Misal, disuntik itu seperti digigit semut, digosok-gosok dikit hilang, dek. Mau ya disuntik? Ayo dek disuntik, gak bakal lama hanya lima detik aja! Adek gak perlu mikir aneh-aneh, cukup yakinkan bahwa adek berani disuntik sebab gak sakit sama sekali kok.
Upaya ini cukup efektif memberikan keberanian kepada anak-anak untuk mau dan bersedia disuntik, disuntik vaksin. Tinggal bagaimana cara kita, selaku orangtua, memberikan arahan yang tepat agar anak tidak salah tafsir. Jangan biasakan kita memarahi anak atau menguatkan anak dengan perintah atau kekerasan, ini sangat tidak baik bagi psikis anak. Usahakan bicara perlahan dan penuh kasih sayang.
Mencari kata setuju dari seorang anak itu amat sulit, butuh waktu. Bila tidak ingin hari ini, tawarkan hari esok, tawarkan lagi lusa, begitu seterusnya. Sehingga, vaksin itu memang diwajibkan agar tubuh terhindar dari penyakit berbahaya.Â
Anak-anak usia sekolah, biasanya pemberian vaksin dilakukan di sekolah. Akan tetapi tidak secara mendadak, sebab vaksin itu beda dengan tahu bulat. Pasti ada pengumuman dari pihak sekolah, guru kelas atau kepala sekolah mengenai jadwal vaksinasi di sekolah, umumnya satu hari sebelum pelaksanaan.
Hal ini dilakukan agar si anak dapat menyampaikan agenda vaksinasi kepada orangtua, dan orangtua dapat memberikan arahan agar anak mau divaksin. Kebiasaan ini sering dilakukan oleh para pihak puskesmas di Lumajang yang melakukan vaksinasi (menyasar anak-anak, seperti vaksin campak rubella) di lingkungan sekolah.
Jadi, secara tidak langsung anak-anak usia sekolah bakal dapat vaksin yang memang diperuntukkan kepada anak-anak di sekolah masing-masing, entah sekolah dasar, SMP, bahkan SMA. Sebab saya merasakan hal itu dulu, di SD kena, SMP kena, dan SMA pun kena.
Bahkan anak-anak dibawah usia lima tahun, dapat melakukan vaksinasi dengan mendatangi kegiatan Posyandu di setiap desa/kelurahan. Jika tidak ada, langsung melakukan vaksinasi di puskesmas (kecamatan) atau bila kita tinggal di perkotaan, dilakukan pada rumah sakit.
Kalau posyandu dan puskesmas kegiatan vaksinasi masih diinisiasi oleh gerbangmas (kelompok posyandu yang ada di Lumajang), secara nasional adalah germas atau pihak puskesmas itu sendiri. Kalau kita tinggal di perkotaan, kita sendiri yang harus aktif melakukan vaksinasi ke fasilitas kesehatan yang terdekat bahkan mengikuti anjuran dokter yang kita percaya.
Nah, itulah sedikit pengalaman mengenai pengenalan dampak dan cara menyakinkan anak untuk mengikuti vaksinasi atau imunisasi vaksin bagi anak. Semoga bermanfaat.
Jadi, mari tuntun anak untuk berani divaksin!
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!