Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Dampak El Nino terhadap Tanaman Sengon, Industri Pabrik Kayu, dan Ekonomi Petani

16 September 2023   22:12 Diperbarui: 17 September 2023   17:45 1139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tumpukan kayu sengon yg mati, dimanfaatkan sbg kayu bakar u/memasak, batang sengon yg besar milik tetangga yang sengonya kena dampak. (Foto: Dokumentasi Pribadi/Bayu)

Masyarakat pedesaan identik dengan pekerjaan di sektor pertanian, namun ada pula yang terjun ke sektor perkebunan. Hal tersebut biasanya terjadi pada seorang petani yang memiliki lahan di kawasan non pertanian, lahan bukan sawah, tapi lahan ladang.

Tanah ladang sangat cocok ditanami oleh tanaman yang berumur jangka panjang, paling tidak sekitar satu tahunan bahkan hingga puluhan tahun. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan air yang cukup minimal sekaligus dengan topografi daripada kondisi tanah tersebut.

Di desa saya, umumnya petani di sektor perkebunan memanfaatkan lahannya dengan menanam tanaman sengon atau tanaman tebu, pun tak jarang tanaman singkong. 

Ketiga jenis tanaman tersebut dipilih sebab proses penanaman, perawatan dan pemanenan, dan pemasarannya cukup mudah. meski membutuhkan modal yang cukup besar di awal, tapi itu sebanding dengan hasil yang didapat ketika panen.

Kebetulan, saya pun memiliki satu dua petak lahan yang mana digunakan untuk penanaman tanaman sengon. 

Tanaman sengon dipilih karena mayoritas petani yang sama pun menanam tanaman tersebut dan daya jual tanaman sengon tergolong tinggi daripada tanaman lainnya dalam konteks sektor perkebunan atau tanaman kayu lainnya.

Tak hanya itu masa panen yang cukup singkat (sekitar 5-7 tahun), menjadikan tanaman sengon menjadi primadona bagi petani di sektor perkebunan.

Tanaman sengon atau dalam ilmiahnya albizzia falcata, familiar dengan albasia, merupakan salah satu jenis kayu yang sangat diperlukan dalam industri furniture hingga industri pulp and kertas. Sehingga secara tidak langsung, memiliki pangsa pasar yang sangat luas dan daya jual yang tinggi.

Namun bagaimana dengan kondisi saat ini, di mana hujan belum turun dan cuaca masih sangat terik. Hal ini disebabkan oleh dampak daripada fenomena El Nino, efek El Nino. 

Sehingga sektor pertanian dan sektor perkebunan, memiliki intensitas gangguan yang sangat tinggi terhadap dampak yang ditimbulkan, salah satunya yang jelas adalah kekeringan.

Awal mula terjadinya kekeringan dikarenakan oleh curah hujan yang rendah atau tidak ada aktivitas hujan di suatu daerah tertentu, sumber air tanah yang semakin dalam atau mengering, menjadi dasar utama terjadinya kekeringan dan memiliki efek domino atau implikasi terhadap masalah-masalah pertanian dan perkebunan lainnya.

Satunya yang pasti adalah gagal panen, kerusakan lingkungan ataupun tanaman yang sedang dibudidayakan oleh petani, bahkan krisis pangan, dan yang jelas akan mengganggu perekonomian masyarakat atau perekonomian negara. 

Dampak dari pada fenomena El Nino yang terjadi saat ini terhadap tanaman sengon, industri furniture, industri pulp dan kertas, memberikan dampak yang sangat besar terhadap petani.

Tanaman Sengon terserang penyakit mati pohon ditengah batang, sehingga patah, dan memunculkan tunas baru. (Foto: Dokumentasi Pribadi/Bayu)
Tanaman Sengon terserang penyakit mati pohon ditengah batang, sehingga patah, dan memunculkan tunas baru. (Foto: Dokumentasi Pribadi/Bayu)

Karena suhu terik matahari yang cukup tinggi, ketersediaan air tanah yang menurun, musim kemarau yang berkepanjangan, dan sedikit campur tangan manusia (perawatan tanaman sengon) menjadi salah satu sebab rusaknya tanaman sengon, timbulnya hama penyakit pada tanaman sengon, hingga matinya tanaman sengon.

Saya menanam tanaman sengon sekitar pertengahan tahun 2022, yang mana saat itu, musimnya masih musim penghujan. Ada sekitar 1000 bibit tanaman sengon yang ditanam pada dua petak lahan. Namun saat ini, tanaman sengon yang tersisa tidak lebih dari 600 pohon.

Dan ini masih dampak fenomena El Nino pada tahun pertama, yang mana masih ada sekitar 4-5 tahun ke depan agar tanaman sengon yang saya tanam dapat dipanen, laku terjual.

Penurunan jumlah tanaman sengon pada lahan tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor.

Faktor pertama akibat curah hujan yang tinggi pada permulaan masa tanam, ada sekitar 100-an tanaman yang membusuk akibat terlalu tingginya curah hujan pada saat itu. Pun telah ditanami kembali agar tetap utuh jumlahnya.

Faktor kedua, beberapa tanaman sengon terserang oleh hama penyakit, ulat dan semacamnya yang membuat tanaman tersebut mati karena kehilangan daun.

Faktor ketiga, dampak yang paling parah akibat musim kemarau yang berkepanjangan dan dampak fenomena El Nino, sekitar 250-an pohon sengon mati kekeringan, akibat suhu ekstrim.

Tanaman Sengon milik keluarga saya, usia tanaman lebih satu tahunan, batang pohon bertumuh tidak merata. (Foto: Dokumentasi Pribadi/Bayu)
Tanaman Sengon milik keluarga saya, usia tanaman lebih satu tahunan, batang pohon bertumuh tidak merata. (Foto: Dokumentasi Pribadi/Bayu)

Beberapa antisipasi telah dilakukan seperti memperpendek masa pengairan (menyiram tanaman sengon dengan bantuan pompa air diesel), biasanya 20 hari sekali dilakukan pengairan.

Kini hanya 10 hari sekali dilakukan pengairan, agar ketersediaan air tanah dapat terpenuhi sehingga pertumbuhan daripada tanaman sengon tetap dalam kondisi yang baik.

Pengawasan terhadap hama penyakit tanaman sengon pun gencar dilakukan, sebab dalam kondisi cuaca seperti ini tanaman sengon mudah terserang penyakit, seperti batang tiba-tiba mati setengah, sehingga tanamannya patah.

Pun dengan pemupukan tetap berjalan seperti biasanya, meski intensitasnya sudah mulai berkurang akibat masa tanam yang sudah cukup lama. 

Hal ini disebabkan tanaman sengon mencari  sendiri unsur hara yang dibutuhkan di dalam tanah. Pemupukan yang rutin biasanya dilakukan pada awal-awal masa tanam, sebagai starter daripada pertumbuhan dan perkembangan tanaman sengon.

Tak jauh dari lahan kepunyaan saya, dampak fenomena El Nino terhadap lahan yang bersebelahan pun terkena dampaknya. Puluhan pohon mati kering. 

Meski pada dasarnya tanaman tersebut sudah berusia di atas 5 tahunan, sudah sering atau berpengalaman terhadap pengaruh ataupun dampak fenomena El Nino pada tahun-tahun sebelumnya, namun belum tentu bisa menghadapi pada tahun ini.

Tanaman Sengon milik keluarga saya, usia tanaman lebih satu tahunan, batang pohon bertumuh tidak merata. (Foto: Dokumentasi Pribadi/Bayu)
Tanaman Sengon milik keluarga saya, usia tanaman lebih satu tahunan, batang pohon bertumuh tidak merata. (Foto: Dokumentasi Pribadi/Bayu)

Karena secara tidak langsung peningkatan dampak fenomena El Nino tiap tahunnya itu jelas berbeda, tentu selalu meningkat intensitas dampaknya. Ini dikarenakan oleh faktor alam lainnya yang turut berkontribusi besar terhadap pengaruh dampak fenomena El Nino yang juga semakin besar. 

Meskipun, kita selaku petani di sektor pertanian ataupun perkebunan telah mengantisipasi dengan beberapa cara, agar mengurangi dampak daripada fenomena El Nino terhadap tanaman yang sedang dibudidayakan, tentu masih saja ada kerusakan yang ditimbulkan. Dan itu bersifat mutlak dan tidak dapat dihindari, meskipun angkanya dalam persentase nol koma sekian persen.

Tanaman sengon menjadi bahan baku utama dalam produksi industri perkayuan, baik industri furniture maupun industri pulp dan kertas.

Di Lumajang, industri yang memanfaatkan bahan utama kayu dalam produksi produknya, sehingga di Lumajang sendiri banyak berdiri pabrik kayu, pabrik kayu terbesar di Lumajang adalah PT Mustikatama.

Berdasarkan penjelasan pada laman resminya, dan beberapa penuturan karyawan pabrik tersebut, batang tanaman sengon dimanfaatkan untuk berbagai jenis produk dalam produksi pabrik tersebut, salah satunya seperti kayu lapis, blockboard, polywood, barecore, dan jenis papan lainnya.

Tanaman sengon yang ditanam oleh petani, ketika panen akan dijual kepada pabrik tersebut. Sebab sudah ada sales pemasaran yang ditempatkan oleh pabrik tersebut atau pihak-pihak yang nantinya akan bernegosiasi dalam proses transaksi jual beli atau pemanenan tanaman sengon.

Tanaman Sengon usia 5 tahun lebih, milik tetangga, di sebelah lahan saya. (Foto: Dokumentasi Pribadi/Bayu)
Tanaman Sengon usia 5 tahun lebih, milik tetangga, di sebelah lahan saya. (Foto: Dokumentasi Pribadi/Bayu)

Tanaman Sengon milik keluarga saya, usia tanaman lebih satu tahunan, batang pohon bertumuh tidak merata, kurus. (Foto: Dokumentasi Pribadi/Bayu)
Tanaman Sengon milik keluarga saya, usia tanaman lebih satu tahunan, batang pohon bertumuh tidak merata, kurus. (Foto: Dokumentasi Pribadi/Bayu)

Jelas dampak fenomena El Nino terasa dalam industri tersebut, baik industri pabrik kayu yang ada di Lumajang itu sendiri bahkan yang ada di luar kota.

Hal ini disebabkan oleh kualitas produk daripada batang tanaman pohon yang dijual oleh petani ketika masa seperti ini, kurang baik, ini dikarenakan struktur atau kepadatan daripada serat kayu yang dihasilkan tidak sebaik dalam kondisi normal.

Sehingga produksi daripada produk yang dihasilkan oleh pabrik kayu akan mengalami penurunan kuantitas, sebab bahan baku utamanya mengalami penurunan kualitas sehingga membutuhkan banyak bahan baku dasar daripada pembuatan produk sehingga menurunkan jumlah kuantitas yang dihasilkan.

Sedangkan di sisi lain, pabrik tersebut tetap harus membayar penuh honor atau upah daripada karyawan-karyawannya.

Pun dengan nilai jual daripada pohon sengon itu sendiri mengalami penurunan. Yang mana biasanya sengon yang memiliki batang besar dan masuk dalam kategori super, tiap pohon sengonnya akan terjual senilai lebih dari dua juta per batang sengon. Kini bisa dihargai cukup murah, bisa 100 ribu per batang pohon sengon.

Bayangkan, bila ada batang sengon yang masuk dalam kategori super sebanyak 500 pohon dari 1000 pohon yang ditanam, secara tidak langsung petani tersebut, setidaknya sudah mendapatkan keuntungan bersih di atas dari 300 juta rupiah dalam waktu 5-7 tahun.

Tumpukan kayu sengon yg mati, dimanfaatkan sbg kayu bakar u/memasak, batang sengon yg besar milik tetangga yang sengonya kena dampak. (Foto: Dokumentasi Pribadi/Bayu)
Tumpukan kayu sengon yg mati, dimanfaatkan sbg kayu bakar u/memasak, batang sengon yg besar milik tetangga yang sengonya kena dampak. (Foto: Dokumentasi Pribadi/Bayu)

Tentu jelas, petani tanaman sengon ketika mendapati dampak-dampak daripada fenomena El Nino terhadap tanamannya, tentu mengalami kerugian yang cukup besar dan menurunkan peluang kesempatan memperoleh hasil panen yang tinggi.

Memang benar faktor alam, sulit kita kendalikan dalam sektor pertanian maupun perkebunan, karena kita sendiri, sebagai petani tidak memiliki kuasa dalam mengatur hal tersebut. Namun, kita tentu terus berupaya mengantisipasi agar dampak yang ditimbulkan oleh faktor alam tersebut dapat diminimalisir sehingga kerugian yang terjadi sangat minim.

Tak hanya kerugian material, petani tentu mengalami kerugian secara finansial, seperti biaya perawatan tidak sebanding dengan besar pendapatan ketika panen. Kerugian secara jasmani dan rohani pun tidak diperhitungkan dan karena memang tidak dapat dinilai berdasarkan nominal mata uang.

Jelas perekonomian kita tersiksa, sebagai petani yang menghadapi situasi kondisi daripada fenomena El Nino terhadap tanaman yang sedang dibudidayakan.

Kerugian finansial dan material yang diperoleh oleh petani bilamana di sektor pertanian dan perkebunan, kerugian produksi dan kuantitas produksi daripada industri yang bergantung pada sektor pertanian dan perkebunan.

Secara langsung dan nyata, dampak daripada fenomena El Nino tidak serta merta berdampak langsung terhadap tanaman atau lingkungan semata, namun memiliki korelasi yang luas terhadap perekonomian masyarakat.

Bayu Samudra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun