pikiran, dan membangun koneksi antarmanusia."

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Identitas dalam Era Digital: Bagaimana Media Sosial Mengubah Cara Kita Memilih?

20 Oktober 2024   03:18 Diperbarui: 20 Oktober 2024   03:24 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.pribadi/informasi palsu media sosial

Politik identitas menjadi semakin dominan di era digital saat ini, terutama dengan kekuatan media sosial yang begitu besar dalam membentuk opini publik. Instagram, Facebook, dan Twitter telah menjadi alat penting bagi politisi dan kelompok politik untuk menyebarkan pesan yang menekankan identitas kelompok seperti ideologi, agama, atau etnis. Akibatnya, ikatan identitas yang dibangun dan diperkuat melalui interaksi di dunia maya menjadi lebih penting saat memilih politik daripada masalah kebijakan.

Selain itu, cara kita memahami dan menanggapi informasi politik dipengaruhi oleh media sosial. Masyarakat cenderung terjebak dalam "ruang gema" yang memperkuat keyakinan mereka sendiri karena penyebaran informasi yang begitu cepat dan algoritma yang cenderung menampilkan konten sesuai dengan preferensi pengguna.

1. Penyebaran Informasi yang Cepat dan Berfokus pada Kelompok Tertentu

Dok.pribadi/algoritma Media sosial
Dok.pribadi/algoritma Media sosial

Media sosial memungkinkan penyebaran informasi dengan cepat dan dapat disesuaikan untuk menjangkau kelompok tertentu. Algoritma yang ada di platform seperti Facebook, Twitter, dan Instagram dirancang untuk menampilkan konten yang sesuai dengan minat dan preferensi pengguna. Ini memungkinkan politisi atau kelompok kepentingan untuk menyampaikan pesan yang menekankan identitas kelompok tertentu, seperti agama, etnis, atau budaya. Akibatnya, pesan politik dapat dikemas untuk memicu resonansi emosional yang lebih kuat di antara kelompok sasaran.

Selain itu, politisi dapat memanfaatkan media sosial untuk segmentasi audiens dan menyampaikan pesan yang berbeda kepada berbagai kelompok pemilih berdasarkan data demografis dan perilaku online yang mereka tunjukkan. Strategi ini, yang sering disebut sebagai "mikro-targeting", memungkinkan kampanye politik untuk memperkuat politik identitas dengan menyesuaikan pesan mereka untuk memenuhi kebutuhan dan kekhawatiran unik setiap kelompok. Karena konten yang mereka lihat seringkali mengkonfirmasi bias atau pandangan awal mereka, pemilih cenderung lebih terpolarisasi.

Dalam politik identitas, memberi tahu kelompok tertentu dengan cepat dapat meningkatkan kecenderungan untuk mengabaikan perbedaan dan memperkuat ikatan kelompok. Hal ini dapat menyebabkan sikap eksklusif, di mana orang memiliki ikatan yang lebih kuat dengan kelompok mereka sendiri dan cenderung melihat orang lain sebagai "lawan". Akibatnya, politik menjadi lebih tentang identitas daripada kebijakan, mengurangi kesempatan untuk pertimbangan logis dan kesepakatan.

Pembentukan Komunitas dan Polarisasi Politik

Dok.pribadi/komunitas media sosial
Dok.pribadi/komunitas media sosial

Komunitas berbasis identitas terbentuk setelah media sosial menjadi tempat di mana orang-orang dengan pandangan politik yang sama berkumpul. Pengguna sering terpapar pada konten yang mendukung keyakinan dan perspektif mereka sendiri di platform ini, sementara perspektif yang berbeda sering diabaikan atau disingkirkan oleh algoritma. Akibatnya, politik identitas memperkuat dan memperdalam perbedaan antara kelompok masyarakat. Ini menciptakan polarisasi, yang mengurangi kesempatan untuk diskusi lintas identitas yang terbuka.

Media sosial seringkali memperburuk perbedaan dengan memicu konflik antar kelompok, selain memperkuat ikatan kelompok. Informasi yang cenderung provokatif atau kontroversial lebih sering mendapat perhatian dan interaksi, mendorong pengguna untuk terlibat dalam perdebatan sengit. Ini memperkuat batas-batas identitas politik dan memecah masyarakat secara ideologis. Pada titik ini, pembicaraan politik berkonsentrasi pada kepentingan kelompok masing-masing daripada kebijakan atau solusi.

Misinformasi dan Manipulasi Emosi Pemilih

Dok.pribadi/informasi palsu media sosial
Dok.pribadi/informasi palsu media sosial

Media sosial juga telah menjadi tempat yang ideal untuk menyebarkan informasi yang salah dan mengendalikan perasaan pemilih. Informasi palsu dalam politik identitas sering kali dimaksudkan untuk memicu reaksi emosional seperti kemarahan atau ketakutan, yang dapat memengaruhi cara orang memilih. Konten berbahaya ini dapat dengan cepat menyebar melalui jaringan sosial, membentuk persepsi publik tentang masalah identitas sensitif seperti ras, agama, atau kebijakan imigrasi. Akibatnya, pemilih yang menerima informasi yang salah cenderung membuat keputusan berdasarkan ketakutan atau prasangka daripada fakta.

Dalam konteks pemilihan, manipulasi emosi juga dapat mengambil bentuk kampanye yang menyasar kelompok tertentu dengan pesan yang sangat emosional dan polarizing. Misalnya, kampanye yang menekankan ancaman terhadap identitas budaya atau prinsip-prinsip kelompok tertentu dapat memicu reaksi emosional yang kuat, mendorong pemilih untuk mengambil sikap ekstrim dalam pilihan politik mereka. Media sosial dalam situasi ini berfungsi sebagai platform yang tidak hanya memungkinkan orang berbicara satu sama lain, tetapi juga berfungsi sebagai alat untuk menimbulkan konflik dan ketegangan di antara kelompok identitas yang berbeda.

Jadi, media sosial telah mengubah politik identitas di era internet. Dalam konteks politik, cara kita memilih dan berinteraksi dengan orang lain dipengaruhi oleh penyebaran informasi yang cepat, polarisasi komunitas, dan manipulasi emosi pemilih. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pengaruh media sosial terhadap proses demokrasi, agar masyarakat dapat membuat keputusan yang lebih cerdas berdasarkan pemahaman yang lebih baik tentang masalah yang dihadapi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun