[caption caption="Sumber: http://www.dragoart.com/tuts/21257/1/1/how-to-draw-a-wolf-spirit.htm"][/caption]Jiwa adalah hal yang paling memungkinkan disadari untuk mengenal diri sendiri pada tahap awal. Kesulitan awal dari mengenal sendiri yang dirasa paling sulit adalah ketika harus jujur pada diri sendiri. Terdapat rasa paling berat yang menyesakkan ketika benar-benar mulai "melek" melihat wajah jiwa sendiri, maka dapat dimaklumi jika terdapat ketakutan yang amat sangat jika hal ini berproses secara cepat dan mendadak. Tidak jarang hal ini menimbulkan rasa frustasi yang mendalam dan juga rasa tidak menerima diri sendiri.
Hal ini menantang dan begitu menarik, ketika tiba ambang antara kegilaan dan kewarasan memuncak di ubun-ubun. Dan bagiku hal ini sangat lah "urgent" lebih baik aku runtuh dan hancur sekarang daripada dihancurkan oleh orang lain. Okey berikut ini adalah hal yang ku temui ketika ku berusaha memberi label pada mereka, yang selalu terus berbicara berdebat, bahkan saling menghancurkan satu sama lain, memukul kepala menghantam dada, mengejangkan perut, bahkan menendang selangkangan.Dibantu berapa buku yang kubaca secara acak, obrolan dengan para sahabat, pertengkaran dan konflik dengan orang terdekat. Kuberanikan diri untuk menamai mereka dan mempereteli mereka yang merupakan kesatuan, menjadi bagian yang terpisah.
1.Akal
Akal merupakan pusat pengendali. Pada akal inilah segala perintah diberikan. Pada akal pula simpul-simpul syaraf bertempat. Segala bentuk tindakan manusia bermula dari program-program yang diolah pada akal. Pada tubuh fisik, akal terletak di otak. Di dalam akal ini terdapat ingatan, dan pemahaman. Akal berfungsi untuk menganalisis hal-hal yang bersifat material, walaupun demikian hal ini juga dapat digunakan untuk menganalisis hal-hal yang non material. Beberapa hal dibawah ini merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan akal dan penggunaannya.
Pikiran
Pikiran merupakan hal yang berkaitan dengan proses berpikir , dan hasil dari proses berpikir tersebut dikenal dengan pemikiran. Pikiran ini cenderung mengarah bersifat relatif objektif, sistematis, logis, memiliki metode, dan argumentatif (tidak pasti/ masih dapat diperdebatkan, terdapat unsur subjektif karena terdapat unsur jiwa yang mempengaruh yaitu hati, dan nafsu). Proses berpikir ini digunakan pada saat merenung/analisis, menghafal, menyimpulkan, berpendapat, kemudian menghasilkan sesuatu yang disebut hasil Pemikiran.
2. Hati
Hati di sini bukan mengacu pada organ biologis, namun lebih mengacu ke rasa, atau perasaan. Konon kabarnya hati ini yang menentukan seseorang dikatakan baik atau buruk. Hati mempunyai karakter yang mudah berubah, muncul dan tenggelam dalam kesadaran, dan dipengaruhi oleh akal dan pikiran, serta nafsu. Perubahan pikiran, hasil pemikiran, dan proses berpikir merupakan faktor yang paling kuat untuk membuat hati relatif tidak berubah-ubah. Sementara, hati berubah-ubah dengan cepat dipengaruhi oleh liarnya perkembangan beberapa unsur nafsu (hawa nafsu)
3. Nafsu
Nafsu merupakan suatu keinginan atau dorongan dalam jiwa untuk melakukan tindakan dengan tujuan memperoleh kepuasan, adapun Nafsu dapat dikategorikan sebagai berikut.
Nafsu Hewani, nafsu ini merupakan dorongan atau keinginan terhadap kebutuhan dasar makhluk hidup (dorongan mempertahankan hidup dan melanjutkan keturunan). Hal ini dimiliki oleh manusia, namun nafsu ini beranjak dari ketamakkan keserakahan, dan kerakusan. Dengan demikan, nafsu ini tak akan pernah terpuaskan jika diikuti.
Dominasi nafsu ini mendorong manusia menjadikan tidak pernah puas dalam berbagai hal misalnya dalam pemenuhan keinginan material, bahkan cenderung akan membawa pada pemujaan materi yang meyakini bahwa materi adalah segalanya. Nafsu ini juga dapat berwujud pada rasa dianggap berharga karena kepemilikan materi, keindahan fisik yang dimiliki, kemudian dorongan untuk menunjukkan hal yang berupa fisik dan materi supaya dianggap superior.
Nafsu Keindahan/Imajinasi/Fantasi/Penggoda, nafsu ini merupakan perkembangan dari nafsu hewani, yang telah menjadi lebih halus. Dan keinginannya berupa dorongan pemenuhan hal-hal non material, berupa imajinasi, pemenuhan nafsu atas nama “cinta”, karya seni, atau estetika lainnya. Nafsu ini mewujud sebagai aktualisasi nafsu hewani yang terbalut rapi oleh nilai-nilai, norma, dan telah dirapikan oleh akal pikiran untuk menegaskan pembenaran dengan berbagai dalih dan argumentasi, kemudian tampil seakan tampil lebih beradab.
Nafsu ini haus akan pemenuhan daya imajinasi/fantasi, yang juga berasal dari obsesi kebendaan, sebagai pemenuhan gengsi, kesombongan, dan kehormatan atau harga diri semu, dengan menggunakan atribut simbol-simbol status tertentu.
Nafsu Kemarahan, nafsu ini mendorong manusia untuk bersikap tegas, keras, marah, dan tidak jarang disertai dengan kekejaman atau kekerasan. Jika nafsu ini tidak tercemar oleh kedua nafsu sebelumnya, hal ini akan dapat mengarahkan pada kebaikan, keteraturan, sejauh nafsu ini dikendalikan.
Nafsu Penyesalan, nafsu ini muncul dengan ciri munculnya rasa bersalah, atau menyalahkan diri sendiri. Hal ini disebabkan munculnya ingatan-ingatan masa lalu. Nafsu ini sering menghadapi berbagai macam konflik yang dipengaruhi oleh akal pikiran, serta nafsu-nafsu yang lebih rendah (hewani, penggoda, dan kemarahan).
Tidak terkendalinya nafsu ini akan membawa kecenderungan untuk bunuh diri, ataupun apatis (tidak peduli apapun yang disekitarnya) bahkan dapat berulang-ulang kembali mengejar pemenuhan nafsu-nafsu sebelumnya (hewani, penggoda, dan amarah) tanpa mempedulikan apapun atau siapapun, dan akan kembali/semakin tersiksa bila dominasi nafsu penyesalan kembali muncul. Hingga akhirnya mengalami kehilangan orientasi atau tujuan.
Nafsu Kebaikan, nafsu ini muncul ketika terdapat dorongan untuk melakukan kebaikan, muculnya rasa belas kasihan, keinginan untuk membantu orang lain, untuk memperbaiki diri dan lain sebagainya. Nafsu ini dapat terpengaruh atau tercemar juga oleh nafsu-nafsu yang lain. Seperti ketika sedang memenuhi dorongan nafsu kebaikan ini, tiba-tiba muncul pamrih untuk memenuhi nafsu-nafsu yang lainnya. Mulai dari kesombongan dalam hati, gengsi, ingin memperoleh balasan dan lain sebagainya, bahkan pamrih yang paling halus adalah pamrih untuk memperoleh pahala.
Catatan akhir. Sebenarnya dalam akal dan pikiran, hati dan nafsu masih terdapat beberapa bagian atau unsur yang lain. Dengan pertimbangan karena belum kukenali dengan benar-benar, hanya sekedar mengetahui, maka diputuskan untuk tidak atau belum saya cantumkan. Mungkin bagi teman-teman yang telah pernah mengenali unsur-unsur yang belum saya sebutkan boleh menambah pada komentar di note ini, dan itu juga yang saya harapkan.
--------
00.33 wib, 9 juli 2015
tadi sempat ingin menuliskan dua nafsu berikutnya... tapi tangan begitu berat... dan keringat dingin...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H