Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Usia 18 Tahun Beli Reksa Dana, Usia 25 Tahun Buka Toko Kelontong

30 Mei 2021   12:57 Diperbarui: 30 Mei 2021   13:02 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beli reksa dana guna membuka toko kelontong, pengelolaan keuangan masa depan melalui reksa dana (foto dari pixabay.com)

Apakah saat ini, kamu berusia 18 tahun? Bagus. Kamu pantas berbangga diri dengan usiamu yang masih belia. Tahukah kamu? Tujuh tahun mendatang bakal datang sebuah masalah, bila kamu gagal bersiap siaga sedari awal. Apakah itu?

Hidup di zaman yang serba digital adalah sebuah anugerah tak ternilai. Hal ini dikarenakan kemudahan akses apapun dapat dilakukan secara cepat, mudah, dan murah. Bandingkan dengan zaman 50 tahun silam yang serba ruwet, susah, dan mahal.

Ketika kita memasuki usia 25 tahun, bahkan sebelum itu, ada perasaan yang aneh dalam diri kita. Begitu banyak keinginan dan kebutuhan yang kadang membuat konflik pikiran. Sebab, semua kebutuhan dan keinginan tidak dapat diraih dengan mudah. Entah perihal jodoh, keuangan, pendidikan, kesehatan, dan hal lain dalam benak kita sendiri.

Masa itulah yang dinamakan quarter life crisis (qlc), suatu periode yang bakal dilewati oleh semua orang dengan berbagai macam tekanan untuk mewujudkan sebuah keinginan dan kebutuhan.

Salah satu yang dipermasalahkan saat menginjak usia 25 tahun, selain jodoh adalah keuangan atau finansial. Kenapa harus keuangan? Hidup itu butuh uang. Sesimpel itu, gak ruwet. Tapi, usaha mendapat uang pada usia 25 gak semudah membalik lembar halaman buku novel. Ada bejibun persoalan, yang membuat kurang mulusnya tujuan tersebut.

Grafik nilai daripada produk reksa dana (foto dari pixabay.com)
Grafik nilai daripada produk reksa dana (foto dari pixabay.com)
Usia 25 tahun adalah usia di mana kita telah lulus program sarjana. Dan bila keluarga kita berasal dari keluarga beruang, pasti dapat menamatkan pendidikan strata dua dibawah 25 tahun. Namun, tak banyak orang yang mampu menyelesaikan studi magisternya karena biaya yang mahal. Maka dari itu, sudah sangat bersyukur bilamana kita dikuliahkan hingga tamat S1.

Akhirnya, kita akan digiring ke dunia kerja. Untung bila langsung dapat kontrak kerja, gak perlu wira-wiri mencari pekerjaan yang berpenghasilan. Nah, bila tidak segera dipanggil interview meski sudah puluhan surat lamaran dikirimkan pada perusahaan berbeda. Maka diri kita wajib banting setir, terserah ke kanan atau ke kiri.

Padahal, diri kita gak punya modal. Ruwet lagi sudah pikiran kita. Masa iya, jual warisan demi buka usaha laundry? Jangan dong. Apa iya terjun ke sawah ladang? Harga pupuk yang tak bersahabat, cuaca yang sulit diprediksi, dan nilai jual hasil panen kadang diluar ekspektasil. Bukannya untung malah buntung.

Maka dari itu, ketika kamu berusia 18 tahun cobalah membeli reksa dana sebagai dana tabungan di masa depan.

Kenapa harus sebelia itu? Bukankah menyiapkan masa depan dilakukan sedini mungkin?

Secara hukum, usia 18 tahun telah dikatakan cakap hukum dan mampu mengambil keputusan secara pribadi. Sehingga segala tindakannya dapat dijerat hukum atau peraturan perundang-undangan. Terlebih segala jenis layanan pemerintah dapat dinikmati secara leluasa, bilamana yang membutuhkan layanan tersebut berusia minimal 17 tahun.

Sangat bersyukurlah dirimu yang sekarang berusia minimal 17 bahkan 18 tahun. Kenapa? Kamu sudah diperbolehkan menabung di bank atas nama pribadi, membeli produk reksa dana, dan menikmati layanan publik yang disediakan pemerintah.

Reksa dana (foto dari obligasi.co.id)
Reksa dana (foto dari obligasi.co.id)
Guna menyiapkan kesigapan menghadapi masalah ketika berusia 25 tahun, saya sarankan kamu untuk beli reksa dana. Mengapa harus reksa dana dan mengapa bukan disarankan menabung di bank?

Pertama, kamu hidup ditengah zaman digital. Segala akses terbuka lebar dan wajib kamu manfaatkan sedari awal. Benar, tidak ada kata terlambat. Tapi, lebih cepat itu lebih baik.

Dulu sebelum ada platform digital mengenai jual beli reksa dana, prosedurnya sangat sulit dan butuh biaya besar. Makanya, tidak dapat sembarang orang membeli produk reksa dana. Hingga pada saat ini, muncullah berbagai platform digital yang memperjualbelikan produk reksa dana kepada semua orang dengan biaya sangat murah, bahkan kelewat murah.

Dengan uang sebesar sepuluh ribu saja, kamu dapat membeli produk reksa dana. Entah reksa dana pasar uang, reksa dana obligasi, reksa dana saham, dan reksa dana campuran. Bagaimana? Kelewatan mudah dan murahnya, bukan?

Tulisan ini tidak sedang mengiklankan sebuah platform digital reksa dana mana pun dan tidak membanding-bandingkan reksa dana dengan perbankan. Melainkan sebuah opsi mengelola keuangan guna menyiapkan masa seperempat abad usia kita. 

Menabung di bank ada biaya bulanan, yakni admin bank (foto dari journal.sociolla.com)
Menabung di bank ada biaya bulanan, yakni admin bank (foto dari journal.sociolla.com)

Mengapa tidak dengan menabung di bank daripada membeli reksa dana?

Sebagian orang beranggapan, menabung di bank itu jauh lebih aman daripada menabung (investasi produk reksa dana). Secara umum benar. Tapi, bila kita kaji dari sisi matematis dan ekonomi, reksa dana lebih memberikan keuntungan yang lebih baik dari pada menabung di bank.

Adi menabung di bank sebulan sekali selama setahun, sebesar 100 ribu dengan biaya admin bank sebesar empat ribu lima ratus rupiah per bulan. Jadi, uang Adi pada Januari tahun depan adalah (100.000- 4.500) X 12 = 1.146.000

Adi juga membeli produk reksa dana, reksa dana saham 100 ribu sebulan selama satu tahun dengan return 15% setahun. Maka, uang Adi pada Januari tahun depan adalah 100.000 X 12 + 15% X total pembelian reksa dana saham. Jadi, 1.200.000 + 15% X 1.200.000 = 1.200.000 + 180.000 = 1.380.000

Dari perhitungan sederhana itu, menabung di bank kita rugi 54.000 setahun dan membeli produk reksa dana kita untung 180.000 setahun. Lebih bagus mana?

Perlu diketahui, paltform reksa dana tidak ada biaya transaksi jual beli produk reksa dana. Inilah yang menjadi kelebihan kedua dari penggunaan produk reksa dana.

Beli reksa dana guna membuka toko kelontong, pengelolaan keuangan masa depan melalui reksa dana (foto dari pixabay.com)
Beli reksa dana guna membuka toko kelontong, pengelolaan keuangan masa depan melalui reksa dana (foto dari pixabay.com)

Dengan demikian, ketika kita sudah menginjak usia 25 tahun sudah memiliki uang dalam jumlah besar, cukuplah buat buka toko kelontong di lingkungan sekitar.

Jangan jadikan usaha membeli produk reksa dana sebagai beban. Tapi ubahlah menjadi sebuah rutinitas sebagai persiapan masa depan.

Caranya, sisihkan uang bulanan kita sebesar 100.000 saja untuk beli reksa dana. Itung-itung tabungan masa depan. Daripada nabung di bank kena biaya admin, mending ubah ke bentuk reksa dana meski nilai return-nya sedikit, kan uang kita nambah, tidak berkurang.

Daripada menggunakan uang 100 ribu hanya untuk beli rokok, yang jelas tidak memberikan imunitas tubuh malah menumpuk penyakit. Apalagi dibuat beli miras, sangat terlalu. Bahkan cuma dihabiskan untuk membeli kuota guna tiktokan seharian penuh. Mending simpan aja dalam bentuk tabungan (investasi) reksa dana.

Selama tujuh tahun, kita bisa melihat betapa besarnya uang yang kita miliki. Ada 8.400.000 dengan return senilai 1.260.000. Sudah lebih dari cukup buat buka toko kelontong.

Apakah saran ini hanya ditujukan kepada mereka yang berusia 18 tahun? Tentu tidak.

Tidak ada kata terlambat. Kamu yang saat ini sudah kepala tiga, usia empat puluhan, bahkan cukup tuwir, boleh kok berduyun-duyun membeli produk reksa dana. Masih terbuka lebar kesempatan emas ini. Mengingat prospek masa depan daripada reksa dana sangatlah cerah.

Apalagi dulu tidak ada reksa dana yang bisa dibeli dengan harga terasi. Kini, semua serba murah meriah. Jadi, sudah beli produk reksa dana apa hari ini?

Tulisan ini tidak dibuat untuk mengintruksikan kamu membeli produk reksa dana. Melainkan memanfaatkan kecanggihan teknologi dalam pengelolaan keuangan masa depan kamu. Yang kebetulan, membahas masalah reksa dana.

Bayu Samudra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun