Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Memaafkan Itu Berat, tapi Kamu Harus Jadi Orang Pertama yang Memaafkan Kesalahan Orang Lain

13 Mei 2021   12:14 Diperbarui: 13 Mei 2021   13:33 1898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memaafkan kesalahan orang lain (foto dari pixabay.com)

Memaafkan kesalahan orang lain itu berat. Apalagi kesalahan si mantan. Seakan bencinya setengah mati bahkan dibawa mati.

Setiap manusia tentu punya kesalahan kepada sesamanya. Entah karena disengaja maupun tidak disengaja. Intinya tiap manusia pernah berbuat salah. Sebab kesalahan itu manusiawi.

Pada kesempatan Idul Fitri ini. Kita mencoba kembali suci dengan saling memaafkan terhadap kesalahan orang lain. Mencoba melupakan perbuatan tercela orang lain pada diri kita, walau masih saja teringat. Mencoba menyucikan hati dan pikiran agar tetap berbuat kebaikan kepada semua orang.

Sebab pada dasarnya, memberi maaf atas kesalahan orang lain itu amatlah berat. Terlebih kesalahan karena lisannya. Ibarat, lisan itu jauh lebih tajam daripada pedang. Lebih mematikan daripada sengatan listrik.

Akan tetapi, kita sebagai manusia harus berusaha memliki kebesaran hati, menerima perlakuan buruk orang lain kepada diri sendiri. Artinya kita harus legawa. Sebab apa yang ditimpakan pada kita menjadi salah satu ujian dari Tuhan. Menguji kesabaran, ketabahan, dan keikhlasan.

Memberi ucapan maaf itu ringan. Semua orang bisa mengucapkan maaf, meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat. Tapi, melupakan kesalahan orang lain itulah yang paling sulit.

Terlebih apabila kesalahan itu menguras harta benda. Misal, kita berteman akrab dengan seorang kawan. Kita membangun sebuah bisnis (rumah makan). Tapi, ketika bisnis berjalan dengan pesat dan mencapai puncak, kita dikhianati. Semua aset rumah makan dijual sepihak pada orang lain. Tanpa adanya perundingan dan titik permasalahan yang melatarbelakangi perbuatan tersebut.

Parahnya, si dia kabur entah kemana. Menghilang dari peredaran. Dan betapa hancurnya perasaan kita saat itu. Rumah makan yang dibangun bersama, tetapi dihancurkan dalam sekejap oleh kawan kita sendiri. Apa gak marah diri kita? Syukur gak kena serangan jantung. Bisa sangat dendam kesumat.

Namun, apabila kita mendasari pada perilaku sabar, tanah, dan ikhlas. Niscaya, kita tak akan memiliki sebutir biji sawi kebencian kepada seseorang yang telah mengkhianati kita. Memang berat. Apa salahnya mencoba berlaku demikian?

Memaafkan kesalahan orang lain itu berat (foto dari pixabay.com)
Memaafkan kesalahan orang lain itu berat (foto dari pixabay.com)
Nyatanya, saya pun belum mampu berlaku demikian dan masih terus diupayakan untuk dapat berlaku arif tersebut. Susah benar memang. Apalagi kesalahannya dilakukan oleh kawan sendiri yang kita anggap keluarga.

Coba pikir bagaimana memberikan maaf padanya? Jika dianya sendiri tak pernah mengakui dosa-dosanya pada kita. Seakan tak ada pintu maaf bagi dirinya. 

Melalui nuansa lebaran ini. Mari bersama-sama mengalah untuk tidak egois. Merendahkan hati dan melupakan kesalahan orang lain dalam benak kita. Sebab sejatinya, menyimpan kesalahan orang lain tambah membuat diri kita terluka. Semakin banyak kesalahan orang lain yang diingat oleh kita, semakin benci dan marah diri kita padanya. 

Hal itu pun tak baik bagi diri kita sendiri. Hidup seakan penuh dendam, penuh penyesalan, penuh gejolak kejahatan, dan bahkan memasang ancang-ancang mencelakai orang lain atas kesalahannya pada diri kita.

Hidup jadi tidak tenteram, tidak damai, tidak tenang, dan tidak aman. Kita berupaya membalaskan dendam dengan cara apapun agar hati ini merasa impas. Tapi, bukan begitu caranya. Malahan akan menambah penderitaan hidup kita.

Hidup sudah menderita. Masih saja ditambah dengan pikiran dan hati yang menyimpan luka. Seakan hidup kita tak jauh dari penderitaan, penuh derita, penuh luka.

Jadilah orang pertama yang meminta maaf pada orang lain, maafkan kesalahan orang lain dengan Legawa (foto dari pixabay.com)
Jadilah orang pertama yang meminta maaf pada orang lain, maafkan kesalahan orang lain dengan Legawa (foto dari pixabay.com)
Maka dari itu, memaafkan kesalahan orang lain adalah sebuah keharusan agar hidup kita jauh lebih nyaman, lebih damai, lebih tenang, dan lebih tentram. Intinya hidup lebih plong. Terbebas dari tekanan batin untuk selalu membalaskan dendam, membalas kesalahan yang pernah ditimpakan pada diri kita.

Ketika hidup penuh ketenangan, kita menjadi lebih sehat, sehat jasmani rohani, sehat lahir batin. Jadi, menjalani hidup itu lebih bermakna sebab gak perlu membahas kesalahan orang lain. Yang lalu biarlah berlalu. Kita harus tetap menatap masa depan. Masa lalu biarlah menjadi kenangan kelam. 

Sebab, kesalahan orang lain bukanlah diingat dan disimpan rapat-rapat, tapi wajib dilupakan dan dikubur dalam-dalam.

Jadi, jangan tunggu dia (yang punya kesalahan pada diri kita) meminta maaf pada diri kita. Tapi, maafkanlah kesalahannya tanpa diminta memberi maaf olehnya. Segera lupakan. Lebih-lebih, diri kita sendirilah yang meminta maaf pada dirinya.

Merendahkan hati dan pikiran tidaklah sama dengan merendahkan diri sendiri dihadapan orang lain. Sebab jauh lebih bermartabat dan menunjukkan bahwa kita adalah seorang pemaaf.

Bayu Samudra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun