Kekurangan tidur pada siswa, yang dapat memengaruhi kesehatan mereka dan berdampak pada kinerja akademik.
Siswa mungkin kesulitan berkonsentrasi dan memahami pelajaran jika mereka tidak mendapat cukup istirahat.
Kebijakan ini dapat mengganggu jadwal orang tua yang harus membawa dan menjemput anak-anak mereka ke sekolah, serta menambah biaya transportasi bagi mereka yang harus menggunakan transportasi umum.
Kebijakan ini dapat mengurangi waktu tidur siswa dan mendorong perilaku tidur siang di kelas, yang dapat mengganggu pembelajaran dan mengurangi produktivitas kelas.
Dalam hal ini, kebijakan masuk sekolah pada jam 5 pagi memiliki pro dan kontra yang perlu dipertimbangkan secara cermat. Perlu dicari solusi yang paling sesuai untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tanpa mengorbankan kesehatan dan kesejahteraan siswa, orang tua, dan masyarakat secara keseluruhan.
Di Jepang terdapat beberapa sekolah yang menerapkan kebijakan masuk sekolah pada jam 5 pagi, terutama di sekolah menengah atas (SMA) yang mempersiapkan siswa untuk ujian masuk perguruan tinggi yang sangat kompetitif. Salah satu contohnya adalah Sekolah Tinggi Saijo di kota Okayama, Jepang.
Sekolah ini menerapkan kebijakan masuk sekolah pada pukul 5 pagi sebagai bagian dari program persiapan ujian masuk perguruan tinggi yang ketat. Selain Sekolah Tinggi Saijo, terdapat juga beberapa SMA lain di Jepang yang menerapkan kebijakan serupa, seperti Sekolah Tinggi Tachibana di kota Kyoto dan Sekolah Tinggi Hotoku Gakuen di kota Kobe.Â
Namun demikian, tidak semua SMA di Jepang menerapkan kebijakan masuk sekolah pada jam 5 pagi, dan ada juga beberapa SMA yang memiliki waktu masuk sekolah yang lebih lambat.Â
Sekolah Tinggi Tachibana di kota Kyoto dan Sekolah Tinggi Hotoku Gakuen di kota Kobe, Jepang, menerapkan kebijakan masuk sekolah pada jam 5 pagi sebagai bagian dari program persiapan ujian masuk perguruan tinggi yang sangat kompetitif di Jepang.Â
Kebijakan ini dimaksudkan untuk memberi siswa lebih banyak waktu untuk belajar dan mempersiapkan diri sebelum ujian. Namun, kebijakan ini juga menuai kontroversi karena dianggap mengganggu kesehatan siswa.
Untuk mengatasi masalah ini, sekolah-sekolah tersebut juga menawarkan program tidur siang untuk siswa, serta program bimbingan dan konseling untuk membantu siswa mengatasi stres dan kelelahan akibat jadwal belajar yang padat.Â