Sejatinya personal branding memiliki dua tempat yang berbeda, baik di dunia nyata dan dunia maya. Apakah tidak dapat disatukan? Mengapa harus ada dua personal branding? Wajibkah kita memiliki kedua personal branding tersebut?
Zaman dahulu, personal branding hanya ada dalam kehidupan nyata. Seseorang dapat mengenali diri kita karena kita berhadapan langsung (melihat, meraba, dan mendengar) apa-apa yang dilakukan oleh diri kita kepada orang lain. Â
Sekarang, personal branding ada dalam dunia maya, dunia dalam jaringan, dunia internet. Seseorang tidak dapat mengenali secara pasti jati diri kita, sebab orang lain hanya melihat diri kita dari sisi karya yang dihasilkan, tanpa harus tahu kenyataan secara faktual di dunia nyata.
Dengan demikian, seseorang akan memiliki satu bahkan dua personal branding dalam kehidupan, baik dunia nyata dan dunia maya.
Saya pun percaya, reputasi dunia nyata bakal memengaruhi citra diri kita sendiri, baik di dalam dunia nyata maupun dunia maya sekalipun. Maka dari itu, timbullah inisiatif membangun personal branding pada dunia maya sebagai ajang aktualisasi diri dalam kehidupan.
Hal itu dilakukan, apabila diri kita tidak memiliki reputasi yang baik dalam dunia nyata. Kemudian, mencoba peruntungan di dunia maya dengan membangun personal branding yang kita cita-citakan. Apakah berhasil? Usaha tidak akan mengkhianati hasil, tapi keberuntungan dapat mengkhianati usaha.
Kita ambil contoh, Kak Seto. Beliau di kehidupan nyata sudah memiliki personal branding tersendiri, sudah terbentuk sebelum adanya internet atau sebelum internet masuk ke Indonesia. Ketika internet mulai menyebar di Indonesia, Kak Seto semakin luas dikenal masyarakat dengan personal branding yang sama. Hal ini disebabkan, Kak Seto sudah punya tempat di hati masyarakat (publik), jadi citra dirinya (dunia nyata) pun ikut ke dalam dunia maya.Â
Sederhananya begitu.Â
Lantas, apakah personal branding dapat dipisahkan?
Jika bisa disatukan (personal branding di dunia maya mengikuti personal branding dalam dunia nyata), kenapa tidak bisa dipisahkan? Jelas sangat bisa.Â
Apalagi bagi mereka yang memiliki personal branding di dunia nyata kurang baik karena reputasi buruk, maka bisa memanfaatkan dunia maya guna membangun personal branding anyar.Â
Dengan membangun personal branding dunia maya, diri kita bakal lebih baik dan bersemangat kembali. Tapi kita harus tahu, citra apa yang bakal ditujukan kepada khalayak umum agar diri kita memiliki tempat di hati masyarakat.
Membangun personal branding dalam dua tempat yang berbeda, jelas membangun dua karakter yang beragam dalam dua tempat. Bukan bermuka dua. Artinya, kita mencoba memperbaiki hidup dalam dunia maya karena kita mengalami kegagalan di dunia nyata.
Kita ambil perumpamaan, seorang disabilitas, tunadaksa. Dia kehilangan kedua kakinya karena kecelakaan lalu lintas, sehingga harus berada di kursi roda untuk bisa berpindah tempat. Dia bukan siapa-siapa, hanya seorang lulusan PTN yang baru saja lulus dan mengalami musibah.
Secara historis, dia belum memiliki personal branding di lingkungan masyarakat, khususnya para tetangganya. Tapi, karena dia cukup piawai menggunakan laptop dan memiliki kecakapan terhadap suatu bidang ilmu yang ia gali selama kuliah. Ia nekat membangun personal branding baru di dunia maya. Misal, menjadi youtuber dengan membagikan konten yang menyangkut keahliannya. Akhirnya dia berhasil. Dan di sanalah letak personal branding dari dirinya yang jelas menyampingkan jati diri dalam dunia nyata.
Bagaimana bisa terjadi? Inilah cara membangun personal branding di dunia maya dengan menyampingkan jati diri dalam dunia nyata.
![Tangkapan layar, mengetikan nama Bara Mas Yudra di kolom pencarian google (dok pribadi Riza Khusnaini, teman saya yang dimintai tolong mengetik nama pena di pencarian google)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/10/img-20210610-wa0020-60c204cad541df4ad0407e02.jpg?t=o&v=770)
Pertama, buatlah identitas baru dalam dunia maya.
Anggap dirimu terlahir kembali, tapi duniamu adalah dunia maya. Tentukan sendiri identitas dirimu, buatlah seunik mungkin hingga tak ada satupun orang di dunia maya mengenali identitas aslimu. Intinya, membuat nama pena.
Kenapa harus membuat nama pena dan diharuskan paling unik? Perlu diketahui, bahwa nama setiap orang hampir sama bahkan sama persis. Untuk membedakan antara identitas yang satu dengan yang lainnya, kita harus membuat identitas baru dan benar-benar baru.
Coba kalau tidak percaya, ketik namamu di pencarian google. Apakah menunjukkan dirimu? Jika iya, kamu sudah berhasil membuat personal branding dunia maya. Bila belum, malah menunjukkan orang lain tapi sama persis namanya, kamu belum bisa membuat personal branding dunia maya.
![Tangkapan layar, bila mengetikkan nama Bayu Samudra di kolom pencarian google (dokumen pribadi penulis)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/10/screenshot-20210610-192757-60c2062c8ede4875e21de8d2.jpg?t=o&v=770)
Akan tetapi, bila kamu ketik nama ini (Bara Mas Yudra) di pencarian google, maka akan menunjukkan diri saya di dunia maya. Sebab, saya mulai membangun personal branding dunia maya dan terus berupaya eksis dengan berbagi informasi kepada khalayak umum.
![Tangkapan layar, mengetikan nama Bara Mas Yudra di kolom pencarian google (dok pribadi Pink Ayu R.D, teman saya yang dimintai tolong mengetik nama pena di pencarian google)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/10/img-20210610-wa0019-60c20411d541df0430281a62.jpg?t=o&v=770)
Kedua, buatlah jati diri baru di dunia maya.
Artinya, kamu harus menciptakan karakter baru tentang dirimu ke dalam dunia maya. Entah karakter yang sedang kamu cita-citakan. Sederhananya, kamu dituntut menunjukkan sebuah tabiat yang berbeda 180 derajat dari tabiat kehidupan nyata dirimu.
Terlepas dari media atau platform dunia maya yang kamu jadikan tempat membangun personal branding. Entah di instagram, facebook, twitter, youtube, bahkan lainnya.
Misalnya dengan senantiasa berbagi tips memasak, mengatasi masalah anak, bahkan reparasi mesin sepeda motor. Bebas. Tentukan jati dirimu sendiri di dunia maya. Artinya, kamu harus menciptakan karakter dengan bekal kemampuan yang telah dimiliki guna mendukung personal branding dirimu di dunia maya.
Anggap begini, dirimu adalah mantan pemabuk. Pernah mabuk dan direhabilitasi. Dirimu jelas dicap jelek di mata masyarakat, terutama tetangga. Padahal, kamu masih muda dan tentu memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil. Kemudian terbesit angan untuk memanfaatkan kisah kelam dirimu, menjadi sebuah konten edukatif agar generasi di bawah dirimu tidak terjerumus di lubang yang sama denganmu.
Mulai berbagi tips pergaulan tetap sehat, motivasi hidup lebih baik, cara meredam emosi secara bijak, atau hal lain yang jelas memiliki nilai kegunaan bagi orang lain.Â
Ketiga, tetap berada di dunia maya dengan branding-mu sebagai bentuk eksistensi diri.
Tidak masalah kamu memiliki dua personal branding dalam dua tempat yang berbeda. Sebab memiliki perbedaan audiens, beda cakupan wilayah, beragam pola pandang, dan tentunya kehidupan yang berbanding terbalik.
Bisa saja kamu memiliki citra buruk di dunia nyata, tapi di dunia maya kamu seorang bintang, seorang yang bertabiat baik.
Maka dari itu, kamu harus tetap berada di dunia maya. Dunia yang telah membuat dirimu kembali merasakan hidup untuk kedua kalinya dengan personal branding yang kamu buat. Terus konsisten membagikan suatu hal yang menjadi jati dirimu di dunia maya.
![Tips membangun personal branding di dunia maya dengan menyampingkan jati diri dalam dunia nyata (foto dari prindonesia.co)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/10/images-6-60c2068bd541df36f4471402.jpeg?t=o&v=770)
Iya. Tapi tidak dalam waktu yang singkat. Sebab semua butuh proses.Â
Hal ini dikarenakan, personal branding di dunia nyata bakal diikuti oleh personal branding dalam dunia maya. Bila kita sudah memiliki tempat di hati masyarakat dalam dunia nyata, maka ketika kita bawa ke dalam dunia maya, kita pun sudah memiliki tempat. Dan hal ini berlaku sebaliknya.Â
Ketika seseorang memiliki personal branding dunia maya yang gemilang, sudah memiliki tempat di hati masyarakat, khalayak umum, maka bakal mengubah pandangan masyarakat dalam dunia nyata akan personal branding yang dahulunya pernah tercoreng. Namun tidak dapat mengembalikan secara sempurna seratus persen. Tapi, setidaknya mulai terbentuk personal branding dunia nyata yang mengikuti dunia maya.
Jadi, sudahkah kamu membangun personal branding dunia maya?
Bayu Samudra
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI