Maka dari itu, penting peran serta masyarakat, kita dalam melakukan pengawasan terhadap anak dalam lingkungan yang kita tempati. Ingat pepatah, di mana bumi dipijak di sana langit dijunjung. Ini bukan hanya berarti menghormati kehidupan masyarakat, melainkan turut serta mengembangkan kehidupan masyarakat.
Akan tetapi akhir-akhir ini, kehidupan bermasyarakat lebih mementingkan dan mengedepankan individualistik semata. Sikap acuh tak acuh pada kehidupan orang lain, sikap enggan berinteraksi dengan tetangga, sikap mementingkan diri sendiri, dan sikap tak mau mengalah. Menjadi corak kehidupan masyarakat sekarang.
Sikap-sikap demikian tumbuh akibat pembiasaan yang salah. Masyarakat membiarkan hal itu terjadi tanpa adanya pencegahan dan penanganan kondisi. Sehingga, berangkat dari kesalahan yang dibiarkan lama-kelamaan menjadi kesalahan yang dibenarkan.
Awalnya, sebagian masyarakat memiliki peran krusial dalam mengontrol pengawasan terhadap anak bahkan orang lain dalam lingkungannya. Namun, akibat perubahan pola pikir dan tindakan masyarakat yang enggan mendengarkan nasihat, maka budaya emang gue pikirin tumbuh subur dalam lingkungan yang pasif.
Selain pegawasan eksternal terhadap anak yang rendah, sikap individualistik, ada beberapa sumber yang memicu tindak kriminal pada anak. Salah satunya hubungan anak dengan orangtua, gagalnya institusi pendidikan menanamkan pendidikan moral budi pekerti, dan lemahnya peradilan anak dalam melakukan penyelesaian konflik hukum pada anak.
Hubungan anak dengan orangtua.
Anak akan selalu menjadi tanggungjawab orangtua. Pola asuh dan didikan anak menjadi hal utama dalam pembentukan karakter dan jati diri anak oleh orangtua. Sebab, orang tua adalah orang terdekat anak dan memiliki pengaruh paling besar dalam menanamkan mindset atau pola pikir pada anak.
Orangtua memiliki kendali penuh pada anak, tapi bukan berarti mengekang cita-cita anak dan tindakan anak. Melainkan mengarahkan dan mendukung segala tindakan anak selama dalam koridor yang benar dan tidak melanggar hukum.
Gagalnya institusi pendidikan menanamkan pendidikan moral budi pekerti.
Banyak kasus siswa menganiaya bahkan membunuh gurunya sendiri, begitupun oknum guru yang tega melakukan tindak asusila pada peserta didiknya. Secara nyata, pendidikan moral budi pekerti gagal ditanamkan dalam kehidupan warga sekolah.
Apakah karena kurikulum pendidikan kita yang salah atau cara mengajar pendidik kita yang salah? Terlalu banyak program yang telah diimplementasikan, tapi masih ada saja kegagalan yang tercipta dalam program tersebut.