Jadi, selama Ramadan anak diberi bekal latihan puasa dengan dua cara. Berbuka puasa pertama di jam 9 pagi dan buka puasa kedua di jam 3 sore. Kemudian diubah menjadi buka puasa pertama di jam 3 sore pada dua pekan menjelang hari raya.
Artinya puasa anak kita buat berjenjang, sesuai dengan kemampuan dan usia. Dengan mengajarkan puasa di usia belia, maka anak akan terbiasa karena telah kita latih selama beberapa tahun, beberapa Ramadan. Hingga pada saat baligh, anggap diusia 14 tahun, anak sudah mantap menjalankan ibadah puasa, gak rewel lagi, terlebih menjadi kewajiban karena sudah baligh.Â
Bagaimana dengan mengajarkan anak mengaji di bulan Ramadan?Â
Sama saja. Mengajarkan dari level terendah dengan beban bacaan yang seminimal mungkin. Intinya pembiasaan diri.
Anak usia tujuh tahun diajarkan mengaji iqro. Mulai dari pengenalan huruf hijaiyah dan pelafalannya hingga latihan mengaji di buku iqro.
Perkara ini kadang disepelekan oleh orangtua, sebab anak-anak mereka memang sudah ngaji di pak ustad pada lingkungan sekitar. Tapi, bila tidak ada evaluasi dari kita sekalu orangtua, orangtua mana bisa memastikan bahwa anaknya benar-benar mengaji dan lancar bacaan ngajinya atau hanya main-main saja di langgar.Â
Selama Ramadan adalah waktu yang pas mendidik dan mengevaluasi hasil ngaji anak kita bersama pak ustad. Bila diusia tujuh tahun belum belum dimasukkan ke tempat ngaji, silakan ajarkan mengaji di rumah bersama diri kita. Ajarkan dari hal dasar dulu.
Buatlah jadwal ngaji bersama anak di sore hari menjelang berbuka puasa. Misal di jam setengah lima sore. Atau paling ada waktu mengaji bersama anak. Entah pasca salat subuh berjamaah atau menjelang berbuka puasa.Â
Satu hari cukup satu lembar. Selain mengasah ingatan mengenai huruf hijaiyah juga mengingatkan model pelafalan setiap hurufnya. Koreksi panjang pendeknya bacaan dan artikulasinya. Hal ini perlu, sebab ini dasar mengaji. Bila diabaikan, jangan salahkan anak kita bila nanti saat dewasa, mengajinya amburadul. Tidak jelas artikulasinya, pelafalannya keliru, hingga bacaan yang ditarik ulur panjang pendeknya.
Itulah sedikit cerita berbagi pengalaman tentang mengajarkan anak beribadah di bulan Ramadan. Memang mengajarkan anak beribadah butuh ketelatenan dan kegigihan bagi kita selaku orangtua. Jika anak banyak alasan atau sering menolak, jangan beri dia keleluasaan, bukan bermaksud mengekang, tapi patuh pada aturan. Dan kita harus selalu memberikan dukungan atas perbuatan anak yang beribadah puasa dan ngaji di bulan Ramadan.Â