Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Perlukah Implementasi Metode Belajar "The Gifted" dalam Pendidikan Anak Usia Dini?

13 Oktober 2022   12:00 Diperbarui: 17 Oktober 2022   08:43 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Metode belajar "The Gifted" / foto milik pixabay.com

Mendidik anak usia tiga sampai lima tahun butuh energi ekstra, keahlian mengajar, dan keterampilan emosional terhadap anak didik. Itulah skill khusus para guru paud.

Pendidikan anak usia dini menjadi dasar pemicu pengembangan potensi anak-anak Indonesia. Bagaimana tidak, kurikulum pendidikan anak usia dini menjadi sorotan utama dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini disebabkan oleh upaya penyiapan dan pencetakan insan-insan generasi emas bagi kehidupan bangsa Indonesia mendatang.

Terlepas dari upaya tersebut, ada suatu model metode pembelajaran baru (sebenarnya tidaklah benar-benar baru) hanya saja datang dengan istilah yang lebih menyegarkan. Saya menyebutnya, “The Gifted”.

Mungkin terdengar familier bagi para penggemar film (baca: penggemar film Thailand). The Gifted ialah sebuah film Thailand yang rilis pada 2018 dan The Gifted: Graduation (2020). Suatu film yang terang-terangan melakukan klasifikasi atau struksturisasi kemampuan peserta didik. Strata intelektual para murid, bukan strata sosial.

Nah, dalam pengembangan anak usia dini, perlukah implementasi metode belajar “The Gifted” dalam pendidikan anak usia dini?

Mencoba hal baru dalam metode belajar anak usia dini, menjadi hal wajar dan wajib. Sebab anak usia dini mudah bosan, tidak bergairah berlajar bila metode belajarnya monoton. Sehingga harus ada upaya kreatif dan inovatif dalam metode pembelajaran anak usia dini.

Sudut pengaman dalam metode belajar
Sudut pengaman dalam metode belajar "The Gifted" /dokpri

The Gifted menjadi salah satu jawaban, usulan metode belajar baru bagi anak usia dini. Sehingga akan lebih mudah melihat perkembangan peserta didik dalam pendidikan anak usia dini. Perkembangan anak usia dini dalam paud antara lain; nilai agama dan moral, kognitif, sosial emosional, fisik motorik, bahasa, dan seni.

Guna mengembangkan keenam aspek perkembangan anak usia dini, sekolah paud tentu merancang sebuah sistem model belajar yang akan diterapkan dalam pembelajarannya. Yang menjadi masalah menahun, tak kunjung usai ialah metode belajar yang ada kurang memberikan sentuhan kepada peserta didik.

Peserta didik (anak usia tiga sampai lima tahun) tidak merasakan bahwasanya mereka sedang bermain. Klasifikasi usia tersebut termasuk kepada pendidikan anak usia dini jenjang kelompok bermain (KB). Sesuai namanya, kelompok bermain. Jadi, bermain sambil belajar bukan belajar sambil bermain.

Mayoritas lembaga pendidikan anak usia dini menggunakan metode belajar yang memaksa anak untuk cepat paham akan materi ajar yang dipelajari, seperti bentuk lambang bilangan, huruf alfabet, pengenalan warna, pembacaan doa-doa, hingga imajinasi mereka dikekang aturan.

kegiatan mewarnai kuda
kegiatan mewarnai kuda "The Gifted"/ dokpri

Misalnya saja, anak diminta mewarnai gambar kucing. Tapi, guru melarang menggunakan warna putih dan hitam. Alasan sang guru sepele, lembar kerja siswa berwarna putih, kalau diwarna putih ya kurang bagus, dan kalau diwarna hitam, hasilnya tidak bagus sebab hitam pekat.

Aturan itu sudah keliru, guru membatasi imajinasi bahkan pemikiran anak. Guru tidak pernah tahu apa yang terlintas dalam pikiran anak usia dini, mungkin saja anak melihat seekor kucing berwarna hitam atau anak memelihara kucing di rumah dengan warna putih. Referensi itulah yang memutuskan anak mewarnai gambar kucing dengan warna tersebut.

Sehingga menghasilkan kondisi dan situasi kelas belajar menjadi serius, tegang, dan tertutup. Yang mana hal ini sangat membuat mood anak usia dini berubah drastis. Yang awalnya datang atau masuk ke kelas dalam kondisi bersemangat, malah terdiam dengan rasa takut, khawatir, yang akhirnya tiba-tiba anak menangis.

Padahal pendidikan anak usia dini harus mengedepankan kecerian peserta didik, dengan cara menciptakan suasana belajar yang menenangkan, menyenangkan, dan mengasyikkan.

pembagian aktivitas kegiatan peserta didik
pembagian aktivitas kegiatan peserta didik "The Gifted"/ dokpri

Metode belajar “The Gifted” ini memberikan tingkat kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan kemampuan peserta didik, mulai kegiatan belajar termudah, cukup sulit, hingga membutuhkan nalar anak didik.

Jadi, dalam satu kelas pembelajaran pada bagian inti kegiatan, masuk ke aktivitas peserta didik, anak akan diberikan opsi pilihan (baca: pembagian) dalam menyelesaikan aktivitas belajar apa terlebih dahulu. Misal ada kegiatan menebali struktur kata, menyusun dan melengkapi kata, menghitung jumlah benda, mewarnai, menggunting dan melipat, hingga mengkolase dan mozaik suatu benda.

Alurnya cukup mudah, apabila anak didik sudah menyelesaikan kegiatan pertama, anak didik boleh pindah pada kegiatan kedua/ketiga/keempat atau bermain dalam sudut pengaman anak. Jadi, upaya belajar sambil bermain tetap terjaga esensinya.

Apakah metode belajar “The Gifted” bertentangan dengan kurikulum merdeka?

kegiatan menebali kata kuda
kegiatan menebali kata kuda "the gifted" / dokpri

kegiatan menghitung jumlah kuda
kegiatan menghitung jumlah kuda "the gifted"/dokpri

Jelas tidak, karena memberikan kebebasan belajar pada anak usia dini sehingga anak usia dini mampu menemukan potensinya sendiri dalam kegiatan belajar yang menyenangkan. Apalagi, kurikulum merdeka memang mengusung sebuah visi besar mewujudkan upaya merdeka belajar.

Dengan model belajar tersebut, anak akan merasakan kenyamanan dan kesenangan belajar. Sehingga terwujud kegairahan, semangat dalam diri anak. Anak senang bersekolah, kemampuan anak meningkat, dan kesehatan mentalnya tumbuh dengan baik.

Selain itu, guru akan lebih mudah mengontrol perkembangan anak didik, menjadikan keadaan kelas yang lebih kondusif, dan guru mendapatkan chemistry atau kedekatan dengan peserta didik.

Tidak ada salahnya, mencoba metode belajar “The Gifted” dalam pendidikan anak usia dini. Sebab tidak ada metode belajar yang cocok terhadap semua orang. Sebab, semuanya punya sisi kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Bayu Samudra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun