Mohon tunggu...
G Bayuardi
G Bayuardi Mohon Tunggu... Dosen - Belajar membaca bijak dan menulis rapi

Ada di facebook: zegavon@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bertahap Mengenali Jiwa: Langkah Awal Mengenal Diri

26 Maret 2016   12:36 Diperbarui: 26 Maret 2016   15:22 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dominasi nafsu ini mendorong manusia menjadikan tidak pernah puas dalam berbagai hal misalnya dalam pemenuhan keinginan material, bahkan cenderung akan membawa pada pemujaan materi yang meyakini bahwa materi adalah segalanya. Nafsu ini juga dapat berwujud pada rasa dianggap berharga karena kepemilikan materi, keindahan fisik yang dimiliki, kemudian dorongan untuk menunjukkan hal yang berupa fisik dan materi supaya dianggap superior.

Nafsu Keindahan/Imajinasi/Fantasi/Penggoda, nafsu ini merupakan perkembangan dari nafsu hewani, yang telah menjadi lebih halus. Dan keinginannya berupa dorongan pemenuhan hal-hal non material, berupa imajinasi, pemenuhan nafsu atas nama “cinta”, karya seni, atau estetika lainnya. Nafsu ini mewujud sebagai aktualisasi nafsu hewani yang terbalut rapi oleh nilai-nilai, norma, dan telah dirapikan oleh akal pikiran untuk menegaskan pembenaran dengan berbagai dalih dan argumentasi, kemudian tampil seakan tampil lebih beradab.

Nafsu ini haus akan pemenuhan daya imajinasi/fantasi, yang juga berasal dari obsesi kebendaan, sebagai pemenuhan gengsi, kesombongan, dan kehormatan atau harga diri semu, dengan menggunakan atribut simbol-simbol status tertentu.

Nafsu Kemarahan, nafsu ini mendorong manusia untuk bersikap tegas, keras, marah, dan tidak jarang disertai dengan kekejaman atau kekerasan. Jika nafsu ini tidak tercemar oleh kedua nafsu sebelumnya, hal ini akan dapat mengarahkan pada kebaikan, keteraturan, sejauh nafsu ini dikendalikan.

Nafsu Penyesalan, nafsu ini muncul dengan ciri munculnya rasa bersalah, atau menyalahkan diri sendiri. Hal ini disebabkan munculnya ingatan-ingatan masa lalu. Nafsu ini sering menghadapi berbagai macam konflik yang dipengaruhi oleh akal pikiran, serta nafsu-nafsu yang lebih rendah (hewani, penggoda, dan kemarahan). 

Tidak terkendalinya nafsu ini akan membawa kecenderungan untuk bunuh diri, ataupun apatis (tidak peduli apapun yang disekitarnya) bahkan dapat berulang-ulang kembali mengejar pemenuhan nafsu-nafsu sebelumnya (hewani, penggoda, dan amarah) tanpa mempedulikan apapun atau siapapun, dan akan kembali/semakin tersiksa bila dominasi nafsu penyesalan kembali muncul. Hingga akhirnya mengalami kehilangan orientasi atau tujuan.

Nafsu Kebaikan, nafsu ini muncul ketika terdapat dorongan untuk melakukan kebaikan, muculnya rasa belas kasihan, keinginan untuk membantu orang lain, untuk memperbaiki diri dan lain sebagainya. Nafsu ini dapat terpengaruh atau tercemar juga oleh nafsu-nafsu yang lain. Seperti ketika sedang memenuhi dorongan nafsu kebaikan ini, tiba-tiba muncul pamrih untuk memenuhi nafsu-nafsu yang lainnya. Mulai dari kesombongan dalam hati, gengsi, ingin memperoleh balasan dan lain sebagainya, bahkan pamrih yang paling halus adalah pamrih untuk memperoleh pahala.

Catatan akhir. Sebenarnya dalam akal dan pikiran, hati dan nafsu masih terdapat beberapa bagian atau unsur yang lain. Dengan pertimbangan karena belum kukenali dengan benar-benar, hanya sekedar mengetahui, maka diputuskan untuk tidak atau belum saya cantumkan. Mungkin bagi teman-teman yang telah pernah mengenali unsur-unsur yang belum saya sebutkan boleh menambah pada komentar di note ini, dan itu juga yang saya harapkan.

--------

00.33 wib, 9 juli 2015

tadi sempat ingin menuliskan dua nafsu berikutnya... tapi tangan begitu berat... dan keringat dingin...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun