Misal, pekerjaan kita sebagai guru bahasa Inggris yang mengharuskan berada di sekolah hingga jam dua siang. Namun, kita juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai penerjemah naskah di suatu kantor berita. Masuk mulai jam empat sore hingga jam sepuluh malam.Â
Capek? Iya, jelas capeknya. Gak ada ceritanya bekerja tidak capek. Rebahan saja capek, apalagi bekerja.Â
Kita memang sudah bekerja di pagi hingga siang hari sebagai guru bahasa Inggris. Lelah pastinya. Akan tetapi, kelelahan yang dirasakan sejak pagi hingga siang ini harus dihilangkan, dibuang atau ditinggal di rumah saja.Â
Ketika masuk kerja sebagai penerjemah naskah, kita harus bersikap dalam posisi bersemangat, riang gembira. Gak ada lagi rasa capek pasca mengajar di sekolah. Hilangkan.Â
Artinya, setiap kita memulai pekerjaan baru, entah pekerjaan sampingan atau pekerjaan utama harus diupayakan diri kita dalam keadaan baik.Â
Seakan pekerjaan kedua atau ketiga yang kita lakukan adalah pekerjaan pertama di pagi hari yang cerah bersemangat.
Pekerjaan utama ataupun pekerjaan sampingan harus dijalankan dengan penuh semangat, penuh kegairahan, penuh tanggung jawab, dan penuh kebahagiaan.
Pekerjaan apapun itu, entah pekerjaan sampingan atau pekerjaan utama, entah berpenghasilan lebih besar, entah memerlukan pola pemikiran yang rumit, jalani saja dengan lapang dada. Bukannya itu pilihan kamu yang memilih bekerja dengan dua pekerjaan atau lebih dalam satu hari?
Tidak perlu menyesali keputusan yang sudah diambil. Tapi, usahakan menunjukkan hasil semaksimal mungkin dalam menuntaskan setiap pekerjaan yang telah diambil.Â
Memprioritaskan pekerjaan, tanpa melihat pekerjaan utama atau pekerjaan sampingan sangat diperlukan.Â
Mengingat kita bekerja dengan dua bos yang berbeda, dua tempat yang tak sama, dua lingkungan yang berlainan, dan dua tanggung jawab yang bertolak belakang.