Tidak ada pertentangan dan perebutan apapun di luar jam pembelajaran. Semua kembali normal seakan tak terjadi apa-apa. Baik-baik saja.
Dengan demikian, geng sekolah semacam blok utara dan blok selatan adalah contoh kompetisi yang sehat dan beretika.Â
Sehat dalam artian tidak bermain curang, tetap jujur dan menerima kekalahan, dan menerima dengan lapang dada dari setiap hasil perseteruan. Beretika dalam kaitannya tentang tetap hidup rukun dan bersama di bawah atap yang sama, tidak saling menjatuhkan dan menyerang secara personal, dan tentunya tidak ada kenakalan remaja yang kami buat.
Sejatinya, geng sekolah bukan dibentuk untuk menjatuhkan atau menindas orang lain di dalam sekolah bahkan di luar sekolah. Geng sekolah harus bermanfaat bagi semua orang, misal masuk dalam kegiatan ekstrakurikuler. Bahkan seperti geng sekolah, blok utara dan blok selatan.
Rivalitas hanya terjadi di bangku kelas. Sedangkan di kehidupan nyata, tetap bersama dan bersatu dalam bingkai kebhinekaan.
Hal ini tak lepas dari kesan pertama apa yang dilihat oleh seseorang terhadap suatu objek. Sederhananya, geng sekolah dapat berbuah manis dan berbuah pahit.Â
Ya gitulah. Geng sekolah adalah fenomena yang selalu ada dalam dunia pendidikan. Sah-sah saja ada geng sekolah. Yang tidak diperkenankan adalah geng sekolah yang suka memalak siswa baru atau adik kelas, geng sekolah yang suka berantem atau tawuran, dan geng sekolah yang bertabiat buruk (di pojokan toilet sekolah melakukan pesta miras, merokok, bahkan berpacaran yang bikin nganu).Â
Jadi, keberadaan geng sekolah menjadi pro kontra. Kadang meningkatkan semangat dan prestasi, layaknya blok utara dan blok selatan. Kadang pula menghancurkan dan mencoreng nama baik diri sendiri.
Bayu Samudra