Deskripsi Studi Kasus
Berdasarkan dari hasil observasi yang dilakukan selama peneliti mengikuti kegiatan PPL (praktik pengalaman lapangan) siklus 1 (satu) dan 2 (dua) di SMA Perguruan “Cikini”, Jakarta, dalam program PPG (pendidikan profesi guru) dalam jabatan gelombang 2 (dua) tahun 2023, peneliti melihat peserta didik di SMA Perguruan “Cikini” Jakarta mengalami penurunan motivasi dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat dari menurunnya aktivitas belajar peserta didik, seperti partisipasi dalam diskusi kelas, mengerjakan tugas, dan mengikuti ujian.
Penurunan motivasi peserta didik dapat disebabkan oleh 2 (dua) faktor, faktor internal, seperti materi pembelajaran yang monoton, media pembelajaran yang kurang inovatif, metode pembelajaran yang kurang menarik, dan faktor eksternal, seperti kurangnya dukungan dari orang tua, pola asuh orang tua hingga dukungan dari teman sebaya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran pada umumnya, mata pelajaran bahasa Jepang pada khususnya. Laporan studi kasus bertujuan untuk berbagi praktik baik berdasarkan pengalaman peneliti selama mengikuti kegiatan PPL siklus 1 dan 2. Permasalahan ini penting untuk dapat diatasi karena motivasi peserta didik dalam pembelajaran akan mempengaruhi keefektifan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, khusus dalam laporan studi kasus mata pelajaran bahasa Jepang.
Analisis Situasi
Dalam pembelajaran bahasa Jepang di SMA Perguruan “Cikini”, peneliti dihadapkan dengan situasi dimana peserta didik memiliki kurang nya motivasi dalam mempelajari bahasa Jepang karena peserta didik menganggap bahasa Jepang adalah mata pelajaran yang sulit bahkan susah dikuasai dibandingkan bahasa asing lainnya yang terdapat di SMA Perguruan “Cikini” saat ini (bhasa Perancis dan bahasa Jerman) salah satunya karena adanya aksara asing (aksara Hiragana dan Katakan) dan berbeda dengan aksara yang biasa peserta didik gunakan (akasara romaji atau huruf romawi). Peserta didik juga menganggap mata pelajaran bahasa Jepang sebagai mata pelajaran yang tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Peneliti berperan sebagai guru mata pelajaran bahasa Jepang, peneliti diberikan tugas untuk merancang dan melakukan evaluasi pembelajaran bahasa Jepang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam pembelajaran bahasa Jepang. Peneliti bekerjasama dengan teman sejawat, staf kurikulum dalam menentukan model dan jenis penilaian yang akan digunakan sebagai evaluasi kepada peserta didik, dengan mengetahui karateristik belajar peserta didik terutama peserta didik yang mengambil mata pelajaran pilihan bahasa Jepang.
Peneliti menghadapai beberapa tantangan saat merancang dan melakukan evaluasi pembelajaran ketika kegiatan pembelajaran, antara lain :
Kurangnya pemahaman peserta didik terhadap model Problem Based Learning (PBL),
Keterbatasan waktu dan sumber daya
Alternatif Solusi
Tantangan merancang pembelajaran dan melakukan evaluasi pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) dapat dijawab dengan beberapa langkah nyata berikut:
- Merancang Pembelajaran
- Langkah pertama dalam merancang pembelajaran PBL adalah memilih masalah yang relevan dengan kehidupan nyata. Masalah yang relevan akan membuat peserta didik merasa tertantang dan termotivasi untuk menyelesaikannya.
Berikut adalah beberapa tips dalam memilih masalah yang relevan:
- Masalah harus sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
- Masalah harus dapat diselesaikan dengan menggunakan keterampilan dan pengetahuan yang telah dipelajari peserta didik.
- Masalah harus menarik dan menantang bagi peserta didik.
Selain itu, peneliti juga perlu memperhatikan karakteristik peserta didik dalam merancang pembelajaran PBL. Peneliti perlu memahami kemampuan dan minat peserta didik agar dapat memilih masalah yang sesuai.
Berikut adalah beberapa tips dalam memperhatikan karakteristik peserta didik:
- Dengan melakukan asesmen awal untuk mengetahui kemampuan dan minat peserta didik.
- Dengan melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan pembelajaran.
- Melakukan Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran PBL bertujuan untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran. Evaluasi pembelajaran PBL dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti:
- Observasi, yaitu pengamatan terhadap aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
- Wawancara, yaitu percakapan dengan peserta didik untuk mengetahui pemahaman dan keterampilan mereka.
- Tugas, yaitu pemberian tugas, LKPD ataupun asesmen kepada peserta didik untuk diselesaikan.
- Presentasi, yaitu presentasi hasil investigasi peserta didik di depan kelas.
Dalam melakukan evaluasi pembelajaran PBL, peneliti perlu memperhatikan aspek-aspek yang perlu dievaluasi, seperti:
- Kemampuan peserta didik dalam memahami dan menerapkan materi pembelajaran.
- Kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis dan kreatif.
- Kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dan berkolaborasi.
Selain itu, peneliti juga perlu memberikan umpan balik yang konstruktif kepada peserta didik berdasarkan hasil evaluasi. Umpan balik yang konstruktif dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan mereka. Dengan menerapkan langkah-langkah nyata di atas, diharapkan dapat mengatasi tantangan merancang pembelajaran dan melakukan evaluasi pembelajaran dengan model PBL.
Dalam merancang pembelajaran dan melakukan evaluasi pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL), peneliti menggunakan berbagai sumber daya atau materi. Berikut adalah beberapa sumber daya atau materi yang dapat digunakan:
- Panduan atau modul PBL, panduan atau modul PBL dapat memberikan informasi tentang langkah-langkah dalam menerapkan model PBL. Panduan atau modul PBL juga dapat memberikan contoh-contoh masalah yang dapat digunakan dalam pembelajaran PBL.
- Literatur tentang PBL, literasi tentang PBL dapat memberikan informasi yang lebih mendalam tentang model PBL. Literatur tentang PBL dapat membahas tentang teori-teori PBL, penelitian-penelitian tentang PBL, dan praktik-praktik PBL yang telah dilakukan.
- Sumber daya digital, seperti video, webinar, dan situs web, dapat memberikan informasi tentang PBL. Sumber daya digital juga dapat memberikan contoh-contoh pembelajaran PBL yang telah dilakukan.
Dengan menggunakan berbagai sumber daya atau materi yang tersedia, peneliti dapat lebih siap dalam menerapkan model PBL dan mengatasi tantangan yang mungkin dihadapi.
Evaluasi
Hasil dan dampak dari langkah nyata dalam penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Jepang dapat diuji melalui berbagai metode, seperti observasi, wawancara, tugas, dan presentasi.
- Berdasarkan hasil observasi, peserta didik yang mengikuti pembelajaran PBL terlihat lebih aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran. Peserta didik lebih sering bertanya, berdiskusi, dan berkolaborasi dengan teman sekelompoknya.
- Berdasarkan hasil wawancara, peserta didik yang mengikuti pembelajaran PBL merasa lebih termotivasi untuk belajar. Peserta didik merasa lebih tertarik dan tertantang untuk menyelesaikan masalah yang diberikan.
- Berdasarkan hasil tugas, LKPD atau asesmen peserta didik yang mengikuti pembelajaran PBL menghasilkan tugas yang lebih baik dan berkualitas. Peserta didik menunjukkan pemahaman yang lebih baik tentang materi pembelajaran.
- Berdasarkan hasil presentasi, peserta didik yang mengikuti pembelajaran PBL mampu menyajikan hasil investigasi mereka dengan lebih baik. Peserta didik menunjukkan keterampilan komunikasi dan presentasi yang lebih baik.
Secara umum, hasil dan dampak dari langkah nyata dalam penerapan model pembelajaran PBL untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran bahasa Jepang adalah positif. Peserta didik yang mengikuti pembelajaran PBL menunjukkan peningkatan aktivitas belajar, motivasi belajar, pemahaman materi pembelajaran, keterampilan berpikir kritis dan kreatif, dan keterampilan komunikasi dan kolaborasi.
Berikut adalah beberapa contoh hasil dan dampak dari langkah nyata dalam penerapan model pembelajaran PBL untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Jepang:
- Peserta didik lebih aktif dalam bertanya dan berdiskusi di kelas.
- Peserta didik lebih senang mengerjakan tugas dan menyelesaikan masalah.
- Peserta didik lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran.
- Peserta didik lebih termotivasi untuk belajar bahasa Jepang.
- Peserta didik lebih mandiri dalam pengerjaan tugas, LKPD atau asesmen.
Dengan menerapkan langkah nyata dalam penerapan model pembelajaran PBL, diharapkan dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Jepang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H