Beberapa waktu lalu, secara tidak langsung Presiden Joko Widodo menghimbau para orangtua untuk melakukan vaksinasi covid kepada para putra-putrinya. Akan tetapi, upaya ini banyak menuai penolakan dari sebagian masyarakat Indonesia. Lantas bagaimana langkah kita sebagai otangtua dalam mengenali dampak dan cara imunisasi vaksin pada anak?
Imunisasi vaksin pada anak sering dilakukan ketika balita. Entah vaksin campak rubella, vaksin polio, dan yang agak gempar adalah vaksin covid. Vaksin ini dimasukkan ke dalam tubuh anak dengan cara disuntik pada bagian tubuh anak, biasanya lengan anak. Pemberian vaksin pada anak pun hanya sekali seumur hidup.
Tulisan ini tidak sedang membahas mengenai problematika vaksin covid untuk anak, tetapi bakal membahas upaya mengenali dampak dan cara menyakinkan anak akan proses imunisasi vaksin pada anak.
Vaksinasi pada anak biasanya dilakukan pada anak yang berusia dibawah lima tahun, untuk vaksin polio atau vaksin yang biasanya ditujukan untuk balita. Kemudian adanya pemberian vaksin lain ketika ada wabah atau hal lain dalam kondisi yang tidak baik, seperti vaksin campak rubella yang beberapa tahun lalu diadakan serentak secara nasional. Dan kini akan ada vaksinasi covid bagi anak-anak, tapi dalam batasan usia yang memenuhi, seperti usia 12 tahun.
![Kenali Dampak dan Cara Imunisasi Vaksin untuk Anak (foto dari klikdokter.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/30/074305600-1496849990-yuk-ketahui-jarak-dan-jadwal-imunisasi-anak-60dc6d0606310e293a415814.jpg?t=o&v=770)
Usaha ini dapat membuat bagian yang disuntik dapat berelaksasi, mengendor, dan tidak tegang. Sehingga memperlancar aliran darah pada area tubuh yang ditusuk jarum suntik.
Dampak kedua yang juga menyertai akibat imunisasi vaksin pada anak adalah demam. Vaksinasi pada anak biasanya dilaksanakan pada pagi atau siang hari, dan ketika malam hari tiba, anak mengalami demam tinggi dan kadang disertai muntah-muntah. Hal ini wajar, sebab sebagai upaya adaptasi yang dilakukan oleh tubuh dalam menyikapi vaksin yang masuk ke dalam tubuh.Â
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan plester penurun panas atau mengompres dahi anak dengan air hangat dan alkohol. Apabila demam ini berlanjut hingga keesokan harinya, atau kita cek di dini hari masih panas, berikan anak obat penurun panas atau segera dibawa ke dokter anak untuk penanganan lebih lanjut.
![Kenali Dampak dan Cara Imunisasi Vaksin untuk Anak (foto dari shutterstock via health.kompas.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/30/5ec7722592854-60dc6d1f15251019495e2772.jpg?t=o&v=770)
Kalau untuk anak batita, mungkin tidak ada treatment khusus. Sebab belum paham ini itu. Tapi, kalau sudah balita, usia empat sampai lima tahun, perlu ada penanganan khusus sebab mulai rewel, paham akan bagaimana cara menolak, dan punya pemikiran sendiri.
Kita bisa mengakali dengan memberikan iming-iming hadiah atau hal lain ketika telah usai divaksin. Dengan begitu, anak bakal mengupayakan dirinya untuk berani divaksin. Selain itu, topang dengan dukungan moral, berikan semangat, dan berikan ilustrasi kesakitan yang akan dirasakan.
Misal, disuntik itu seperti digigit semut, digosok-gosok dikit hilang, dek. Mau ya disuntik? Ayo dek disuntik, gak bakal lama hanya lima detik aja! Adek gak perlu mikir aneh-aneh, cukup yakinkan bahwa adek berani disuntik sebab gak sakit sama sekali kok.
Upaya ini cukup efektif memberikan keberanian kepada anak-anak untuk mau dan bersedia disuntik, disuntik vaksin. Tinggal bagaimana cara kita, selaku orangtua, memberikan arahan yang tepat agar anak tidak salah tafsir. Jangan biasakan kita memarahi anak atau menguatkan anak dengan perintah atau kekerasan, ini sangat tidak baik bagi psikis anak. Usahakan bicara perlahan dan penuh kasih sayang.
Mencari kata setuju dari seorang anak itu amat sulit, butuh waktu. Bila tidak ingin hari ini, tawarkan hari esok, tawarkan lagi lusa, begitu seterusnya. Sehingga, vaksin itu memang diwajibkan agar tubuh terhindar dari penyakit berbahaya.Â
![Kenali Dampak dan Cara Imunisasi Vaksin untuk Anak, Anak dalam Masa Demam (foto dari alodokter.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/30/images-1-60dc6d6006310e507c3a3562.jpeg?t=o&v=770)
Anak-anak usia sekolah, biasanya pemberian vaksin dilakukan di sekolah. Akan tetapi tidak secara mendadak, sebab vaksin itu beda dengan tahu bulat. Pasti ada pengumuman dari pihak sekolah, guru kelas atau kepala sekolah mengenai jadwal vaksinasi di sekolah, umumnya satu hari sebelum pelaksanaan.
Hal ini dilakukan agar si anak dapat menyampaikan agenda vaksinasi kepada orangtua, dan orangtua dapat memberikan arahan agar anak mau divaksin. Kebiasaan ini sering dilakukan oleh para pihak puskesmas di Lumajang yang melakukan vaksinasi (menyasar anak-anak, seperti vaksin campak rubella) di lingkungan sekolah.
Jadi, secara tidak langsung anak-anak usia sekolah bakal dapat vaksin yang memang diperuntukkan kepada anak-anak di sekolah masing-masing, entah sekolah dasar, SMP, bahkan SMA. Sebab saya merasakan hal itu dulu, di SD kena, SMP kena, dan SMA pun kena.
Bahkan anak-anak dibawah usia lima tahun, dapat melakukan vaksinasi dengan mendatangi kegiatan Posyandu di setiap desa/kelurahan. Jika tidak ada, langsung melakukan vaksinasi di puskesmas (kecamatan) atau bila kita tinggal di perkotaan, dilakukan pada rumah sakit.
Kalau posyandu dan puskesmas kegiatan vaksinasi masih diinisiasi oleh gerbangmas (kelompok posyandu yang ada di Lumajang), secara nasional adalah germas atau pihak puskesmas itu sendiri. Kalau kita tinggal di perkotaan, kita sendiri yang harus aktif melakukan vaksinasi ke fasilitas kesehatan yang terdekat bahkan mengikuti anjuran dokter yang kita percaya.
Nah, itulah sedikit pengalaman mengenai pengenalan dampak dan cara menyakinkan anak untuk mengikuti vaksinasi atau imunisasi vaksin bagi anak. Semoga bermanfaat.
Jadi, mari tuntun anak untuk berani divaksin!
Bayu Samudra
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI