Pendidikan mitigasi bencana adalah jawaban untuk usaha pengenalan terjadinya bencana alam yang bakal terjadi di Indonesia. Bukan hanya menjelaskan pengertian dari beragam bencana, mengidentifikasi letak geografis yang rawan terkena bencana, menentukan jalur evakuasi dan titik aman, bahkan menghitung kerugian moral dan material semata.
Lebih dari itu. Pendidikan mitigasi bencana dituntut memberikan pemahaman kepada masyarakat melalui upaya peningkatan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam mengatasi terjadinya bencana alam.
Apakah pendidikan mitigasi bencana telah diterapkan di Indonesia dan seberapa besar tingkat implementasi di masyarakat?
Sejak TK (taman kanak-kanak), anak-anak Indonesia telah mendapat pengetahuan akan menjaga kebersihan lingkungan selain kebersihan diri pribadi. Secara tidak langsung, anak-anak sudah mendapat pendidikan mitigasi bencana tingkat dasar, paling bawah. Menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.
Memasuki bangku sekolah dasar, anak-anak juga mendapat pendidikan mitigasi bencana. Masih dalam tataran dasar, pengenalan apa itu bencana, macam bencana, dan langkah darurat ketika terjadi bencana.
Lain cerita bila sudah duduk di sekolah menengah pertama. Anak-anak mulai diberi pemahaman penanganan terjadinya bencana, pengidentifikasian awal suatu bencana, dan upaya kesadaran cinta lingkungan.
Beda kisah saat duduk di bangku SMA, anak-anak diberikan langkah preventif terjadinya bencana, mengenal macam bencana yang lebih luas, aturan penanggulangan bencana, dan langkah nyata melestarikan lingkungan.
Implementasi pendidikan mitigasi bencana pada tingkat pendidikan dasar dan menengah sangatlah kurang. Faktanya, pendidikan mitigasi bencana dimasukkan dalam pembelajaran IPS, berada pada akhir semester, dan hanya pada tingkat kelas tertentu.
Pada sekolah dasar, materi mitigasi bencana hanya ada di kelas lima, kalau tidak salah. Hanya sekali selama enam tahun SD. Saat SMP, pendidikan mitigasi bencana ada di kelas tiga, hanya sekali selama tiga tahun. Ketika SMA, pendidikan mitigasi bencana berada di mata pelajaran geografi di akhir semester ganjil kelas satu, hanya sekali selama tiga tahun.
Pas masuk perguruan tinggi, tidak ada pendidikan mitigasi bencana, kecuali program studi kebumian (prodi yang mempelajari bumi, geografi, geologi, meteorologi, klimatologi) bukan cocokologi.