Sebaliknya Bayern terus membangun serangan dari kaki ke kaki, membuat pemain Arsenal yang dituntut untuk bisa memperkecil beban lewat gol away sedikit demi sedikit kehabisan stamina. Menyadari timnya masih buntu, Wenger pun memasukkan Olivier Giroud menggantikan Coquelin yang berperan besar dalam dua kali kebobolan Arsenal, dengan harapan masuknya sang striker Prancis mampu mencetak gol konsolasi sekaligus membangkitkan moril pasukan London Utara. Namun apa daya, Oli juga tak mampu menemukan ruang sebab permainan Arsenal yang makin loyo setelah kebobolan.Â
Para pemain pun tak lagi berlari dan sering melakukan miskomunikasi akibat konfidensi yang mulai jatuh. Aksi Chamberlain pada menit ke -88 yang melakukan dribbling dari bawah pertahanan Arsenal, justru berhasil direbut oleh Joshua Kimmich yang langsung mengopernya pada Thiago, Thiago dengan brilian langsung mengecoh Mustafi sebelum memberikan umpan datar kepada Thomas Mueller yang berdiri sejajar. Mueller yang tak langsung menembak, mengecoh terlebih dahulu Gabriel dengan simpel, sebelum melepaskan tendangan mendatar kaki kiri yang mengecoh Ospina sekaligus mengantar Bayern unggul telak 5-1. Arsenal kini benar-benar dilumat, sedang Wenger dengan tatapan nanar berusaha tegar melihat anak asuhnya.Â
Yang turut menyisakan pertanyaan sebab Wenger tak sekalipun pernah berdiri di sentelban pada satu momen pun sepanjang laga, saat anak asuhnya dengan tragis kebobolan lima kali dan tanpa ampun dihabisi. Game pun berakhir untuk Arsenal bersamaan dengan gol Mueller, dan Bayern sampai akhir laga tetap unggul telak 5-1, mempertahankan tradisi mereka kala bersua London Merah. Keluarnya Koscielny, merubah segalanya bagi mereka.
Hasil ini tak diragukan lagi, akan terasa menyesakkan bagi Arsenal. Bagaimana tidak, pada babak pertama mereka bermain cukup baik, bahkan menumbuhkan harapan untuk dapat merusak tradisi Bayern yang tampak selalu senang pada edisi sebelumnya menjadikan mereka sebagai santapan. Liga Champions juga menjadi ajang bagi Arsenal merajut asa setelah tertinggal jauh dalam pacuan gelar Premier League dan kejenuhan mereka akan prospek di Piala FA yang notabene telah mereka rajai dua kali dalam tiga musim terakhir.Â
Sayang, hasil akhir yang cukup telak ini menjadikan harapan yang dirajut Arsenal, agaknya pupus kembali bagai peribahasa "jauh panggang dari api". Bukan tidak mungkin, namun defisit empat gol yang harus dicetak melawan Bayern bukan pekerjaan mudah, walaupun bermain di kandang, Emirates, melawan Bayern Arsenal lebih sering inferior. Dalam dua pertemuan fase knock-out sebelumnya, di Emirates Arsenal selalu keok di depan fansnya sendiri.Â
Selain faktor teknis yang dapat dilihat kembali kali ini pada pertandingan tadi, mentalitas pemain Arsenal yang tampak belum dewasa, serta tak adanya determinasi lagi setelah kebobolan gol ketiga. (Mesut Ozil bahkan dalam analisa saya tak pernah turun jauh berlari sampai ke belakang, hingga seorang Sanchez terlihat kesal dan beberapa kali memberinya (dan pemain Arsenal lainnya) kode untuk berlari karena minimnya determinasi dan semangat untuk menang pemain Arsenal dalam laga tadi, terutama terlihat jelas pada babak kedua.Â
Setelah itu, keseganan Wenger untuk memberi semangat anak asuhnya saat dibantai di pinggir lapangan (sentelban) bahkan tak terlhat sama sekali pada laga tadi, alih-alih Wenger justru menerapkan respons yang terlambat untuk pergantian pemain Arsenal yang sama sekali buntu dan kehabisan ide pada babak kedua. Memperpanjang capaian kelabu Arsenal pada musim ini, dan tentunya secara akumulatif, pada satu dekade terakhir. Dan yang paling penting, hasil ini telah menunjukkan seberapa besar urgensi, bahwa kali ini mungkin dinasti Wenger di Arsenal, sudah selayaknya untuk berhenti.Â
Dan, Arsenal sepatutnya malu, bahwa tim semenjana seperti Mainz dan Koln yang notabene tim lokal Liga Jerman yang dikuasai bertahun-tahun oleh Bayern, bahkan mampu menahan Munich di Aliianz Arena. Jadi bagaimana dengan hasil terbaru ini Monsigneur Wenger ? Masihkah anda tak segan dan tak malu untuk ngotot bertahan ? Hehe
Enough is enough. We love you but your time is up, Wenger!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H