Coba pikir bagaimana memberikan maaf padanya? Jika dianya sendiri tak pernah mengakui dosa-dosanya pada kita. Seakan tak ada pintu maaf bagi dirinya.Â
Melalui nuansa lebaran ini. Mari bersama-sama mengalah untuk tidak egois. Merendahkan hati dan melupakan kesalahan orang lain dalam benak kita. Sebab sejatinya, menyimpan kesalahan orang lain tambah membuat diri kita terluka. Semakin banyak kesalahan orang lain yang diingat oleh kita, semakin benci dan marah diri kita padanya.Â
Hal itu pun tak baik bagi diri kita sendiri. Hidup seakan penuh dendam, penuh penyesalan, penuh gejolak kejahatan, dan bahkan memasang ancang-ancang mencelakai orang lain atas kesalahannya pada diri kita.
Hidup jadi tidak tenteram, tidak damai, tidak tenang, dan tidak aman. Kita berupaya membalaskan dendam dengan cara apapun agar hati ini merasa impas. Tapi, bukan begitu caranya. Malahan akan menambah penderitaan hidup kita.
Hidup sudah menderita. Masih saja ditambah dengan pikiran dan hati yang menyimpan luka. Seakan hidup kita tak jauh dari penderitaan, penuh derita, penuh luka.
Ketika hidup penuh ketenangan, kita menjadi lebih sehat, sehat jasmani rohani, sehat lahir batin. Jadi, menjalani hidup itu lebih bermakna sebab gak perlu membahas kesalahan orang lain. Yang lalu biarlah berlalu. Kita harus tetap menatap masa depan. Masa lalu biarlah menjadi kenangan kelam.Â
Sebab, kesalahan orang lain bukanlah diingat dan disimpan rapat-rapat, tapi wajib dilupakan dan dikubur dalam-dalam.
Jadi, jangan tunggu dia (yang punya kesalahan pada diri kita) meminta maaf pada diri kita. Tapi, maafkanlah kesalahannya tanpa diminta memberi maaf olehnya. Segera lupakan. Lebih-lebih, diri kita sendirilah yang meminta maaf pada dirinya.
Merendahkan hati dan pikiran tidaklah sama dengan merendahkan diri sendiri dihadapan orang lain. Sebab jauh lebih bermartabat dan menunjukkan bahwa kita adalah seorang pemaaf.
Bayu Samudra