Akhir desemeber dunia dibuat gempar dengan merabaknya virus corona di Wuhan, yang merupakan bagian dari salah satu provinsi yang ada di Tiongkok. Hampir 3 ribu lebih jiwa meninggal. Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19.
Seiring dengan migrasinya yang bagitu masif serta istrumen yang tidak terstruktur virus corona menyebar keberbagai belahan dunia dan tentu saja negara kita Indonesia tak luput dari cengkraman corona virus.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi penyeberan dan menekan laju case fatality rate (CFR) daripada covid19 itu sendiri,lewat berbagai kebijakan yang tentu kita bisa ikuti dan lihat sampai pada hari ini. Mulai dari kelakar, soal negara aman dari virus corona karna kita sering qunutan itu kalau dilihat dari persepktif agama belum beberapa pernyataan dari menkes yang cenderung menyepelekan virus corona itu sendiri.
Akhir maret publik pun dibikin tersenyum geli soal pernyataan si kaya dan si miskin, seperti cerita pada dongeng bawang merah dan bawang putih, dan tentu masih banyak lagi kejedian-kejadian menarik yang tak bisa saya urai satu persatu.
Kebijakan teranyar dari pemerintah dengan keluarnya kampanye physical distancing (jaga jarak fisik) menggantikan kampanye sebelumnya social distancing (pembatasan social) dan yang terakhir PP 21 tahun 2020 soal Pembatasan Sosial Berskala Besar. Hal ini diambil pemerintah untuk bisa menekan angka penyebaran yang saya sebutkan diatas tadi. Tapi sekali lagi saya tidak akan berbicara tentang PSBB, walaupun pp itu sendiri memang mengelitik untuk kita bahas diruang publik.
KEPATUHAN
Kepatuhan berasal dari kata “Patuh”. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk pada ajaran dan aturan.
Kepatuhan merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang taat pada aturan, perintah yang telah ditetapkan, prosedur dan disiplin yang harus dijalankan. Dalam dunia kesehatan patuh atau kepatuhan menjadi factor penentu keberhasilan suatu terapi pada pasien atau penderita.
Kepatuhan sendiri tentu perilaku yang dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal. Seperti yang ditulis di atas kepatuhan bersanding dengan aturan atau disiplin, bisa dibayangkan kalau kedua variable itu tidak dijalankan maka barang tentu akan berdampak pada tubuh penderita dan pasien.
Misalkan ada seorang dokter meresepakan obat tertentu dengan dosis yang sudah ditentukan namun ada sikap ketidakpatuhan dari si penderita tentu efek yang diharapkan dari obat tersebut tidak tercapai. Nah kalau kita berbicara dalam konteks covid19 pada sekarang ini barang tantu faktor kepatuhan atau complying berada digaris terdepan dalam hal penangan covid 19.
Saya melihat diberbagai media mengabarkan bagaimana kemudian seorang yang sedang dalam perawatan covid19 disalah satu rumah sakit mencoba melarilan diri. Belum juga para pemuka agama yang menafsirkan covid19 hanya sebagai akalan-akalan sehingga tidak mampu bersinergi dengan pemerintah dalam memutus penyebaran covid19 sehingga perilakunya akan ditiru oleh jamaah yang mengikutinya.
karna kepatuhan terbagi dalam 6 (enam) prinsip yakni komitmen, hubungan social, kelangkaan, reprositas, validasi social, dan otoritas (Cialdini dan Martin 2004) dari prinsip diatas kita bisa melihat bagaimana keterikatan kepatuhan atas unsur-unsur yang menyebabkan seorang patuh (pemerintah, tokoh masyarkat dan tokoh agama) .
pun kalau kita manarik patuh lebih dalam lagi dari sisi agama, bagi umat islam tentunya kata perintah patuh berbanding lurus dengan perintah taat, sehingga bersifat final, karenanya patuh sendiri merupakan refleksi logis dari ketaatan kepada tuhan sang penciptanya dan merupakan unsur aqidah seorang hamba.
dari hal diatas kita bisa melihat bahwa masyarakat kita cenderung melihat ini hanya sebagai kajadian biasa tanpa memikirkan aspek teologis sehingga perilaku yang ditampilkan biasa-biasa saja. Tapi hal ini perlu ditekankan atau digaris bawahi bahwa penganggapan biasa-biasa tidak sama dengan sebuah film dengan judul cinta laki-laki biasa yang mungkin kalau film itu tayang pada situasi seperti ini judulnya bisa jadi cinta laki-laki luar biasa.
Pada akhirnya masyarakat harus memandang ini (wabah corona) bukan hanya sebatas resep dokter dengan obat tertentu yang ditulis dalam selembar kertas putih dengan tulisan tidak karuan yang mana dampak ketidakpatuhan hanya pada si penderita, tapi sebaliknya masyarakat harus memandang ini sebagai ancaman nyata terhadap keberlangsungan hidup manusia dan juga perlu kiranya menampilkan aspek teologis.
rangkain diatas menjadi cerminan budaya kepatuhan dimasyarakat kita yang cenderung majemuk sehingga catatan penulis, pemerintah perlu manarik budaya kepatuhan kedalam suatu sistem yang rigid
Sebelum saya mengakhiri tulisan ini, saya ingin mengucapkan turut berbela sungkawa kepada Tenaga medis yang meninggal sampai pada detik ini, bahwa sejarah mencatat anda pada hari ini. dan bagi muslim akan di anggap syahid. Wallahu 'Alam
jaga jarak fisik, gunakan masker kain berlapis, dan lakukan langkah PHBS.
SALAM SEHAT
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI