Terimakasih kami ..
Untuk anak muda bernama BachdimÂ
Dan seorang veteran bernama Boaz
Bersama sembilan inti lain dan duabelas substitusi
Pula Riedl, Schaller, dan Pikal selaku otak strategi .. Â Â Â Â
Keduapuluh dua pemain dan merekalah yang terpilih
Mengganyang Negeri Jiran dengan gagah berani
Membakar garis belakang pemain-pemain Malaya
Menjebak Badrol dan Amri Yahya dengan ide kontrastratregi berujung frustrasi
Menghabisi tiap jengkal fisik kesatria jiran
Lewat menyisir lapangan kanan, tengah, maupun kiri
Dan berlari tanpa henti bagai disulut api Ngastina
Dahaga mereka yang merindukanmu pun kini terobati ..
Senang dapat melihatmu kembali, Garuda ..
Berpacu dengan ganasnya rumput Manahan
Melebur dalam desing-berisik dan panasnya teriakan suporter
Dalam desir debar nan syahdu himne Indonesia Raya ..
 Tak peduli kadang kalian masih salah umpan, bahkan kadang blunder
 Karena awal telah ditulis kembali, selepas kalender yang penuh akan sanksi
 Garuda laksana dirantai, beku dan dingin berderu dalam kerinduan suporter
 Dan masih banyak waktu bagi kalian, untuk berbenah diri ..
 Hanya Garuda..
 Sungguh,
 Pinta kami hanya satu, lugu, dan sederhana jua ..
 Jangan berhenti ..
 Mengepakkan sayapmu lebih tinggi lagiÂ
 Karena kami akan selalu dibelakangmuÂ
Mengobati rindu lapangan kami denganmuÂ
Terimakasih untuk sekali lagi, Timnas Indonesia ..
Dan senang dapat melihatmu kembali terbang lagi, Garuda ..
                                                                                             Malang. 7 September 2016, 00.30
     Â
                                                                                             #SajakLiar#RinduTimnas#Indonesia
      Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H